Wahyuni*
Munafik
Dimulut manismu itu
adalah harimau yang menakutkan
Hati sulit terjaga
bila menyatu kemunafikan hitam
katakanlah sepuasmu
bila itu menjaga surga
Birzikirlah hingga di ujungnya
Bila anggukan bermakna mulia…
Tarian topeng dapat menjelma
saat jiwa berubah warna
teruskan memoles wajah
dengan apa saja
Agar kenangan harum tetap menyengat
seperti keimanan yang melupakan tiang
persis terang berlagu redup
mencoba menghitung pasir-pasir
tak mampu lalu menyalahkan ombak
tentang gelombang yang menghapus butiran
Aku sejati
mendengarmu berpatah-patah kata
pada iman yang tak kembali
teruskan seluas padang
karena aku berdiri dikurunganmu
Takengon 16/12/12
—
Dialog Pohon
Berkata akar pada pangkal pohon “Aku haus”
Pangkal Bilang,”air ada padamu kan?
“Woi kirimkan Air Cepat…,” teriak Pohon
“Aku panas, warnaku menjadi coklat,” kata daun.
“Aku mau hijauku, mana air,” teriak pohon lagi.
“Woi pohon dan daun, aku sedang mencari air, bersabarlah,” jawab akar kesal.
“He eh, air tadi dimana?” tanya pangkal lagi pada akar. “Kau korupsi,” lanjutnya
“Tidak pangkal, aku kesulitan.Ā air macet,” jawab akar
“Banyak benda tak bisa ku tembus,” lanjut akar.
“Lho…lho…lho, cepat air, jangan ribut,” teriak pohon kembali.
“Ya…ya cepaaat, gara-gara kau, akar, makluk bumi memusuhiku,” sambung Daun
“Aduuuuh, manusia menanamkan plastik di sini, aku tak bisa menembusnya,” akar menjelaskan.”Akupun kehabisan air woi..,”
“Hahhhhhhhh,” jawab seluruh nadi alam
“Mati kita semua, air dimana,?
Takengon, 15/12/2012
—
WAHYUNI, Master Psikologi. Bekerja di Rumah sakit Datu Beru Takengon. selain itu, perempuan ini pun aktif dan tercatat sebagai pendiri Yayasan Salsabila dan Habluluminnas Hablulminallah (H2), lembaga perempuan yang kreatif dalam pengelolaan sosial. Wahyuni, M,Mps,Psikolog tetap sebagai dirinya, menulis dan penyuka puisi. Terakhir dia sebagai anggota Forum Gayo Go Green (3G)