Gaya Gayo Meruang Dalam Malam Apresiasi

Kutiding. Asmaul Husna Aceh. Bayan dan Ruhdyko Gayo

Yogyakarta |Lintas Gayo – Komunitas Gaya Gayo sudah menuntaskan perhelatan Malam Apresiasi semalam. Pada 31 Oktober malam lalu. Hadir di dalamnya pemuda pemudi Gayo yang berbakat dan apresiatif. Bale Gadeng disulap menjadi panggung yang ramah. [Baca: Gaya Gayo Akan Gelar Malam Apresiasi Seni]

 

Dekorasi sengaja dibuat seperti suasana rumah yang nyaman. Ada lukisan penari Guel, Susunan kayu untuk Muniru, bangku kayu sederhana, dan bentangan Opoh Ulen- ulen. Empat orang MC dilibatkan, masing-masing mengenakan syal Kerawang Takengon dan Kerawang Belang.

 

Acara dibuka dengan seni upacara oleh 4 orang penari dengan nyanyian Munalo. Lalu acara dilanjutkan dengan Melengkan oleh dua orang pemuda, Abdi Yasni Kendawi dari Gayo Lues dan Iwan Kenanga dari Gayo Lut. Performance mereka sarat pesan (manat), dimaksudkan untik mewakili amanat tetua yang berada di Tanoh Gayo.

 

Dalam rangkaian acara, ada tarian kreasi beberu Gayo yang beranggotakan mahasiswi UPY dari berbagai daerah. Lalu ada perform Solo Gitar Klasik, Duet Biola dan Gitar Akustik, dan musikalisasi puisi “Ine” gubahan Salman Yoga oleh Iwan, Guneidi, dan Bayan. hadir juga musisi asal gayo Joel Tampeng, yang sudah berkiprah Nasional bersama Sawung Jabo, Iwan Fals, dan musisi besar lainnya, menyumbangkan lagu didong Tabur Ni Burak.

 

Walaupun judulnya malam apresiasi Gayo, ada gadis Aceh Kutacane yang turut menyumbangkan suara emas. Kami juga kedatangan tamu jauh dari Sanggar Seni Seulaweut, UIN Ar-Raniry Banda Aceh yang menarikan Rapai Geleng. Dari Padang Sidempuan, saudara kami Hasnan Achmady Hasibuan menyandang Cello-nya untuk mendukung acara ini.
Keberagaman ini melambangkan bahwa Gayo terbuka dan welcome terhadap kesenian tradisi suku lain, dan mau bersahabat dengan siapapun asalkan itu dalam hal kebaikan. Betapa bangga macam-macam suku dan peradaban modern bersanding dengan ragam kesenian tradisi Gayo.

 

Acara makin meriah ketika tampil Saman dari adik-adik Gayo Lues dan Didong Tepok. Pada akhirnya, acara ditutup dengan semua performer tampil ke atas panggung menyanyikan lagu Tawar Sedenge.

Harapan penyelenggara semoga kesenian Gayo di Jogja semakin berkembang dan anak muda Gayo bangga akan identitasnya. Semoga makin tumbuh kesadaran bahwa keberagaman dalam ruang seni hanya menambah keindahan, bukan mempertajam perbedaan. (Rel GG)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.