by

Bisnis Politik

Hera Riszki
Hera Riszki

Oleh: Hera Riszki*

POLITIK merupakan bagian aktivitas manusia yang berhubungan dengan sebuah institusi pemerintahan dalam Negara maupun daerah. Tujuan dari politik pada hakikatnya adalah untuk kesejahteraan dan memberikan kemakmuran bagi masyarakat bukan sebaliknya. Ketika hal tersebut tidak terwujud berarti bukan untuk menjalankan ruh dari politik tersebut.

Pada setiap negara memiliki corak yang berbeda dalam sistem perpolitikan. Perpedaan konsepsi politik pada setiap Negara, ini tidak terlepas dari kehidupan sosio cultural, maupun pandangan hidup pada setiap Negara tersebut maupun daerah. Maju mundurnya pada sebuah Negara, tidak terlepas dengan sistem ideologi politik yang dianut, karena politik memproduk berbagai kebijakan yang menyangkut dengan rakyat dan pemerintah secara hirarki.

Tujuan tertinggi dari kehendak dan kebebasan memilih manusia adalah kebahagian. Kebahagian berarti lepasnya jiwa dari segala apa yang materil dan tergabungnya dengan alam keruhanian. Al-Farabi (filosof muslim: Abad 9) juga meyakini alam keruhanian sebagai tempat kebahagian yang ada pada manusia. Selain itu juga Aristoteles, meyakini bahwa individu yang berwatak zoon politicon (makhluk kemasyarakatan) takkan memperoleh kebahagian, tanpa dukungan masyarakat.

Berdasarkan kajian terkini kita melihat banyak orang terlibat politik bukan untuk memenuhi hajat orang banyak dan untuk memperbaiki kepentingan umat manusia, akan tetapi sebaliknya hanya untuk memperkaya diri, dan kelompok. Sikap inilah yang membuat masyarakat jadi apatis bahkan masyarakat memilih bukan atas kesadaran rasional akan tetapi memilih karena terpaksa kalau itupun ada yang bayar.

Sikap amoral politik ini terjadi karena politisi yang terpilih inilah yang telah mengajarkannya, maka tak heran jika calon pemilihan kepala daerah maupun legeslatif tidak terlepas dengan intrik money politik. Kata sebagian orang tidak ada makan siang yang gratis begitu juga dengan ongkos politik yang cukup begitu besar. Stigma tersebut meracuni masyarakat sehingga masyarakat menjadi kotor dan tidak bijaksana dalam memilih pemimpinnya.

Fenomena ini sudah seharusnya kaum intlektual untuk memberikan pencerdasan politik bagi masyarakat, lima tahun tidak cukup dibayar hanya sebatas selembar ‘sarung’. Lima tahun merupakan rentang waktu yang cukup singkat, seharusnya ini dijadikan untuk memperbaiki tatanan kehidupan sosial yang lebih baik dari berbagai aspek kehidupan apakah berupa pendidikan, ekonomi, maupun kesehatan.

Melihat berbagai persoalan yang terjadi hari ini dalam dinamika per-politikan terkesan politik hanya dijadikan sebagai ladang bisnis bukan sebagai perbaikan tatanan kehidupan manusia yang beretika, bermoral dan bermartabat atas upaya penyelematan kehidupan manusia.

Semoga saja kompotesi politik 2014 nanti, merupakan kompetisi untuk memperbaiki tatanan kehidupan manusia, akan tetapi bukan kompetisi para pembisnis yang hanya mementingkan pribadi dan kelompok.(hera.riszki.hr[at]gmail.com)

*Mahasiswi Jurusan Akuntansi Universitas Sumatera Utara (USU)

Comments

comments