Takengen | Lintas Gayo – Beberapa negara Uni Eropa sebenarnya sudah tak asing dengan label kopi arabica Gayo, karena tercatat beberapa eksportir lokal sudah secara rutin mengirim biji kopi hijau (green bean) kopi Gayo ke Inggris, Jerman dan Belanda
Hal tersebut diakui oleh seorang eksportir asal Aceh Tengah, Haji Rasyid. Menurutnya walaupun selama ini sudah biasa, namun masih relatif kesulitan menembus pasar Uni Eropa khususnya negara-negara skandinavia
“Sepertinya masih ada proteksi ekonomi, sehingga negara-negara skandinavia mendapatkan kopi Gayo dari Jerman ataupun Belanda,” ungkap Haji Rasyid dalam satu pertemuan dengan Badan Investasi dan Promosi (Bainprom) Aceh di Bener Meriah, jum`at 8 Mei 2015
Turut hadir pada pertemuan tersebut Kepala Bainprom Aceh Iskandar, Bupati Bener Meriah Ruslan Abdul Gani, Bupati Aceh Tengah Nasaruddin, beberapa pejabat kementerian dan SKPA terkait serta SKPK berkenaan dari dua kabupaten
Pertemuan tersebut dilakukan untuk persiapan mengikuti expo kopi di Gothenburg, Swedia bertajuk Brafax World Coffee Expo yang direncanakan berlangsung 16-18 Juni 2015 mendatang
Menurut Kepala Bainprom Aceh Iskandar, pihaknya sangat konsen untuk mempromosikan kopi gayo dipasar eropa, sehingga negara-negara Scandinavia yang selama ini masih mendapatkan kopi Gayo dari negara sesama Uni Eropa, nanti dapat langsung berhubungan dengan eksportir lokal
Rencana mengikuti expo sudah dipersiapkan sejak jauh hari, diawali dengan pertemuan Gubernur Aceh dengan Duta Besar RI untuk Belgia pada acara Marketing Investment Indonesia (MII) pada 2013 silam di Brussels Belgia. “Dari beberapa kali pertemuan dan surat-menyurat terlihat dukungan sangat besar diberikan oleh KBRI Brussels untuk Aceh dapat berpartisipasi dalam expo kopi yang akan digelar,” ujar Iskandar
Dikatakan Iskandar, Uni Eropa merupakan pasar kopi yang sangat menarik, karena 45 persen permintaan kopi dunia berasal dari negara-negara Uni Eropa.”Jumlah penduduk Uni Eropa mencapai 500 juta jiwa, dengan konsumsi kopi rata-rata perjiwa sebanyak 5 Kilogram, sehingga sangat potensial untuk pasar kopi,” ujar Iskandar
Sementara Bupati Aceh Tengah, Nasaruddin mengakui pangsa pasar kopi gayo selama ini lebih besar ke Amerika, sedangkan uni eropa walaupun ada masih relatif kecil, sehingga pihaknya sangat mendukung keikutsertaan kopi gayo dalam expo di Swedia selain sebagai media promosi juga diharapkan langsung terjadi transaksi bisnis antara buyers dengan eksportir yang direncanakan juga turut hadir
Disebutkan Nasaruddin diperkirakan setiap tahun berkisar 20 ribu ton kopi Gayo asal Kabupaten Aceh Tengah diekspor keluar negeri, namun yang mengurus spek (Surat Persetujuan Ekspor Kopi) di Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat hanya berkisar 5,5 ton saja. Pada kesempatan tersebut Nasaruddin juga mendorong pihak Bainprom Aceh untuk mendesak operasional pelabuhan Krueng Geukuh secepatnya untuk mempermudah ekspor sekaligus ketepatan dalam pendataan
Disamping itu, Nasaruddin menegaskan secara umum volume ekspor meningkat seiring dengan penetapan Indikasi Geografis kopi gayo, bahkan saat ini tidak jarang para buyers (pembeli) dari luar negeri datang untuk melihat dan bahkan langsung melakukan transaksi pembelian kopi
Hal menarik lainnya, Nasaruddin mengungkapkan perkebunan kopi di Aceh Tengah 100 persen milik petani, sehingga bila ada peningkatan produksi dan membaiknya harga, para petani lah yang menikmati manfaatnya
“Kalau lahan perkebunan kopi diserahkan kepada swasta, maka rakyat hanya akan jadi pekerja, makanya Aceh Tengah tidak beri izin penguasaan lahan perkebunan kopi kepada pihak swasta,” kata Nasaruddin
Bupati Bener Meriah, Ruslan Abdul Gani mengungkapkan keseriusannya untuk mengikuti expo kopi di Swedia mendatang, hal tersebut didasari keinginan untuk lebih mempromosikan kopi gayo secara global
“Kopi gayo itu unik karena dikelola secara organik, yang bilang unik bukan orang Gayo tapi orang luar, semua rasa kopi dunia ada di Gayo,” kata Ruslan yang rurut optimis daerahnya bisa bersaing dengan diberlakukannya pasar bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
Pertemuan yang berlangsung hari itu juga membahas terkait rencana kunjungan Tim SCAE (Specialty Coffee Associiation of Europe) Uni Eropa ke Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah pada tanggal 16-25 Nopember 2015 mendatang.(TG/MK)