Siak | Lintas Gayo – Aceh kaya potensi atlit balap sepeda, demikian pernyataan pelatih balap sepeda Tim Provinsi Riau pada PON XVIII 2012, Amir Mahmud yang dihubungi Lintas Gayo melalui sambungan telepon, Selasa 18 September 2012 malam.
Dikatakan Amir, pernyataan tersebut berani dia nyatakan karena telah menyaksikan sendiri ketangguhan atlit balap sepeda Aceh dibeberapa even bertaraf nasional seperti di Kejuaraan Terbuka Sepeda Gunung (MTB) Lubuk Linggau tahun 2010 serta Kejurnas MTB di Sabang 2011 silam.
Pengakuannya, karena kesimpulan tersebutlah yang membuatnya berani meminta 3 orang atlit putri asal Aceh untuk membela tim Riau di PON XVIII Riau dan berhasil meraih medali Perak di nomor pertandingan MTB Xcross Country atas nama Nurwahyu Afriana.
“Atlit Aceh tangguh-tangguh, dan saya tau ada beberapa atlit lagi yang lebih potensial dari yang tampil membela Riau, Fitri Diana misalnya,” kata Amir Mahmud. Namun dia mengaku heran kenapa justru yang berlaga di PON bukan atlit Aceh sendiri.
“Saya mengira si Fitri Diana jadi andalan Aceh sehingga saat minta atlit untuk Riau, Fitri tidak masuk daftar,” timpalnya.
Menurut Amir, potensi atlit tersebut akan melejit jika saja ditangani serius dan lebih sering mengikuti perlombaan-perlombaan yang berlevel nasional.
“Selama ajang PON Riau, pelatih dan atlit handal di Indonesia umumnya mengaku terkejut dengan kemampuan 3 orang atlit asal Aceh yang membela tim Riau seperti Nurwahyu Afriana, Isna Dewi dan Noviana yang mampu bersaing,” ungkap Amir.
Ketidakikutsertaan Fitri Diana di PON XVIII Riau dikonfirmasi kepada salah seorang pengurus Cabang Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) Aceh Tengah, Zul. MD dengan menyatakan merasa bingung atas dicoretnya nama Fitri sebagai atlit PON Tim Aceh.
“Fitri ikut Pra PON, namun tanpa konfirmasi tiba-tiba dia sudah tak masuk daftar tim Aceh. Pengprov ISSI tidak mengkonfirmasi secara resmi pencoretan tersebut kepada Pengcab ISSI Aceh Tengah,” ujar Zul, MD yang mengaku saat seleksi PON di Aceh Tengah, para atlit balap sepeda Aceh, Turistiwa, Meta Putri dan Fitri Diana menginap di rumahnya selama beberapa hari dibawah asuhan pelatih yang ditunjukan Pengprov ISSI Aceh, Wawan alias Aef Saifulloh asal Sumedang.
Pun demikian, dia mengaku sedikit tau ada persoalan dengan perizinan dari orang tua Fitri Diana. Namun menurut Zul. MD tidak ada upaya serius dari Pengprov ISSI Aceh untuk berkomunikasi dengan orangtua Fitri.
“Kami juga awalnya kesulitan perizinan orangtua Fitri, namun setelah dilakukan pendekatan, malah orantuanya sangat mendukung keikutsertaan Fitri di Porprov Aceh, Kejurnas MTB Lubuk Lingga dan MTB Sabang. Selaku pengurus olahraga mestinya maklum terhadap sikap orangtua atlit, terlebih atlit perempuan,” sesal Zul. MD.
Dia menduga ada apa-apanya dengan Pengprov ISSI Aceh. Dan itu bukan sekali terjadi mengundang pelatih dan atlit luar. “PON lalu juga begitu, seperti PON Riau, mereka percayakan ke pelatih dan atlit luar. Dulu pak Saman dari Sumut, kini pak Wawan dari Sumedang, baguslah jika raih prestasi, namun ternyata hasilnya nol juga. Padahal insan balap sepeda Indonesia malah lebih kenal dan lebih segan kepada pelatih lokal di Aceh,” sindir Zul MD.
Kedepan, dia berharap Pengprov ISSI dan KONI Aceh lebih jeli, lebih serius dan visioner dalam mengurus atlit. “Jika merasa tidak mampu lagi, ya ambil sikap mundur saja. Masih banyak kok yang mampu ngurusi balap sepeda,” pungkas Zul. (Windjanur)