Nurdin, Pahlawan Pendidikan yang Terpinggirkan

ANGKA 17 dan Agustus menjadi angka keramat karena pada tanggal dan bulan itulah bangsa Indonesia merdeka. Tepatnya pada 17 Agustus 1945. Usia Republik ini sudah 67 tahun. Setiap tahun tema peringatan kemerdekaan RI dapat dipastikan memuat kata kemajuan, pembangunan, kesejahteraan, berkeadilan dan sebagainya.

Apalah arti sebuah tema bagi Pak Nurdin dan warga kampung Serule. Tema kemajuan, kesejahteraan, berkeadilan dan pemerataan pembangunan sama sekali belum pernah mereka rasakan.

Warga kampung Serule Kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah sama sekali belum merdeka sejak dari pemerintahan Orde lama, Orde baru dan era reformasi. Jalan yang dirintis PT KKA sejak  tahun 1980-an hingga sekarang kondisinya masih saja seperti itu, berliku, mendaki bukit, bergelombang dan berbatu besar.

Pendidikan di pelosok negeri kaya kopi ini terkucil karena pembangunan akses jalan satu-satunya  yang menghubungkan Kampung Serule  dengan kantor Kecamatan Bintang dan ibu kota kabupaten Aceh Tengah itu belum ada pengerasan jalan.

Jalan itu adalah “nyawa” mereka. Masa depan warga serule ada pada jalan itu. “Meski berbatu, bergelombang dan akan berlumpur di musim hujan, anak-anak Serule masih semangat mengejar mimpi-mimpinya”, Kata Pak Nurdin Kepala Sekolah SD Negeri 13 Bintang dua pekan lalu.

Kondisi sekolahnya menyedihkan. Ruang kelas tanpa ada ruang perpustakaan itu sangat beratakan, bangku dan meja siswa nampak renyot, lantainya berlubang, tai kambing berserakan, karena seluruh gedung sekolah tidak dipagari beton. Hanya pagar seadanya  dari swadaya masyarakat Serule.

“Pernah kami meminta bantuan kepada dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Tengah untuk membangun pagar beton, namun mereka datang hanya mengkur saja dari pihak kontraktornya. Sampai hari ini belum ada pembetonan pagar sekolah,” kata Pak Nurdin yang telah mengajar sejak tahun 1988 di SD itu.

Pak Nurdin juga mengeluhkan keterbatasan jumlah Guru di sekolah yang ia pimpin itu, hanya berjumlah empat Guru dari 60 Siswa terdiri dari kelas I hingga kelas VI yang  mereka ajarkan dengan berbagai bidang studi. Selain itu, tenaga gurunya belum Perofesional dalam megoprasikan komputer, sehingga urusan admistrasi sekolah harus di kerjakan di ibu kota kecamatan bintang yang berjarak sekitar 20 Km dengan jarak tempuh 2 jam.

Selain itu, pak Nurdin tidak dapat mengunakan telpon selulernya karena menara tower telkomsel yang berada di Serule belum aktif sejak dari tahun 2008. Beliau harus menangung beban itu semua dengan rasa sabar dan ikhlas.

“Hampir setiap hari saya harus ke Kampung Bintang melihat informasi di telpon seluler saya, informasi yang datang dari dinas kerap menghantui saya. Kadang-kadang ada agenda rapat di dinas, ujian nasional dan sebagainya,” kisahnya

Menurut pak Ahdar Fauzi, “Pak Nurdin dimatanya adalah sosok Sahabat, Guru dan Kepala Sekolah yang berhati mulia dan ikhlas dalam menjalankan tugas. Meskipun Guru di daerah pelosok ini terus menderita” Kata kepala Sekolah SD 9 Bintang Dedamar itu saat  memberitahukan informasi agenda penting rapat di dinas dua pekan lalu. Demi informasi itu Pak Fauzi harus menginap di rumah pak Nurdin.

