Takengen | Lintas Gayo – Suara warga yang membutuhkan pelayanan pulik gaungnya masih lemah. Apa yang dirasakan warga di akar rumput, masih banyak yang belum diangkat ke publik. Untuk menyuarakan hati rakyat di level bawah, warga perlu menulis.
“Suara warga di level paling bawah di Aceh Tengah dan Bener Meriah, gaungnya masih lemah, khususnya dalam mengangkat isu layanan publik yang menjadi hak rakyat,” sebut Dicky Arsandi, LPSS KINRJA-USAID, Minggu (30/3/2014) di Takengen.
Rakyat harus tahu apa yang menjadi haknya dalam pelayanan publik. Misalnya, apakah di Puskemas obat yang dibutuhkan masyarakat tersedia, bagaimana layanan bidan. Apakah bidannya menunjukkan sikap yang simpatik, sebutnya.
Di sekolah, apakah sekolah sudah transparan dalam berbagai kegiatan, termasuk penggunaan anggaran. Demikian dengan kantor camat, bagaimana aparatur memberikan layanan yang dibutuhkan masyarakat. Kalau masyarakat membutuhkan surat dari pihak kecamatan berapa lama surat itu keluar, dan bagaimana layanannya, semuanya itu harus diangkat ke publik.
Demikian dengan pelayanan kependudukan misalnya, apakah pelayanan mendapat kartu KK lama. Bagaimana prosedurnya, pihak kependudukan harus menjelaskannya. Apa saja yang dibutuhkan rakyat dalam pelayanan publik semua pihak harus transparan, jelas Dicky.
Untuk mengangkat isu itu, di Aceh Tengah dan Bener Meriah diadakan pelatihan Jurnalis warga. Di Bener Meriah pihak KIPPAS bekerja sama dengan USAID. Di Aceh Tengah Balai Sura bekerja sama dengan Logica-2, mengadakan pelatihan itu.
Tenaga ahli untuk melatih warga menulis ini dipercayakan kepada wartawan senior di Aceh Tengah, Bahtiar Gayo yang sudah memiliki sertifikat kometen tingkat Madya oleh dewan Pers. Dengan adanya pelatihan ini, warga dapat bersuara dan media yang ada kiranya mau menaikkan berita,tulisan warga, sebut Dicky. (Iqoni RS/ Jurnalis warga)
