Win Wan Nur : Di Gayo, Kopi Harusnya Sebagai Sentral Strategi Pembangunan

Suasana seminar kopi dan pariwisata Gayo. (Lintas gayo | Kha A Zaghlul)
Suasana seminar kopi dan pariwisata Gayo. (Lintas gayo | Kha A Zaghlul)

Takengon | Lintas Gayo – Dalam seminar internasional digelar di hotel Darussalam Takengon, Minggu 24 Februari 2013 malam, juga dicetuskan bahwa Gayo berpeluang sebagai daerah tujuan wisata Kopi Organik nomor 1 di dunia.

Hal ini doinyatakan oleh Win Wan Nur dari Fortuna Media, sebuah perusahaan konsultan branding yang berpusat di Jakarta.

Dalam pemaparannya Win Wan Nur mengatakan bahwa di Gayo, ada banyak pandangan salah kaprah mengenai pariwisata.  Saat mendengar tentang Pariwisata, mayoritas orang Gayo langsung berfikir tentang perempuan bule berpakaian minim, diskotek, hura-hura dan minuman keras.

Menurut Win Wan Nur itu terjadi karena masyarakat tidak bisa membedakan antara  potensi wisata, produk wisata dan ekses pariwisata.

Menurut Win Wan Nur,  ilustrasi pariwisata yang banyak dibayangkan orang Gayo itu sebenarnya hanyalah salah satu produk dan ekses dari  pariwisata dalam kategori ‘Pop-Culture Tourism’ dan kategori pariwisata ini dengan segala turunannya tidak cocok dikembangkan di Gayo. Sebab selain bertentangan dengan norma masyarakat Gayo dan banyak ekses negative-nya. Pariwisata dengan kategori ini juga tidak banyak menimbulkan efek positif dari segi ekonomi.

Win Wan Nur juga menyoroti tidak adanya strategi pengembangan wisata yang jelas di Gayo, tak ada strategi branding dan positioning apapun dan tidak jelas menyasar segmen pariwisata yang mana.

Menurut pemakalah ini, seharusnya Gayo menjadikan Kopi sebagai sentral dari semua kebijakan pembangunan pemerintah. Sebab Kopi adalah ‘ darah-nya Gayo’. Penggerak utama ekonomi Gayo  adalah kopi, sehingga tentu saja seharusnya Gayo menjadikan kopi sebagai sentral dari semua strategi kebijakan pembangunan daerah.

Sebab disadari atau tidak, bahkan sebenarnya para pejabat dan pengambil kebijakan di Gayo sebenarnya dibayar dengan uang hasil penjualan kopi dari petani dan anda semua para pengusaha kopi yang hadir hari ini.

Sebagaimana Bali yang membuat seluruh strategi pembangunannya untuk mendukung pariwisata yang merupakan penggerak utama ekonomi mereka.

Seharusnya di  Gayo pun seluruh strategi pembangunan dibuat untuk mendukung kopi.  Contohnya, kebijakan pertanian palawija seharusnya diarahkan untuk mendukung kopi, kebijakan peternakan, diarahkan untuk mendukung kopi, tata ruang Gayo pun harus diarahkan untuk mendukung kopi,  Pariwisata Gayo pun tentu saja sudah seharusnya dikembangkan untuk mendukung kopi.

Kalau ini dilakukan,  kata Win Wan Nur, Gayo akan langsung menjadi  ‘daerah tujuan wisata kopi organic  nomor 1 di dunia’.  Sehingga bukanlah hal sulit untuk mendatangkan 100 ribu turis ke Gayo,  mengingat ada  1,1 milyar peminum fanatik kopi di dunia. Kalau ini terjadi tentu saja, disamping membuka industry dan lapangan kerja baru. Nama Kopi Gayo juga akan terangkat dan dikenal dunia, sehingga otomatis harga yang diterima petani akan meningkat.

Cuma sayangnya, kata Win Wan Nur,  rakyat Gayo para pelaku usaha kopi ini seperti anak yatim yang sama sekali tidak mendapat perhatian dari pemerintah. Sehingga kalau Kopi Gayo ingin besar dan dikenal dunia, rakyat Gayo harus berusaha dengan kemampuan sendiri. Apa yang disampaikan oleh Win Wan Nur ini diamini oleh seluruh peserta yang jumlahnya jauh melebihi perkiraan panitia sehingga tidak semuanya mendapat tempat duduk. (LG003)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.