Cita-cita Pak Nurdin hanya satu, bagaimana 60 siswanya itu  bisa sekolah layaknya sekolah lain yang mendapatkan fasilitas lengkap. Dan dapat bermimpi mengejar cita-citanya.

Nurdin  (45) mengisahkan saat  menamatkan sekolah pendidikan guru (SPG) pada tahun 1986 dirinya di angkat mengajar di SD Serule pada Tahun 1988. Sejak  itu, Nurdin harus berjalan kaki setapak melewati jalan Serule – Bintang membawa berkas lembaran soal ujian siswa ke Bintang.

Membutuhkan waktu selama satu hari satu malam, kadang kala ia harus bermalam di hutan belantara bintang, selama 10 tahun lamanya ia mengalaminya. “Baru ketika PT KKA membuka jalan Bintang – Serule. Pada tahun 2005  saya telah mempunyai kendaraan sepeda motor. Kata Nurdin.

Lanjutnya, pendidikan di kampung Serule itu sering terhambat dari sisi informasi, komunikasi dan akses jalan. Soal kebijakan pemerintah yang katanya memprioritaskan peningkatan sarana prsarana pendidikan di daerah terpencil, percepatan rehabilitas sekolah rusak, hingga soal wajib belajar 12 tahun. Sepertinya informasi ini jauh dari jangkauan dan tak kujung merambah ke Serule.

Minim Kesejahteraan

Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Pendidikan (UPTD0 Bintang Slamat (50) perihatin akan Kesejahteraan para guru dan kepala sekolah. guru sama sekali tidak mempunyai rumah dinas , sementara untuk Sekolah SMP 29 Bintang Serule, Gurunya sebagian besar berdomisili di pusat kotaTakengon, Keseringan mereka jarang masuk kelas, kasian kan siswanya tidak bisa belajar. Katanya Slamat

Kalau guru lain di kota, bisa menikmati segala fasilitas. Maka mereka di daerah terpencil semakin buruk nasibnya. Jangankan untuk mengakses internet, untuk menghubungi keluarga pun mereka sulit, karena ketiadaannya jaringan telepon seluler di sana. Mungkin ini juga penyebab para guru di SMP ini jarang masuk.

Disamping itu, Ia mengeluhkan Kampung Serule yang semakin lama semakin terpencil, ” dimana sebenarnya pak dewan terhormat yang lantam berbicara “Asal Linge Awal Serule itu” kepada siapa lagi kami mengadu,” keluh Slamat kepala UPTD Bintang terhadap janji kebohongan dewan perwakilan rakyat kabupaten Aceh Tengah .

Selain itu, pinta Slamat kepala UPTD Bintang melalui Lintas Gayo, agar pemerintah daerah  agar memperhatikan pendidikan di Serule, terutama paling penting pengerasan jalan dari  Kampung Bintang ke Serule, karena jalan itu urat nadi warga serule, pendidikan dan perekonomian warga sangat terbantu dengan pengaspalan jalan itu. Mohonnya kepada Pemerintah Daerah.

Urang Gayo Mengenal Sejarah Asal Linge Awal Serule

Asal Linge Awal Serule, konon katanya dua kampung inilah Asal mu asal suku Gayo yang sekarang tersebar di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues dan sebagian di Lukup Serbejadi. Kalau di sebut Kampung Serule, urang Gayo akan teringat Sejarah Asal Linge Awal Serule.

Serule, kalau di sebut namanya mungkin orang banyak kenal. Namun, hanya sedikit yang tau dimana letak kampung Serule, karena memang daerah ini jauh dari Ibu kota Kabupaten Aceh Tengah. juga akses untuk menuju daerah ini memang terkenal sulit. Ini adalah nama desa terpencil, terpinggirkan dan dimiskin kan oleh sistem yang terletak di ujung timur kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah. Mereka  tertindas. (Maharadi)

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.