Kekeliruan dalam Mengelola Negeri

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni[*]

 Husaini2

Banyak hal keliru disekitar kita, tapi kita sering tidak tahu bahwa itu keliru. Atau, mungkin kita sebenarnya menyadari itu keliru, tetapi karena semua orang melakukannya, kita menganggapnya lumrah, (kick Andy).

Bangsa yang besar, dengan kekayaan alam yang melimpah dengan jumlah SDM yang tak dapat dihitung dengan jari dan dengan luas daerah mulai dari Sabang sampai Merauke, membuat kita yakin bahwa masyarakatnya pasti hidup makmur. Ini dibuktikan bahwa sejak dari dahulu semua negara melirik Negara Indonesia, itulah diantara sebabnya Indonesia dijadikan sebagai daerah jajahan. Namun realita berkata lain, rendahnya kemampuan SDM yang dimiliki menjadikan  kekayaan yang seharusnya dibanggakan, tapi menjadi menjadi kenikmatan bagi orang-orang Asing

Sebagian pendapat mengatakan bahwa Sumber Daya Manusia Indonesia begitu banyak dan cerdas, tapi hanya sedikit yang bisa memberi manfaat untuk bangsa ini, sehingga membuat Negeri ini berada dipersimpangan jalan, antara arah yang baik atau arah yang buruk. Ada mereka yang opitimis melihat perjalanan Negerin ini, tapi tak jarang juga melihatnya secara miring sehingga menemukan beberapa kekeliruan, kekeliruan ini terekam dalam tayangan media sebagai isyarat bahwa kekeliruan perlu diketahui guna mengambil langkah menuju kemajuan, kekeliruang yang terpampang dapat dijadikan sebagai bahwa analisis dan batu loncatan menuju cita-cita pendiri Negeri ini. Diantara kekeliruan yang dimaksud adalah :

  • Saat para elit politik menghadapi pemilu, dia mendekati masyarakat. Dari dulu  kemana aja ?
  • Saat pemimpin yang  seharusnya mendengar aspirasi rakyatnya, dia buta dan tuli tidak mendengar suara rakyatnya.
  • Saat pejabat melakukan korupsi, dia tertawa didepan  kamera dan tidak merasa malu atas perbuatannya
  • Saat hakim yang seharusnya mengadili seseorang karena  berbuat salah, dia sendiri yang melakukan kesalahan dengan menerima uang suap.
  • Saat para pemimpin yang seharusnya melindungi rakyatnya dari kesusahan, dia sendiri yang menikmati uang rakyatnya.
  • Saat para guru sekolah yang  seharusnya mendidik muridnya, dia sendiri yang merusak cita-cita anak muridnya.
  • Saat orang tua yang seharusnya merawat anak kandungnya, dia sendiri yang menghamili dan  menjual anaknya sendiri.
  • Saat rumah sakit yang seharusnya mengobati pasien yang dibawa kerumah sakit, rumah sakit itu sendiri yang menelantarkan pasien sehingga meninggal dunia.
  • Saat masyarakat dituntun untuk mematuhi hukum, tidak dihiraukan.
  • Saat penegak hukum  yang seharusnya mengadili yang salah dengan  adil,  dia sendiri yang merusak hukum dengan  menjatuhkan hukuman yang diskriminatif antara pejabat dan rakyat susah.

Itulah beberapa kekeliruan yang adadan disiarkan, kita yakin masih banyak hal-hal lain yang mungkin ada dalam pikiran  kita. Kekeliru ini adalah sebagaimana di ungkapkan oleh Jaya Suprana yang merupakan bapak kelirumologi dan merupakan Pendiri Museum Rekor Muri Dunia Indonesia (MURI) yaitu: “paham kesadaran untuk senantiasa berusaha menelaah kekeliruan demi mencari kebenaran. Ditambahkan oleh Jaya Suprana bahwa Bangsa  Indonesia kini “Krisis Kemaluan”, melihat itu Jaya berpendapat Indonesia butuh pendidikan kemaluan. “kemaluan kita ini  sudah mengecil semua. Kalau mau korupsi ya harusnya kemaluan membesar kata Jaya Suprana.

