Oleh : Win Wan Nur

WAKTU jam keluar kantor, saya bertemu dan berbincang dengan Arief Budiman, pemilik ‘Kopi Kultur’ dan saya pun mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai visi dan misi Kopi Kultur.
Ternyata, apa yang menjadi dasar perhatian Arief ketika dia memutuskan untuk mendirikan Kopi Kultur adalah keprihatinannya melihat nasib petani Kopi yang menghasilkan kopi bermutu tinggi, tapi tingkat kesejahteraan sangat rendah. Tapi untuk memperbaiki itu, tidak bisa dilakukan serta merta.
Arief yang memiliki basic sebagai konsultan Branding ini, sebagaimana seorang konsultan Branding sangat paham kalau untuk mencapai suatu tujuan. Kita harus terlebih dahulu melakukan riset.
Riset inilah yang menurut Arief yang membutuhkan waktu paling lama dalam proses mendirikan Kopi Kultur.
Karena ibarat membuat rumah, meskipun kita memiliki uang. Tapi kalau kita tidak memiliki pengetahuan tentang tempat rumah yang akan dibangun, bagaimana lingkungannya, kondisi tanah, kondisi cuaca dan lain sebagainya. Berapapun jumlah uang akan terbuang sia-sia, kalau kita langsung membangun tanpa perencanaan, sebab ukuran tiang akan tidak tepat, kedalaman pondasi, tidak tepat dan penempatan ruangan juga akan tidak nyaman. Katanya beranalogi.
Dari riset ini Arief menemukan bahwa penyebab dari terpuruknya petani kopi arabika, adalah karena kopi arabika selalu dijual sebagai komoditas mentah. Sehingga harga kopi terombang-ambing mengikuti harga pasaran dunia. Atas dasar ini, Arief berkesimpulan bahwa untuk membuat harga kopi stabil, maka konsumsi lokal harus ditingkatkan sehingga ketergantungan terhadap ekspor berkurang.
Tapi berdasarkan riset Arief, masalahnya konsumsi kopi Arabica di pasar lokal sangat rendah. Penyebabnya karena masyarakat banyak yang menjadi korban iklan memilih meminum Kopi sachet. Jadi sebenarnya, pasar lokal untuk kopi Arabika bisa dikatakan belum ada. Jadi solusinya, pasar harus diciptakan.
Sebagai seorang ahli branding, Arief secara naluri langsung memetakan pasar dan melakukan positioning. Dan target pasar paling potensial untuk dituju adalah kelompok muda dari kalangan menengah ke atas.
Apa yang menjadi daya tarik bagi pasar segmen ini, rasa dan kualitas memang penting. Tapi daya tarik utama yang bisa menggiring kelompok ini untuk membeli suatu produk atau jasa sebenarnya adalah ‘COOLNESS’ alias KEREN atau dalam bahasa sederhana GENGSI. Jadi, ketika akan membuka Kedai Kopi-nya, COOLNESS inilah yang pertama kali digarap oleh Arief.
Untuk menciptakan COOLNESS di Kopi Kultur. Arief tidak sekedar menjual Kopi, tapi dia juga menciptakan KULTUR minum kopi yang benar. Benar di sini artinya, memahami produk kopi yang berkualitas. Jadi, para pelanggan yang datang ke Kopi Kultur tidak hanya sekedar disuguhi Kopi. Tapi, mereka juga diberi pemahaman dan pengetahuan yang benar tentang kopi. Bagaimana cara mengetahui kualitas kopi, seperti apa kopi specialty, kopi organic, single origin dan berbagai kultur yang terkait kopi. Pendeknya bagaimana membuat pelanggan AWARE terhadap Kopi.
Dan bagi para pelanggan yang bisa dikatakan seluruhnya berpendidikan tinggi, ini adalah suatu nilai tambah yang tidak didapatkan di tempat lain. Sesuatu yang berbeda. Suatu Pengetahuan yang didapat di Kopi Kultur, membuat pelanggan kopi di Kopi Kultur merasa istimewa, berbeda dengan para peminum kopi biasa yang sekedar datang ke Starbucks yang hanya ikut-ikutan menjadi korban iklan saja. Apalagi dibandingkan peminum kopi sachetan. Singkat kata KEREN!
Dengan konsep yang jelas, target pasar yang jelas, strategi pemasaran yang terukur. Berbagai komunitas anak muda termasuk Superman is Dead dan fans-nya, menjadikan Kopi Kultur sebagai tempat nongkrong. Hari ini, 10 bulan setelah Kopi Kultur pertama kali dibuka, Arief sudah memiliki ratusan pelanggan tetap, yang setiap hari membelanjakan uangnya di Kopi Kultur. Ketika, value Kopi yang sebenarnya sudah dipahami pelanggan. Harga sudah tidak lagi menjadi isu utama.
Hari pertama Kopi Kultur dibuka di tempat ini, pelanggan sudah tidak kebagian kursi. Selama saya berkantor di tempat ini, belum pernah saya melihat restoran ini sebegini ramainya.
Dengan konsep yang sudah sangat matang seperti ini. Tidak mengherankan, kalau dalam waktu 10 bulan ini saja, Arief sudah menerima permintaan dari Jakarta, Kuala Lumpur dan Singapura untuk membuka gerai Kopi Kultur di masing-masing Kota itu.
Arief sangat antusias ketika saya menceritakan bahwa gerakan yang hampir sama sekarang juga sedang terjadi di Gayo. Arief sangat antusias karena ini sejalan dengan idenya untuk memuliakan Kopi.
Untuk Gayo sendiri, sebelum bertemu saya, Arief memang sudah berencana membangun jaringan di sana. Arief yang merupakan teman dekat musisi Sawung Jabo ini rencananya melakukannya melalui perantaraan Joel Tampeng, gitaris dari Grup Musik-nya Sawung Jabo, yang bukan kebetulan adalah putra Gayo.
Dan ketika saya katakan, bahwa di Gayo pun sekarang sedang mulai ada gerakan untuk membuat Kopi ‘Single Origin’ berdasarkan asal kebun. Arief mengatakan jika teman-teman di Gayo membutuhkan bantuan untuk mengenalkan kopinya kepada dunia. Arief dengan senang hati akan membantu.
Sebab sebagai pendukung bisnisnya, Arief memang sudah membentuk sebuah organisasi Nirlaba berbentuk jaringan bernama ‘Coffee Planet’ yang merupakan singkatan dari Coffee Plantation Network. Kepada saya Arief mengatakan, dia akan sangat senang jika teman-teman petani Kopi di Gayo bergabung ke dalam jaringan ini untuk bersama-sama mengekspansi dunia di bawah bendera Kopi Indonesia.
Ada yang berminat?
*Penikmat Kopi Gayo, tinggal di Bali
Aku berminat bang, gimana caranya? Salam, Uwein owner temas coffee, single origin
Boleh, kebetulan ini saya lagi sama Pak Arief. Jadi caranya, kirimkan sample Kopi dulu, nanti.