Banda Aceh | Lintas Gayo – Dalam untuk mengembalikan suasana seni dan sastra sesuai dengan budaya Aceh, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pusat Kebudayaan Aceh dan Turki (PuKAT) mengadakan Diskusi Terfokus pada Sabtu, (25/5/2013) di Aceh Community Center (ACC) Sultan II Selim, Banda Aceh.
Diskusi yang bertema “Mengembalikan Penyair Istana” ini dipandu oleh Ustadz Ameer Hamzah, seorang penulis hikayat, mantan wartawan dan mantan angota DPRA sekaligus penceramah.
“Ameer Hamzah membawakan materi bertema ‘Ali Hasjmy.’ Penghikayat Agus Nur Amal membawakan materi tentang sejarah hikayat dan tentang penyair istana, peraih rekor dunia berhikayat selama 26 jam 2010 dari MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia) Muda Balia membacakan hikayat,” kata Ketua LSM PuKAT Thayeb Loh Angen.
Selain itu acara tersebut akan menghadirkan peserta dari kalangan intelektual, akademisi, aktivis, budayawan, dan pencinta sejarah Aceh. Dalam rilisnya kepada Lintas Gayo disebutkan tujuan acara ini adalah bagian dari upaya menyelamatkan budaya dalam sastra Aceh.
“Kalau ada yang mengartikan secara harfiah bahwa penyair istana adalah penyair yang tinggal di istana untuk menyampaikan pesan sultan pada rakyat, bisa saja. Namun yang benar, makna penyair istana merupakan status seniman dan penyair adalah masyarakat kelas menengah yang terhormat, bermoral baik dan bisa menjadi panutan,” jelas Thayeb Loh Angen
Menurutnya, penyair atau seniman jalanan yang acak-acakan dan tak bermoral tidak diterima di Aceh. Gaya seperti Bohemian, kata dia, hanya berlaku di Eropa yang kurang peduli moral.
“Jika selama ini masyarakat dan pemerintah merasa penyair atau seniman itu makhluk asing yang berpenampilan aneh, itu salah mereka sendiri. Coba kalau mereka berpenampilan rapi dan menyampaikan pesan moral yang optimis dalam karya seninya, tentu ceritanya lain,” jelasnya.(LG-007/red.04)
