Berdasarkan Tapak Batu, Teori Migrasi Austronesia Indonesia Harus Ditulis Ulang

Takengon | Lintas Gayo – Teori yang mengungkapkan bahwa sebaran kapak persegi hanya ada di Indonesia bagian Timur dan kapak lonjong di Indonesia Barat, sudah tidak lagi tepat dan harus direkonstruksi. Pasalnya, kapak persegi telah ditemukan di Pulau Weh Sabang dan di Loyang Putri Pukes.

Demikian diungkapkan ketua penelitian Kajian Indonesia Austronesia Prasejarah dan Sesudahnya di Wilayah Budaya Gayo (Austronesia di Indonesia Bagian Barat), Ketut Wiradnyana, Jum’at (14/12/2012).

Menurut Ketut Wiradnyana, di Loyang Putri Pukes ditemukan kapak lonjong. Artinya, teori migrasi berdasarkan kapak batu harus direposisi karena tidak tepat lagi. Kapak lonjong ternyata tidak hanya di Indonesia timur persebarannya, tapi di wilayah Barat Indonesia.

Temuan terbaru Balar Medan ini telah meruntuhkan teori lama dan perlu penulisan ulang sejarah batu kapak Indonesia yang dinilai Ketut sudah tidak lagi relevan dengan temuan terbaru.

Ketut sudah mengirim delapan sampel dari temuannya ke Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) Jakarta . Kerangka manusia prasejarah yang tidak utuh di lokasi penelitian Balar , tambah Ketut, diduga berasal dari zaman awal-awal masehi.

Selain menganalisa dengan analisa karbon, Ketut juga melakukan tes DNA untuk manusia prasejarah gayo ini sehingga data yang terkumpul validitasnya akan diakui.

Bukan itu saja, rinci Ketut , berdasarkan analisis, bahwa Loyang Ujung Karang yang saat ini berjarak lebih kurang 300 meter lebih dari bibir Danau, dahulu bibir Danau berada didepan Loyang Ujung Karang. Kini danau menyusut hampir 300 meter lebih menyusut meninggalkan sisi Loyang Ujung Karang.

Dari kerangka prasejarah ini, umumnya ras Austromelanesoid. Bahkan Ketut menduga di sebuah temuan Loyang Mendale pada kedalaman 2.5 meter, Moyang  orang gayo diperkirakan lebih tua dari dari 7400 tahun lalu.  Kehidupan disana diprediksi 5000 tahun lalu hingga awal masehi. Atau 300 tahun masehi. Artinya, ulas Ketut lagi, sepanjang 3000 tahun, lokasi Mendale dan Ujung Karang sudah dijadikan kawasan hunian, serta perkuburan.

Berbagai benda ditemukan seperti Sumatralith. Dan temuan lain seperti perhiasan kerang dari pesisir pantai. Metode penguburan masih dilipat, dibuatkan lubang kubur.Selama kurun waktu 3000. Untuk Penelitian di kawasan Linge , kata Ketut  sulit dilanjutkan karena terbatasnya anggaran Balar. Kecuali anggarannya dibantu Pemda atau pihak lain.

Ketut dan kawan-kawan dari Balar, di Loyang Ujung Karang, menemukan dua kerangka manusia dalam satu lubang kubur. Hal ini pernah ditemukan di Gua Harimau Sumatera Selatan. Temuan di gayo dinilai Ketut sangat penting karena merupakan sejarah identitas gayo.

“Identitas ini seperti halnya KTP. Bagaimana orang hidup tanpa KTP. Beginilah pentingnya sejarah Muyang Datu gayo”, tegas Ketut. Tambahnya lagi, temuan di gayo juga telah meruntuhkan teori sebaran batu kapak yang selama ini itulis dan dipahami karena tulisan sejarah itu harus direposisi kembali atas nama ilmu pengetahuan. (Win Ruhdi Bathin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments

  1. Buat orang – orang kaya gayo di perantauan dan di tanah gayo ayo sumbangkan dana bantuannya buat penelitian lebih lanjut, terutama untuk menemukan kembali bukti sejarah kerajaan linge…… harap bentuk yayasan yang bisa mendanai hal ini…. saya sakin banyak yang ingin membantu/ menyumbangkan dana hanya saja bantuannya siapa yang menerima dan mau mengelolanya agar benar – benar di gunakan dengan benar…… trism

  2. terimakasih kami ucapakan kepada Tim Balar dan pihak-pihak yang telah membantu dalam menemukan manusia pra sejarah di Loyang Mendale. dengan penemuan manusia prasejarah itu bisa mengungkapkan tentang asal-usul suku gayo………….

  3. Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Tim Balar dan pihak-pihak yang ikut membantu dalam penemuan kerangka manusia prasejarah di Loyang Mendale (Takengon), karena dengan adanya penemuan ini dapat menjelaskan tentang identitas suku gayo yang sebenarnya, sehingga bisa bermanfaat bagi sejarah indonesia secara umum dan suku gayo khususnya. Kami mengharapkan adanya perhatian yang serius dari Pemkab Aceh Tengah, dan Pihak DPRK dalam mendukung kelanjutan penelitian ini, baik dari segi bantuan materi maupun finansial.