PULUHAN ribu Pegawai Negeri Sipil (PNS) Gayo Lues hampir setiap hari dibahunya tersemat karya fenomental. Karya tersebut sebuah kebanggaan sekaligus jati diri bagi masyarakat Gayo Lues dan identitas yang menandakan daerah kabupaten dari kabupaten-kabupaten yang ada diseluruh Indonesia.
Identitas itu adalah Logo atau Lambang Kabupaten Gayo Lues yang sarat dengan makna, hakikat dan warna kehidupan. Tidaklah mudah melakukan kalborasi seni lukis dengan jiwa dan makna yang terkandung dalam sebuah karya, apalagi karya tersebut menjadi potret dam lambang daerah.
Karya itulah yang ditorehkan seorang sosok yang bernama Kamat Ariga yang berhasil menyisihkan sepuluh seniman yang ikut dalam lomba pembuatan lambang kabupaten Gayo Lues sebelas tahun silam. Tanpa sebuah penghargaan walau diberikan hadiah pemenang sebesar Rp. 10 juta Kamat Ariga merasa bangga mampu menyematkan identitas Gayo Lues sebagai jati diri daerah.
Kamat Ariga adalah seorang pendidik yang dilahirkan Rikit Paluh Kabupaten Aceh Tenggara. Putra yang memiliki darah dari Pining, Blangkejeren ini lahir pada 3 April 1946 dengan beristrikan Leli Hayati Lubis.
Ayah lima naka ini pernah mengecap pendidikan di Sekolah Rakyat Simpang Semadam tahun 1960, SMP di Medan tahun 63, SMA di Medan tahun 1966. Dan SI IKIP medan tahin 1987. Sementara jabatan yang pernah disandangnya adalah guru honorer disalah satu SMA di Medan, Guru SMUI di Kutacane, Kepala SMA PGRI di Kutacane, kepala SMU 2 di Kutacane, Kepala SMU Pemkab Gayo Lues dan terakhir pengawas SMP/SMU Gayo Lues.
Sementara pengalaman organisasi yang pernah dijalankan Kamat Ariga adalah sebagai ketua Kontingen Jambore Nasional di Cibubur Jawa Barat. Ketua Gayo Musara di Aceh Tenggara, Ketua DPC Muhammadiyah Lawe Sigala-Gala.
Dalam satu kesempatan sebelum almarhum meninggal dunia kepada Metro Aceh Peristiwa menuturkan bahwa pendidikan di Gayo Lues diperlukan sosok leader yang mencintai dunia itu, betapa dunia pendidikan tidak pernah mengenal politik, karena politik tandasnya tidak terlepas dari kekuasaan dan kekuasaan itu sendiri susah terlepas dari sebuah kepentingan, dimana kepentingan itu belum tentu menguntungkan dunia pendidikan.
Tokoh yang dikenal pendiam ini menyesalkan ketika dunia pendidikan dikotak-katik dengan kepentingan kekuasaan. Kedepan menurut Kamat Ariga, semua elemen pendidikan harus bersatu mencari solusi untuk memajukan pendidikan sebagai penempaan generasi sebagai penerima tongkat estafet di masa mendatang.
–
*Pemerhati Sejarah, tinggal di Gayo Lues
Innalillahi wa innailaihi rojiun…
Sungguh disayangkan pahlawan yang telah berjasa untuk lambang gayo lues hanya dipandang sebelah mata.
Ini sama saja dengan Pahlawan Yang Terlupakan…
Tapi apakah mereka tahu makna dari lambang tersebut atau hanya sebagai simbol saja sebagai pelengkap….