Perempuan Gayo dan RA Kartini

Catatan Pendek Hanisa Fitri
hanisa_duduk-1

SETIAP tanggal 21 April, perempuan di Indonesia memperingati hari Kartini. Dan betulkan Kartini itu di kenal sampai sekarang, baik perjuangan dan sosoknya. Di Gayopun perlu ada pertanyaan tersebut.

Tanggal tersebut perempuan diingatkan kembali pada perjuangan Raden Ajeng Kartini yang dianggap berhasil membawa pencerahan bagi perempuan Indonesia, walau sebenarnya pemahanan yang esensial tetap diperlukan agar bukan sekedar memperingatinya semata.

Tentu, hari Kartini bukan unutk semata-mata diperinggati saja, namun perlu pemahaman dan sebagai implementasi ukuran perempuan yang maju dan sukses juga.

Selama ini yang tampak setiap kali memperingati hari Kartini nyaris berkutat seputar itu-itu saja seperti pelaksanaan peragaan busana kebaya, lomba masak dan lain-lain. Sementara, sebenarnya banyak pemikiran Kartini yang harus kita dalami seperti halnya seboyan “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Artinya, setelah duka, terbelenggu, terpuruk akan bangkit harapan yang di dambakan masarakat seperti soal kebebasan, kesejahteraan dan keadilan yang bersemangatkan emansipasi wanita, sehingga perlu ada perubahan (Restorasi) secara optimal.

Kalau selama ini perempuan bagai terbelenggu dan tidak punya kebebasan berpolitik, nyaris kebebasan yang bersumber dari aturan pemerintah, sekarang itu harus dirubah dengan menghargai perempuan sebagai makhluk yang memiliki kemampuan sejajar dengan laki-laki, sehingga pemahaman kesetaraan gender memberi peluang besar kepada perempuan untuk menjadi pelaku politik.

Didalam pesta demokrasi 2014 mendatang, kita berharap perempuan dapat tampil lebih ekspresif dan cerdas untuk berbicara mengenai kepentingan masyarakat, serta turut berlomba dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dengan semangat patriotisme “ibu kita kartini”

Secara umum, perempuan merupakan “bentuk” muara dari sebuah kompleksitas dari  dampak sebuah keterpurukan ekonomi dan kekerasan dalam rumah tangga. Sehingga yang dibutuhkan perlawanan harus dilakukan apabila itu merugikan posisi perempuan itu sendiri, tetapi tidak dengan meninggalkan kewajiban sebagai ibu, sebagai istri, serta sebagai sosok yang berkeluarga.

Dalam hal itu, saya sebagai pribadi sengat berharap semangat perjuangan Kartini menjadi momentum dalam membela, memperjuangkan hak hak wanita di Gayo.

Intinya,sebagai perempuan Gayo mari kita tumbuhkan semangat perempuan yang berwawasan luas dan punya perjuangan untuk orang banyak. harapannya pasti kelak di Gayo lahir semangat-semangat baru yang pantas di jadikan Ikon Gayo yang memiliki etika dan sopan santun, selanjutnya menjadi sosok yang diperingati layaknya semangat R.A Kartini.

Dan yakinlah, kalau perempuan Gayo itu hebat, layaknya perempuan dimanapun, kodratnya melahirkan.. Mengasuh anak, bekerja, dan pendorong keberhasilan suami, sehingga perempuan sepatutnya juga mampu mengerjakan apa yang dikerjakan kaum laki-laki, karena itu yang memungkinkan, lantaran laki-laki tidak memiliki kemampuan mengerjakan pekerjaan wanita. Kalau  kesadaran itu muncul,maka percayalah kelak kita akan memiliki sendiri sosok sekaliber R.A Kartini, dan Gayo ikut hebat karena perempuannya yang hebat.

*Penulis adalah Ketua Yayasan Argadia Takengon dan pengamat Mode

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.