Oleh : Siti Aminah*
Ayah…
tak dapat kulukis betapa bahagia hati
di hari ini, aku ingin melihatmu tersenyum
walau tubuhmu tak dapat memelukku dengan dekap
tapi, aku melihat air mata bahagia dari wajahmu
Ayah…
kini aku telah lulus sekolah
aku ingin wujudkan impian dan cita-cita
aku ingin mendaki puncak tantangan
menerjang batu granit kesulitan
aku ingin ketempat-tempat yang jauh
berkelana, menemukan arah masa depanku
Ayah…
kau selalu utamakan pendidikanku
kau yang ajarkanku tegar dalam menghadapi hidup
semangatmu selalu terkenang dalam hatiku
perjuanganmu yang menjadi panutanku
Ayah…
ku sadar tanganmu tak mampu lagi kau gerakkan
kakimu tak bisa lagi melangkah
tubuhmu terbaring di atas tempat tidur
tapi, aku tak pernah lelah untuk menjagamu
Ayah…
aku mengerti maksud pikiranmu
setelah membaca surat Usmu dari kepala sekolah
air matamu berlinang membasahi kertas-kertas itu
kau tak bisa lepaskan kepergianku
kau ingin aku selalu ada di sampingmu
Ayah…
aku rela tidak lanjutkan kuliah demimu
agar aku bisa hidup lebih lama bersamamu
walau suka dan duka
kan ku simpan cita-citaku yang ada
Ayah…
aku melihatmu menangis di sudut-sudut kamarku
hati ini sakit melihat tangismu
saat kau merangkul tubuhmu karena rasa sakit itu
aku tahu engkau ingin lepas dari derita
Ayah….
setiap kali aku melihatmu, hatiku ingin menangis
melihat tubuhmu, matamu, jemari tangan dan kakimu yang begitu dingin
aku ingin rasakan sakit seperti yang kau rasakan saat itu
Ayah….
satu hari sebelumnya, aku masih bisa tertawa dan tersenyum
tanganku masih mampu menyuapi makanan untukmu,
masih bisa mendekap dan tidur di sampingmu
masih bisa buatmu tersenyum,
Ayah….
tepat jam lima pagi
kau pergi dari dunia ini
kau hembuskan nafas terakhirmu di saat kupegang tanganmu
di saat mu’adzin kumandangkan adzan
Allah mengambilmu dari dunia yang fana ini
Ayah….
bagiku kau pergi terlalu cepat
kau tak bisa melihatku memakai pakaian guru
seperti yang kau impikan sebelumnya untukku
Ayah….
satu hari sebelum kepergianmu
aku menulis pesan terakhirmu di buku harianku
ku tulis kata-kata itu bersama linang air mata
“Anakku, jika ayah pergi.
Jagalah ibumu dan adikmu, bahagiakanlah ia dengan menggapai cita-citamu.
Maafkan ayah, surat Usmu yang kau berikan bukan berarti ayah abaikan. Tetapi, ayah yakin tanpa itu kau bisa mengarunginya. ”
Ayah….
andai kau tahu
hatiku sangat teriris saat membaca kata-kata itu
Ya Allah, Engkau Maha Tahu dari apa yang tidak aku ketahui
Engkau Maha Melihat dari apa yang aku sembunyikan
Engkau Maha Pengampun, dari itu ampunilah dosa kedua orang tuaku
Ya Allah, kabulkanlah doaku.
—
* Kenangan tentang ayahku akhir kelas 3 SMA Timang Gajah tahun 2008