Seperti Menenggak Segelas Kopi dari Tanahmu
seperti menenggak segelas kopi dari tanahmu
aku melihat kelahiran sejarah hitam
dimana sealun didong di bawah inong
tak mampu menohok gemuruh angin
yang mengejar kesumat mentari, merasuk degub kabut danau air tawarmu
dan tak ada penguasa kesunyian di sini
selain maut meluluh lantak perasaan yang mendebamkan hidup
menimang air mata dan segala pengorbanan
tapi sesiapa menatap kegelisahan ini?
sementara angan hilang terkubur bersama perang dan pengharapan
hutan emas semusim ingatan membilas dalam serpihan gelak parak
ampas renungan segelas kopi hitam pagi ini
Jakarta, 2004
Widodo Arumdono. Lahir di Jakarta 5 Mei 1968. Pendidikan terakhir SMEA di Jakarta. Tilisannya berupa esai, puisi sempat dipublikasikan di media massa ibukota dan daerah. Puisinya tergabung dalam beberapa antologi bersama antara lain Trotoar, Grafiti Gratitude, Les Cyber Letter, Dari Kaki Langit Ke Amerika sering diundang dalam forum sastrawan baik dalam maupun luar negeri. Aktivitasnya kini selain menulis ia juga menggeluti dunia Seni Rupa seta menjadi kurator. Saat ini bersibuk diri dalam komunitas independe yang dipimpinnya ‘DE Jakarta Abstract Vibrated United (DE JAVU).
Puisi karya Widodo Arumdono adalah Puisi Tamu Khusus sebagai karya yang akan dimuat dalam Buku Antologi Puisi “Secangkir Kopi” terbitan The Gayo Institute (TGI) dengan kurator Fikar W Eda dan Salman Yoga S.