Linge; Pusat Peradaban Gayo

Oleh Sabela Gayo*

 

Sepanjang perjalanan sejarah umat manusia, banyak sekali peradaban manusia yang tumbuh kemudian musnah. Musnahnya peradaban-peradaban tersebut lebih banyak disebabkan oleh terjadinya bencana alam seperti banjir besar, gempa bumi, gunung meletus, badai, dan bencana alam lainnya. Beberapa peradaban pra sejarah yang hilang dimuka bumi terdapat di berbagai belahan dunia seperti Asia (China, Jepang, Thailand, Laos, India, Malaysia), Australia, Yunani, Mesir, Afrika Selatan, Afrika Utara, dan Penduduk Amerika Utara. Hilang dan hancurnya peradaban bangsa-bangsa tersebut disebabkan oleh adanya banjir besar yang melanda permukaan bumi ini sekitar 5.000 SM yang lalu. Hal itu terbukti dengan adanya penemuan situs-situs bangunan peradaban Yunani di dasar laut Atlantis oleh para arkeolog.

Menurut sejarah lisan yang pernah disampaikan oleh Almarhum Paduka Yang Mulia Tgk Haji Ilyas Leubee, beliau pernah menyatakan dalam suatu ceramahnya di Takengon pada tahun 1976, bahwa nenek moyang orang Gayo berasal dari Rum. Rum yang dimaksud disini bukanlah Rum-Romawi melainkan Rum-Turki. Kalau seandainya sejarah lisan yang disampaikan beliau adalah benar maka jika dikaitkan dengan Bahtera nabi Nuh Alaihissalam maka nenek moyang orang Gayo memiliki keterkaitan langsung dan merupakan salah satu atau beberapa orang manusia yang turun dari Bahtera Nabi Nuh Alaihissalam di Turki, yang kemudian menyebar ke berbagai tempat di belahan dunia ini dan salah satunya ke Linge, Tanoh Gayo sekarang. Asumsi ini perlu dikaji secara lebih mendalam dalam rangka menghasilkan sebuah rekomendasi ilmiha yang dapat diterima oleh semua pihak. Dan yang beruntungnya adalah, ditemukannya fosil-fosil manusia di daerah Mendale, Takengon yang akan semakin membuka tabir sejarah tersebut. Dan hasil penemuan tersebut dapat dikembangkan untuk melakukan kegiatan riset-riset sejarah ilmiah lainnya.

Sebagai sebuah pusat peradaban, Linge pastinya banyak menyimpan benda-benda bersejarah dan situs-situs pra-sejarah yang dapat dijadikan bukti sisa-sisa peninggalan sebuah peradaban dari suatu komunitas adat. Masyarakat Gayo memiliki struktur hukum adat yang terdiri dari 4 (empat) unsur yaitu, Reje (Raja), Petue (Cerdik Pandai), Imem (Imam) den Rayat (Rakyat). Disetiap kampong/belah pasti memiliki ke 4 (empat) unsur tersebut. Ada 2 (dua) asumsi mengapa Kerajaan Linge tidak memiliki istana dan perangkat adat yang resmi seperti di daerah lainnya di Indonesia, contohnya Kesultanan Deli, yang memiliki Istana Sultan dan berbagai perangkat adat resmi, Kesultanan Langkat, Kesultanan Aceh dan sebagainya. Asumsi yang pertama yaitu, bahwa Gayo merupakan komunitas pejuang yang senantiasa hidup dalam suasana perang khususnya pada masa agresi Belanda ke Aceh dan Tanoh Gayo. Sehingga Reje di Gayo tidak punya waktu dan kesempatan untuk membangun sebuah istana Raja sebagai identitas sebuah Kerajaan. Hal ini juga membuktikan bahwa rakyat Gayo bersatu-padu dalam melawan penjajahan Belanda. Sedangkan asumsi kedua adalah, istilah Reje yang dipakai oleh masyarakat Gayo adalah Reje yang ada di dalam masing-masing kampong/belah. Bukanlah Reje dalam arti seorang Raja besar dengan kekuasaan yang luas di mana ia memiliki kedaulatan untuk menjalankan pemerintahannya. Reje dalam pandangan masyarakat Gayo adalah Reje yang ada di kampong/belah masing-masing karena memang pada dasarnya setiap kampong/belah memiliki Rajanya masing-masing. Kedua asumsi tersebut merupakan pendapat sementara yang nantinya bisa diuji melalui sebuah proses penelitian yang mendalam dan objektif.

