Puisi Kopi Mahdi Idris

Secangkir Kopi
Secangkir kopi panas
kucelup sebilah bulan jingga
berenang sampai ke tepian
kuteguk; lidahku tersengat
mata bulan purba.

Ada sisa nyanyi sembarang dalam cangkir kopi
pahit manis, asin tawar
selalu biasa kita titipkan pada bara api
memanas dalam ingatan,
merobek kenangan jadi abu.

Secangkir kopi yang kauseduh tiap pagi
mengantarku sampai ke ambang pintu
dan lenyap pada ingatan percakapan
yang nyinyir; berbau amis
dan selalu begitu, tiada habisnya.

(Rayeuk Kuta  2011)
MAHDI IDRIS

Mahdi Idris  lahir di Gampong Keureutoe Kec. Lapang, Kab. Aceh Utara, 3 mei 1979. Karya-karyanya berupa cerpen, puisi, dan esai dimuat beberapa media lokal dan nasional. Selain itu, karyanya juga terhimpun dalam antologi Kerdam Cinta palestina (Folipenol, 2010), Sesayat Munajat Doa (Leutika Prio, 2011), Sebingkai Kata; Sajak September (Leutika Prio, 2012), Narasi Tembuni (KSI Award, 2012), Epitaf Arau (Senikata, 2012), Ayat-Ayat Ramadhan (2012) dan beberapa antologi bersama yang akan segera terbit. Manuskrip puisinya Nyanyian Rimba memenangkan juara II pada sayembara Puskurbuk 2011. Kumpulan cerpennya yang telah terbit Lelaki Bermata Kabut (Cipta media, 2011). Sekarang menetap di Rayeuk Kuta Kecamatan Tanah Luas, Kab. Aceh Utara.

Puisi Mahdi Idris  telah lulus seleksi tahap pertama dari sejumlah karya yang dikirimkan dan berhak menjadi nominator karya yang akan dimuat dalam Buku Antologi Puisi “Secangkir Kopi” terbitan oleh The Gayo Institute (TGI) dengan kurator Fikar W Eda dan Salman Yoga S.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.