Aceh Besar | Lintas Gayo – Himpunan Mahasiswa Geografi FKIP Unsyiah bekerjasama dengan Mahasiswa Pendidikan Geografi SPS Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melakukan penanaman pohon di seputaran pantai di Desa Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar Selasa (30/4/2013).
Puluhan mahasiswa Pendidikan Geografi Sps UPI dan Penggurus Himageo memulai penanaman pada pukul 08.00 WIB, sebelum penanaman berlangsung mahasiswa terlebih dahulu membuat lubang-lubang biori untuk memudahkan penanaman. Setelah penanaman ratusan pohon itu para mahasiswa
Nanda Satria, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Geografi (Himageo) mengatakan, penanaman pohon ini dilakukan untuk menjaga dan memperbaiki kondisi alam di Aceh yang selama ini sudah mulai terabaikan, dan juga sebagai bentuk nyata dari mahasiswa geografi untuk memperbaiki alam.
Sejauh ini banyak lingkungan disekitar kita apalagi pantai sudah mulai terabaikan, maka dari itu kita melakukan penanaman pohon di pinggir pantai ini untuk mencegah abrasi air laut dan angin yang dapat membahayakan lingkungan serta manusia.
“Kegiatan ini kami lakukan bersama mahasiswa-mahasiswi Pendidikan Geografi Pascasarjana UPI sebagai bentuk pengabdian mahasiswa geografi itu sendiri kepada bumi yang kita warisi untuk anak cucu nantinya,” ujarnya.
Sejumlah pohonyang ditanam meliputi Pohon Ketapang, tanaman Nyamplung serta Mangrove. Setelah penanaman itu usai para mahasiswa mengunjungi salah satu tempat pembuatan Garam di Desa Kajhu yang letaknya sangat dekat dengan area penanaman, disitu para mahasiswa melakukan diskusi dengan pemilik tempat pembuatan garam itu untuk menambah pengetahuan mereka.
Muslim yusuf yang merupakan pemilik tempat pembuatan garam itu menjelaskan kepada para mahasiswa bagaimana cara pengolahannya dan teknik pembuatannya, namun banyak sekali kendala yang dihadapinya karena rusaknya tanggul penahan air laut setelah tsunami, namun dirinya berharap kawasan tersebut dibangun kembali tanggul untuk menahan air laut agar aktivitasnya bisa lebih lancar.
“Saya sudah bertahun-tahun bekerja sebelum tsunami, namun pasca tsunami saya baru memulai ini semua 4 tahun yang lalu, dalam sehari garam yang bisa dibuat itu sekitar 100 kilo. Kendala dalam pembuatan ini hanya tidak adanya tanggul penahan air seandainya pemerintah bisa memperbaiki atau membangun kembali tanggul penahan air itu insya allah saya bisa memproduksi hingga 500 kilo garam perhari,” ujar Munzir.
Dia berharap dengan adanya partisipasi dari para mahasiswa untuk melakukan penanaman pohon disekitar itu dapat membantu mencegah abrasi air laut ke tempat pengolahan garamnya.
Hadir pula dalam kegiatan ini bapak Prof. Dr. Ir, Dede Rohmat, MT yang merupakan Ketua Prodi S2 Geografi UPI Bandung, diakhir pembicaraan beliau berpesan kepada Penggurus Himageo dan mahasiswanya untuk dapat terus melakukan pengabdian kepada alam dan masyarakat seperti yang kita laksanakan saat ini, semoga nantinya para mahasiswa dapat menjadi jembatan penghubung antara masyarakat dan pemerintah.(SP/red.04)