Oleh : Yofiendi Indah Indainanto
Layaknya sebuah negeri dongeng dengan cerita hikayat yang diwariskan secara turun-temurun kegenerasi berikutnya dan mustahil tidak dikenal oleh lingkunggan tempat berdiam para pahlawan senja.
Cerita history para tokoh sontar terdengan ditelinga, hampir setiap waktu bergema dengan indah dan membuat rasa patriotik tumbuh dengan subur, mengalir dalam pembulu darah. Cerita tersebut lahir dan berkembang dari generasi ke generasi.
Namun, Ini bukan cerita tentang tokoh legendaris dengan pedang dan karismatik yang membuat orang jatuh cinta. Ini cerita tentang sebuah desa yang bersembunyi dalam jurang pembatas alam dan terus bersembunyi dari hiruk-pikuk gemerlap dunia fantasi.
Dalam persembunyian terdapat berjuta kisah, bila dihayati akan terasa cerita romantis didalamnya. Mentari pun enggan tersenyum lebar kala menyapa udara dingin desa ini, yab! Desa ini bernama Jangong Jeget.
Jagong Jeget merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah dengan jarak 45 km ke arah barat dari Takengen Pusat pemerintahan Aceh Tengah. Dengan letak Astronomis 96o 45’’5’ BT dan 04o 22” 38,5’ Lu dikenal dengan suhu pegunungan yang dingin.
Luas wilayah sendiri 105,04 km2, membuat daerah ini memiliki potensi alam yang sangat melimpah. Lereng pegunungan Leuser menyimpan potensi alam terpendam, tak jarang banyak yang berdiam dan beranak-pinak di desa yang selalu tertutup kabut pegunungan.
12 kelurahan tersebar di berbagai sudut desa Jagong membuat persebaran penduduk menyeluruh keberbagai lokasi di desa dalam pelukan kebun kopi ini. Letaknya yang berada dilembah pegunungan leuser, memberikan kesan dingin ketia pagi dan malam hari.
Sinar mentari seakan-akan terlambat bangun dan menyinari dinginya kabut pagi hari. Hal ini ditambah air yang terus membeku, laksana es kutup. Memunculkan nuansa ala ke Eropaan. Suguhan pemandangan akan semakin indah, ketika melihat pemandangan dari atas bukit dan lareng pegunugan.
Pemandangan indah buah dari sinar mentari akan terus berlomba dengan awan putih yang tak henti-hentinya mengajak mentari untuk menari, disela sela awan selalu menyelimuti langit-langit desa dalam pelukan gunung ini.
Kesan pertaman yang membaut desa ini dikenal misteri adalah suasana dingin. Dinginnya desa, bagi yang tidak biasa akan membaut kebanyakan orang akan terdiam didalam rumah sembari bercerita dengan api yang membara. Minuman kopi yang setia menemani, diantara badan menggigil menuju tempat peraduaan.
Namun dinginya Jagong Jeget akan selalu dirindukan kebanyakan orang yang singgah kedesa tersembunyi ini. Bahkan cerita dinginya memberikan kesan romantis bagi setiap insan yang jatuh cinta.
Keunikan akan kembali muncul tak kala berjumpa dengan masyarakat Jagong Jeget, keramah tamahan masyarkatnya memberikan kesan bersahabat bagi para pendatang.
Ragam suku dan budaya akan jelas terasa dengan menjunjung tinggi kearifan lokal berbasis budaya dalam setiap pembangunan yang dilakukan. Perpaduan suku Gayo dan Jawa memberikan harmonisasi kehidupan yang mengarah pada moral bermatabat bagi setiap generasi-generasi desa awan.
Sering dalam pesta rakyat yang dihelat masyarakat, selau memadukan unsur budaya Gayo sebagai budaya lokal dengan budaya Jawa sebagai budaya pendatang. Menjadi suguhan romatisme adat tiada duanya.
Perbedaan mendasar suku Gayo dan Jawa dalam mejalani kehidupan sehari-hari tidak menjadi penghalang kedua pihak untuk terus beraktifitas. Walaupun, suku Gayo dan Jawa tidak bisa menyatu, namun kedua suku ini selalu hidup berdampingan dan tidak dijumpai konflik keduanya. Perpaduan kuntur budaya inilah yang membuat Jagong Jeget bereda dengan yang lain.
