Takengen | Lintas Gayo – Panen kopi arabica gayo tahun ini diperkirakan menurun. Selain itu, harga kopi juga anjlok dibandingkan tahun lalu. Salah seorang petani kopi,Aman Dea (45) mengungkapkan, berkurangnya panen tahun ini salah satu penyebabnya adalah kemarau panjang.
“Selain panen yang sedikit, harga kopi juga anjlok”, kata Aman Dea. Dirincikan Aman Dea, dalam satu cabang kopi yang sedang berbuah, hanya ada 10-20 buah kopi yang matang yang siap dipanen.
Namun, papar Aman Dea, panen tahun depan diperkirakan kopi gayo akan melimpah atau istilah petani disebut “ banjir”. Anjloknya harga kopi, menurut bapak dua orang putra ini, sudah berlangsung sejak beberapa bulan lalu.
“Tahun lalu, harga satu kaleng kopi merah (setara dengan 12 kilogram) dibeli sampai Rp.100 ribu/kaleng. Kini hanya Rp.65 ribu”,kata Aman Dea. Demikian halnya dengan kopi gabah dan kopi hijau (green bean).
“Memang diawal musim panen seperti saat ini, kualitas kopi masih rendah karena banyak yang rusak. Tapi memang kopi sudah turun sejak setahun lalu”, papar Aman Dea.
Harga biji kopi hijau (green bean) siap eksport di tingkat pedagang lokal saat ini dibandrol Rp. 48-50 ribu/kilogram. Harga kopi asalan atau kopi yang sudah kering dengan kadar air diatas 12 persen, harganya dibawah Rp.50 ribu. Tapi kopi asalan ini masih harus diolah karena masih berkadar air tinggi dan banyak ditemukan sampah (terase).
Seperti diketahui, kopi arabika Gayo dipasarkan di luar negeri, seperti Amerika, Erofa dan Asia. Akhir-akhir ini banyak masyarakat Aceh Tengah banyak yang sudah mulai beralih dari menjual bahan kopi mentah menjadi kopi olahan.
Diseputaran Kota Takengon sudah banyak cafe serta hotel yang menyediakan kopi gayo dengan menggunakan pembuat kopi (coffee maker) modern. Penyaji kopi gayo moderen kini menjadi tempat mengumpul lintas sektoral serta tempat santai serta berdiskusi. (Win RB)