Karakter Jahiliyyah:

Masih dalam pandangan sebagian orang bahwa fenomena yang dialami oleh negeri ini tidak lebihnya seperti kehidupan pada masa Jahilyyah dulu. Tidak bisa kita pungkiri bahwa ada sisi kehidupan yang mencerminkan sikap kejahiliyahan, diantaranya adalah kehidupan yang nista, kehidupan mewah yang masih didominasi oleh sebagian orang dan berakibat pada pemiskinan orang lain. Sikap seperti ini tidak hanya bertentangan denganmoral bangsa tetapijuga bertentangan dengan moral agama.

Padahal sudah banyak aturan-aturan yang lahir untuk mengatur prilaku anak bangsa, namun karena rendahnya kecerdasan mereka yang mengelola negara maka hal yang tidak dikehendaki tetap terjadi. Prilaki pemimpin yang hanya mengisi gudang kekayaan  sedangkan sebenarnya itu adalah hak rakyat sehingga membuat mereka menjadi miskin, lapar dalam waktu yang tidak mereka ketahui sampai kapan.

Karakter-karakter Jahiliyyah yang dapat dijadikan sebagai standar untuk menilai kekeliruan dimaksud adalah :

  • Su’udzon “sesuatu yang baik pun dicurigai,  apalagi yang berbuat baik. Inilah yang sering terjadi dalam negeri kita ini yang dipraktekkan oleh  para politisi  kita, saling menyerang antar sesama demi mengangkat harkat kelompok mereka”.
  • Emosional “benar atau salah tidak peduli yang penting membela kelompok walaupun salah”.
  • Hukum “apabila pejabat yang melanggar hukum, hukum tidak ditegakkan  dan jika orang susah yang melanggar hukum maka hukum cepat-cepat ditegakkan”.
  • Pamer “Pamer kekuatan, potensi tidak ada hanya kekuatan yang di andalkan”.

Inilah beberapa karakter yang telah menyelimuti anak bansa yang haus akan kekayaan, semoga kita jauh dari kehidupan Jahiliyyah tersebut karena  kehidupan Jahiliyyah adalah kehidupan yang nista.

Solusi yang ditawarkan untuk memperbaiki kekeliruan yang telah menjadi denyut nadi bangsa diantaranya adalah apa yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw. yaitu dengan upaya memperbaiki moral semua anak bangsa, karena itulah misi pertama dari diutusnya Rasul.

Termasuk juga daerah Aceh yang merupakan daerah yang memberlakukan syari’at Islam. Tidak secara serta merta suatu daerah yang mengamalkan Syariat berarti telah berjalan sesuai dengan tuntunan Agama, kendatipun Aceh secara historis telah mencapai puncak kejayaan dalam mengamalkan syariat yaitu pada masa kesultanan Iskandar Muda. Dalam atjehcyber.net.Denys Lombat, seorang sejarawan Perancis melukiskan wajah Aceh pada zaman Iskandar Muda sudah  berjalan dengan baik, meliputi tertibnya administrasi keuangan dalam negeri, adanya perundang-undangan  dan  tata pemerintahan yang teratur, memiliki angkatan bersenjata, memiliki komitmen dibidang politik perdagangan dalam negeri dan  antar Negara lain, memiliki hubungan diplomatik dengan  Negara asing, memiliki mata uang sendiri. Serta Aceh Memiliki kebudayaan yang bernafaskan  Islam, kesenian dan kesustraan dan Iskandar Muda sendiri sebagai seorang sultan yang agung dan berwibawa serta bijaksana dan kerajaan Aceh Darussalam merupakan  salah satu Negara Islam yang memiliki peradaban dan dikenal didunia”

Namun apa yang diceritakan oleh Denys Lombat bukanlah merupakan sebuah jaminan untuk masa sekarang.



[*] Husaini Muzakir Algayoni: Anggota DKMA Banda Aceh, peminat politik dan  Pendidikan.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.