Mengupas Jagong Jeget tak lengkap, kalau tidak membahas potensi alam yang terpendam dalam selimut hamparan relief hijau membentang. Desa awan sejak dahulu terkenal dengan potensi pertanian yang melimpah.
Cuaca sejuk sepanjang tahun sangat cocok untuk aktivitas pertanian. Kualitas pertanian sangat bagus dengan komunditas utama kopi, membuat banyak masyarakat Jagong mayaoritas pekerjaan bertani. Selain tanaman kopi sebagai komuditas utamanya, terdapat sumber pertanian lainya seperti tanaman sayur-sayuran, cabai, tomat, bawang, sebagai alternatif penghasilan, sembari menunggu panen buah kopi.
Kualitas hasil bumi sangant segar dan sehat, tak jarang banyak para pemburu hasil bumi langsung datang kelokasi pertanian. Selain potensi pertanian melimpah, terdapat juga potensi pertenakan yang kurang mendapatkan perhatian khalayak secara kusus.
Koes Ploes penyanyi legendaris menyebutkan, tongkat kayu dan batu jadi tamanan, terasa serasi dengan bentangan alam Jagong Jeget. Dengan filosofi melempar batu akan tumbuh sebuah pohon emas, walaupun hanya sebuah majas. M amun ini menggambarkan kesuburan tanah di sana .
Dengan jumlah pakan ternak hampir disetiap jengkal tanah, memberikan peluang bisnis terpendam lainya. Namun kenyaataanya sektor perternakan belum menampakn tajinya seperti didaerah lainya. Kondisi perternakan di jagong jeget mengalami perkembangan yang lamban dibandingkan dengan pertanian.
Kebanyakan menilai minimnya informasi pemanfatan sektor peternakan membuat salah satu faktor x yang menjadi pekerjaan rumah bersama. Kenyataan di lapangan perternakan masih kalah pamor dengan pertanian, walau kedua sektor selalu berdampingan.
Ada satu sektor yang terpendam dan tak mendekati kata pengembangan yaitu sektor pariwisata. Sektor pariwisata di Jagong Jeget mengalami nasip yang kurang baik. Sektor pariwisata mengalami mis pembangunan, sehingga banyak yang tak melihat potensi ini. Dampaknya wisata di Jagong Jeget masih kalah pamor dibandingkan wisata lain yang sejenis.
Kalau kita gali bersama wisata budaya bisa menjadi tambahan penghasilan bagi masyarakat sekitar, perpaduan antara dua budaya yang berbeda memiliki kunggulan tersendiri. Banyak daerah lainya yang memanfatkan budaya sebagai tujuan objek wisata seperti kampung tenun Samarinda.
Objek wisata lainya yaitu sisi wisata alam, wisata alam memberikan sensasi berbeda bagi penikmatnya salah wisata alam di Jagong Jeget. Di sana ada potesi alam terbengkalai, salah satunya air terjun yang terletak disisi timur Jagong, kampung Paya Tungel.
Kondisi yang masih alami, membuat air terjun ini memberikan tantangan bagi para penikmat paronama alam. Jarak yang tidak begitu jauh, bisa ditempuh kurang dari satu jam dari Kampung paya tungel. Tapi sayang minimnya fasitlitas, membuat para penikmat urung mengunjungi, ditambah lagi dengan minimya informasi keberadaan air terjun ini.
Desa di atas awan sungguh melimpah potensi alam yang terpendam, memberikan waktu bagi para penjelajah waktu untuk bersabar menikmati pesonanya. Anak muda Jagong Jeget memiliki potensi yang bisa dikesampingkan dalam memajukan Jagong Jeget.
Kebanyakan anak muda merantau dan menempuh pendidikan diberbagai daerah di Indonesia, semakin menambah poin bagi kemajuan desa Jagong Jeget ke depan. Segala “harta yang terpendam” dan sudah digali di kawasan selatan Takengen ini, membuat kerinduan yang amat besar bagi para anak muda perantauan. Alamnya yang khasnya dengan dinginnya menusuk tulang, semakin membuat romantis. Penulis : Mahasiswa Ilmu Komunikasi Penyiaran UMSU