Takengon | Lintas Gayo – Seminar Membangun Model Pengelolaan Danau Laut Tawar menuju pengelolaan DAS Peusangan yang berkelanjutan di Oproom Setdakab Aceh Tengah (16/3/2013) diwarnai kecaman oleh sejumlah peserta dan bukan peserta seminar atas penyataan satu peserta lainnya yang juga sebagai anggota DPRK Aceh Tengah, Ikhwanussufa.
Pernyataan Ikhwanussufa saat sesi tanya jawab mendapat kecaman setelah mengutarakan beberapa hal terkait terjadinya Lemo (air danau Lut Tawar naik/meluap-red).
Akibat kecaman terhadap Ikhwanussufa tersebut, moderator seminar menghentikan diskusi untuk tidak memperpanjang masalah yang sudah selesai, dan acara pun dihentikan karena waktunya istirahat dengan kumandang adzan Zuhur.
Setelah shalat zuhur dan makan siang usai, beberapa masyarakat yang bukan peserta seminar mendatangi Ikhwanussufa, menanyakan kejelasan akan ucapan yang dinilai menyinggung perasaan warga sekitar Danau Lut Tawar yang lahan pertaniannya tertimpa luapan air. Mereka mendesak Ikhwanussufa meminta maaf kepada sekitar 500 kepala keluarga korban Lemo diseputaran danau Lut Tawar.
Sempat terjadi ketegangan, namun kemudian redam. Ikhwanussufa bersedia menandatangani pernyataan permintaan ma’af diatas kertas bermaterai dengan difasilitasi salah seorang mahasiswa Universitas Gajah Putih Takengon, Aramiko Aritonang.
Jika Salah, Minta Ma’af
Selanjutnya secara terpisah, Ikhwanussufa kepada Lintas Gayo menjelaskan bahwa titik permasalahan adanya protes atas terjadinya luapan air danau Lut Tawar adalah minimnya sosialisasi Amdal oleh pihak PLTA Peusangan sendiri terkait pembangunan Regulating Weir yang berlokasi di bekas lapangan Yayasan Pendidikan Islam Hakim Bale Bujang Kecamatan Lut Tawar tersebut.
“Sebenarnya kalau disampaikan dari awal bahwa ada kenaikan air setiap tahunnya yang dituangkan sebagai salah satu catatan Amdal maka sejumlah persoalan akibat Lemo bisa diminimalisir,” kata Ikhwanussufa.
Dia menegaskan, pun jika pernyataannya saat seminar itu salah yang dia utarakan berdasarkan tinjauan atau pengkajian akademis serta disampaikan dalam Forum resmi yang ilmiah, dan bukan disampaikan dalam pengambilan kebijakan publik, maka dia minta ma’af.
“Tadi penyampaian saya saat diskusi akademis yang berbentuk seminar namun kalaupun ini dianggap salah maka saya meminta maaf atas ucapan itu,” pungkas Ikhwanussufa. (Tim)