Kopi Belum Maksimal Hasilkan PAD bagi Daerah

Diskusi aktual bulanan Seri III di PWI Aceh.(Lintas Gayo | a.ZaiZa)
Diskusi aktual bulanan Seri III di PWI Aceh.(Lintas Gayo | a.ZaiZa)

Banda Aceh | Lintas Gayo – Direktur UKM Centre Unsyiah DR Iskandarsyah Madjid,SE.MM mengungkapkan, komuditas unggulan di Aceh tidak ada artinya, karena di daerah ini tidak memiliki industri yang memadai. Akibatnya, berbagai komuditi unggulan di Aceh itu di ekspor dari luar Aceh.

Dengan begitu, secara otomatis pula, keuntungan yang diperoleh Aceh dari komuditas unggulan tersebut sangat kecil. Bahkan ironisnya, sektor unggulan tersebut tidak mampu mendonkrak perekonomian masyarakat, apalagi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Hal ini bisa dilihat secara nyata, dimana Aceh yang memiliki komuditas unggulan seperti Kopi dari Aceh Tengah dan Bener Meriah. Namun, meskipun komuditas unggulan ini terkenal hingga ke mancanegara, namun di ekspor melalui daerah lain bahkan, banyak juga yang menggunakan nama lain.

“Ini kondisi kita saat ini, Kopi yang menjadi komuditas unggulan, namun tak mampu meningkatkan PAD bagi Aceh Tengah dan Bener Meriah,” ujar Iskandarsyah Madjid dalam diskusi aktual bulanan di PWI Aceh, Kamis (28/2/2013).

Diskusi seri III ini membahas masalah prospek Prospek Usaha Kecil Dalam Pertumbuhan Ekonomi di Aceh menghadirkan pembiacara Kepala Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh Zulfan Nukman.

Untuk mengatasi persoalan yang komplik ini, Iskandarsyah menghimbau agar pemerintah dan masyarakat Aceh menggunakan produk lokal. Dengan demikikan, dapat membantu membangun pertumbuhan perekonomian di Aceh.

Hingga saat ini, mayoritas masyarakat Aceh sehari-harinya masih menggunakan produk luar, padahal itu akan mengurangi jumlah peredaran uang di Aceh. Karenanya, produsen produk lokal juga perlu diperkuat, terutama oleh kalangan perbankan.

Selama ini, lanjut Iskandarsyah, sangat sulit usaha-usaha kecil mendapatkan bantuan pendanaan dari bank. Hal ini, mungkin karena beresiko besar sehingga pihak bank enggan memberikan dana untuk usaha yang akan dirintis.

“Bank hanya memberikan dana kepada usaha-usaha yang sudah berjalan, hal inilah yang menyulitkan para pengusaha mikro untuk menjalankan usahanya,” ungkap Iskandarsyah.(SP/red.04)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.