Ismail. M, Komponis dari Negeri Antara

Oleh : Novarizqa Saifoeddin*
 
O…. Ipako engon ko jemur
O….Ipako engon ko jemur
Enti osah mamur  gelah jeroh i jegei
Enti osah mamur gelah jeroh i jegei
Tur kaming tur ku biyo kujung mungkur
Silep aku kejep jang jingket ngéké jemur
Syair tersebut nukilan dari lagu berjudul Jangjingket, salah satu  karya seniman Gayo yang turut mengiringi suksesnya tari Tuak Kukurdi Pekan Kebudayaan Aceh pertama tahun 1958.

Selain mencipta lagu dan merangkai syair, seniman kelahiran Kebayakan tahun 1927 ini juga mahir memainkan clarinet, saxophone, gitar, piano dan biola.

Dialah Ismail M, yang pada tahun 1943, saat berusia 16 tahun bergabung dengan orkes perguruan RPK sebagai pemain clarinet. Tahun 1945 bergabung dengan PPM.  Setahun kemudian Ia bergabung dengan perkumpulan Rayuan Sukma sebagai pemain alto saxophone.

Setelah Perguruan Perusahaan Murid-Murid (PPM)   yang dipimpin Ali Djauhari tidak lagi aktif sekitar tahun 1949, Ismail M  bersama kawan kawan di  PPM kemudian membentuk sebuah perkumpulan, semacam gelanggang seni dan budaya. Perkumpulan itu mereka namai SADAR.  Selain mengembangkan seni musik, SADAR adalah  juga wahana mengembangkan seni peran dan seni lukis.

Tahun 1958 di Kutaradja, di ajang Pekan Kebudayaan Aceh, Orkes SADAR dibawah pimpinan Ismail M  tampil memukau melantunkan lagu lagu dari daerah Gayo lewat suara Sadimah S, Abdullah Sugeng, AS Kobat dan AR Moese.  Tahto Yah Uren dan Kurlaklak, adalah dua karya Ismail M yang turut berkumandang.

Mahir memainkan beberapa alat musik ditambah kemampuan membaca notasi balok dengan baik tak membuatnya jumawa.  Ia tetap rendah hati, tidak suka menonjolkan diri dan cenderung pendiam. Ismail M juga dikenal sebagai pribadi yang jujur, melakukan sesuatu harus sesuai aturan, peribahasa Sesuk berjeningket kunul belembuku  ia pegang teguh. Dalam berkarya, Ia kerap bekerja sama dengan personil SADAR dalam menuliskan syair lagu, antara lain  Asri  Djaduddin, S. Kilang  dan  Zuska.

Beldem Cike, adalah salah satu lagu Ismail M yang syairnya ditulis Asri Djaduddin. Sedangkan Berutem adalah lagu Ismail M yang syairnya ditulis oleh S. Kilang.  Lagu Canang, Peteri Bensu, Sidang ko Sidang, Manat, Ménét, Beru Menye, Berkekede adalah lagu Ismail M yang syairnya ditulis oleh Zuska

Seperti kebanyakan seniman Gayo pada masa itu yang bermusik untuk musik, Ismail M juga idem dito. Kemampuannya bermusik dan mencipta lagu tidak dijadikan ladang mencari materi dan ajang meraih popularitas. Ia tetap memilih tinggal di Gayo dan mendedikasikan dirinya untuk perkembangan seni budaya Gayo. Hingga akhir hayatnya tahun 1995, entah sudah berapa banyak karya yang ia hasilkan.

Sekelumit cerita tentang almarhum Ismail M si mubibir manis mudélah paséh ini adalah penghormatan dan terimakasih atas apa yang telah ia wariskan untuk perkembangan seni budaya Negeri Antara. Semoga menginspirasi.

*Novarizqa Saifoeddin, penyuka seni budaya Gayo tinggal di Depok – Jawa Barat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments