Politik Moral Di Gayo

husaini                                                                  Husaini Muzakir Algayoni*

Dalam ranah politik dari pemilu kepemilu seperti pemilihan Kepala Daerah maupun pemilihan anggota Legeslatif (Dewan Perwakilan Rakyat) terhormat begitu cepat pergantian periode itu, sepertinya baru tahun kemarin pemilihan kepala daerah di Gayo kini para politisi partai di daerah dingin berubah menjadi panas walaupun dalam pandangan publik begitu sejuk untuk mempersiapkan calonnya masing-masing dalam perebutan kekuasaan di tingkat kabupaten.

Memang tahun 2017 itu masih ratusan hari lagi tapi para politikus ini apa yang dikatakan oleh Thomas Jefferson mereka selalu memikirkan pemilihan yang akan datang.  Oleh karena itu pada saat sekarang ini para politisi sedang menyiapkan strategi ampuh untuk menyiapkan kader terbaik mereka melalui survey di internal partai masing-masing atau calon dadakan dalam perebutan kekuasaan. Namun, nama-nama atau bursa calon bupati/wakil bupati di dua kabupaten tercinta ini sepertinya sudah menyeruak ke hadapan publik.

Dalam demokrasi ini yang kita harapkan dari semua itu ialah adanya politik sehat di daerah Gayo ini, menjunjung tinggi fair play dalam berpolitik sehingga tidak membuat gaduh antar saudara jika praktek politik bermoral diterapkan oleh para politisi tersebut.

Seperti yang diberitakan beberapa pekan lalu dengan tema kurang lebih yaitu “Gerakan Politik Bermoral di Gayo” yang digagas oleh parpol pendukung (Alm) Iklil Ilyas leube ini layak di apresiasi dan semoga harapannya kedepan politik bermoral di Gayo menjadi simbol perpolitikan sesuai dengan kebudayaan Gayo yang bernuansa tata kesopanan yang baik.

Karena selama ini, peta perpolitikan telah di nodai dengan mafia politik kotor yang dilakukan oleh elit-elit politik ataupun pendukungnya hanya untuk meraih kekuasaan di pemerintahan. Walaupun Gayo ini daerahnya tidak seluas dengan daerah lain dan juga penduduknya pun tidak sebanyak dengan daerah lain tapi mampu memunculkan aura politik yang panas mengalahkan aura daerah pegunungan yang dingin.

Masih teringat dalam benak bagaimana Pemilihan Bupati/Wakil Bupati Aceh Tengah musim lalu penuh dengan misteri kecurangan serta pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang penuh dengan misi gelap sehingga etika-etika politik yang baik berubah menjadi monster kejahatan.

Politik yang menyedihkan dimusim lalu biarlah berlalu, biarlah politik kotor itu dihapus oleh curah hujan Gayo yang dingin serta biarlah dihempaskan oleh gelombang danau laut tawar sehingga tidak ada lagi politik kotor itu tumbuh di dataran tanah Gayo ini.

Kini saatnya menatap masa depan dan membuka lembaran baru bagi perpolitikan di daerah Gayo ini dengan politik yang bermoral di semua pihak baik itu di kalangan elit partai, pendukung maupun masyarakat sehingga tidak ada lagi yang namanya rusuh.

Semoga seluruh para politisi di daerah dataran tanah Gayo ini mempunyai komitmen yang tinggi untuk menerapkan politik bermoral di Gayo ini agar masyarakat juga menikmati pesta demokrasi dengan hati riang dan bisa membuahkan hasil pikiran yang bagus untuk kemajuan Gayo kedepan.

Akhir dari catatan singkat ini, penulis memberikan juga catatan kecil di Negeri Para Politikus ini.

Di Negeri Para Politikus
Oleh: Husaini M. Algayoni
Di Negeri para politikus
Moral pemimpin semakin rusak
Bukan karena mereka orang bodoh
Tapi semakin banyak orang pintar dalam mengurusi partai

Di Negeri para politikus
Para politisi saling menebar emosi dan menyerang musuh
Mereka mempertahankan pendapat sendiri yang tidak mau peduli terhadap pendapat orang lain
Etika berkomunikasi bersama orang politisi yang tidak beretika

Di Negeri para politikus
Pemimpin yang suka senyum dari para politisi
Yang suka memberi janji-janji manis tapi palsu
Hanya senyuman manis di gambar baliho

Di Negeri para politikus
Mereka bersama melawan korupsi, melawan kemiskinan dan melawan musuh dari belakang
Bukan mereka tidak punya uang
Tapi karena kurangnya Iman dalam hati sehingga mereka sendiri terjerat korupsi

Di Negeri para politikus
Di Negeri ini penuh dengan partai
Dan itu semuanya omong kosong

Mereka perlu moralitas
Mereka perlu etika
Mereka perlu senyum
Sehingga tidak ribut dalam mengurusi rakyat

*Penulis: Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.