3G untuk Gayo

Catatat Ulis Zuska*

BAGI saya, Gayo go green atau disingkat 3G, bukan sekedar kata untuk membangun gengsi. Dihati dan pikiran saya, Gayo Go Green merupakan satu langkah cerdas untuk mengembalikan rasa rindu pada gayo masa lalu, Gayo yang khas dengan kesejukan alam dan masyarakatnya. Secara pribadi, saya merasa Gayo telah masuk pada pribadi dan kehidupan saya pribadi, dan tentu, rasa itu punya muatan tinggi pada nasionalisme kita..

Selain itu, Gayo go green punya berkonotas mengembalikan gayo pada masa hijaunya, masa rimbun dan teduhnya, karena percaya dan tidak,  sepanjang penglihatan tentang Gayo, sadar atau tidak kini telah kehilangan begitu banyak makhluk yang membuatnya teduh, seperti  Vinus dan  tumbuhan lain sebagai penyumbang kehidupan.

Gayo Go Green—merupakan forum untuk tujuan penyelamatan alam Gayo yang digagas Eva Wahab—seorang sosok alumni Institut Pertanian Bogor, bersama beberapa anak muda gayo itu, tanpa diteriakanpun tulisan Gayo Go Green cukup membangkitkan gairah untuk bertanya, apa sih yang akan di gagas oleh anak muda kreatif ini untuk gayo?, Kenapa harus Gayo Go Green?

Untuk itu, dalam hati saya menjadi berniat untuk turut serta membangun komunitas urang Gayo Hebat sedari dini. Mereka semua kreatif dan inovatif. Hebat. Saya akan ikut dengan mereka. Umur boleh tua, namun semangat tetap muda, terutama demi Gayo.

Setelah berbincang dengan Dinda Eva Wahab, dan Eva menjelaskan tentang tujuan Gayo Go Green saya bertambah semangat, rasa rindu pada Gayo kian meluap. Saya  ingin berbuat dan tentu, bermanfaat. Bagi orang lainpula.

Gayo Go Green—kata Eva—punya tujuan tetap bersahabat dan menjaga lingkungan. Artinya, bagaimana membuat nyaman untuk lingkungan sekitar. Berbuat kecil untuk manfaat besar, Begitu sekilas pembicaraan kala itu.

Upaya anak-anak muda ini tidak terlalu muluk, hanya juga berharap Alam Takengon terjaga dengan baik, dengan penata wilayah yang bersahabat dengan lingkungan seperti dahulu, dimana pinus tumbuh dihamparan surga, dan ada embun sejuk menyambut pagi. Serta saat sore memasuki daerah Lampahan,  serasa berjalan dibawah payung hijau dengan aroma pinus khas menyegarkan.

Kata-kata saya itu bukanlah muluk, lantaran Gayo sekarang butuh butuh itu. Gayo ayang membutuhkan butuh orang-orang yang peduli pada lingkungan, orang orang yang tidak hanya terlena dengan Gayo hijau, sementara hutannya gundul, Gayo butuh orang yang berbuat walau sedikit namun berefek. Gayo harus dijaga tetap bersih dari sampah. Gayo butuh orang-orang yang memiliki kepedulian tinggi pada Danau Laut Tawar yang terus menerus mengalami penyusutan, bahkan sebagain lagi mengalami kekeringan, sehingga ikan Depik ikut langka.

Secara pribadi sebagai seorang perempuan biasa yangpeduli Gayo sangat berharap pada orang-orang kreatif untuk terus berbuat dengan semangat tinggi ,walau penolakan pasti ada..Berbuat lebih baik, dari pada tergiring pada kesadaran rendah hingga bencana mengancam. Saya berharap Gayo Go Green bisa menyelamatkan hutan Gayo yang berada di 4 Kabupaten yang dulu bersatu adminstratif, yakni Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues,dan Kutacane. berjalan

Untuk itu, sebagai rakyat Gayo, tetap menjadi yang bersatu dalam pikiran dan kerja, tetap menjaga tanoh tembuni bernyawa, agar kehidupan berjalan baik. Kita layak mengembalikan Gayosebagaikawasan yang hijau dan kaya. Begitulah hendaknya.

*Arjuliska adalah alumni Fakultas Hukum Unsyiah, Penyair, dan anggota Forum Gayo Go Green

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.