Allah Subhanahu Wata’ala pernah memusnahkan semua peradaban di atas permukaan bumi ini pada zaman Nabi Nuh Alaihissalam. Hal diakibatkan oleh ingkarnya umat manusia pada waktu terhadap perintah Allah Subhanahu Wata’ala yang risalahnya dibawa oleh Nabi Nuh Alahaissalam. Kemudian Allah Subhanahu Wata’ala menurunkan hujan deras selama 40 hari 40 malam berturut-turut yang menyebabkan permukaan air naik dan menenggalamkan semua yang ada kecuali para umat Nabi Nuh Alahaissalam yang masih setia kepada perintah Allah Subhanahu Wata’ala dan berada diatas bahtera Nabi Nuh Alaihissalam. Kemudian setelah banjir reda, Bahtera Nabi Nuh berlabuh di puncak gunung Ararat, Turki. Peristiwa tersebut terjadi sekitar 5.000 tahun yang lalu. Para ahli astronomi memperkirakan bahwa bahtera Nabi Nuh Alhaissalam dibuat pada tahun 2465 SM dan mulai berlayar sekitar tahun 2345 SM. Oleh sebab itu maka Nabi Nuh Alaihissalam disebut sebagai The Second Father of Human Being (Bapak Kedua Manusia) setelah Nabi Adam Alaihissalam.

Menurut Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, setidaknya ada 2 (dua) pilar pokok yang harus dibangun jika kita ingin membangun kembali sebuah peradaban yang rabbani. Kedua pilar tersebut yaitu: Pilar Tarbawi (Pembinaan dan Pendidikan), pilar ini terkait dengan pola belajar-mengajar dengan berbagai macam perangkatnya yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pribadi/individu. Ini merupakan pilar yang paling penting dan strategis dalam pembangunan kembali sebuah peradaban yang hilang/musnah. Pribadi/individu merupakan cikal-bakal dari terbentuknya sebuah komunitas yang lebih besar di mana masing-masing individu akan membentuk sebuah keluarga dan berketurunan sehingga terciptanya pribadi-pribadi yang berkemampuan intelektual tinggi mutlak diperlukan sehingga masyarakat yang terlahir ke depan adalah masyarakat yang berasal dari pribadi-pribadi yang sadar dan berilmu.

Pilar yang kedua adalah, Tanzhimi (Institusional) yaitu berupa pembangunan institusi internal masyarakat yang mengatur pola prilaku, pola tindak dan mengandung kode etik yang mengatur pola hubungan antar individu didalam komunitas masyarakat, oleh karena itu penggalian dan penerapan kembali nilai-nilai SARAKOPAT dan memformalkan institusi SARAKOPAT merupakan langkah strategis dan tepat untuk diambil oleh pengambil kebijakan di Gayo.  dan yang tidak kalah pentingnya dari semua itu adalah pembangunan institusi eksternal yang mengatur hubungan individu dan masyarakat dengan kekuasaan maupun dengan kehidupan eksternal lainnya seperti hubungan antar komunitas yang satu dengan yang lainnya.

Muhammad Rasulullah SAW adalah suri tauladan dan contoh yang baik bagi segenap umat manusia dalam upayanya membangun sebuah peradaban baru di Jazirah Arab. Pada umur 40 tahun Muhammad Rasulullah SAW menerima wahyu pertamanya di Gua Hira dan kemudian dalam waktu yang relative singkat dalam waktu kurang lebih 27 tahun masa kekhalifahannya, beliau mampu merubah dan meletakkan fondasi yang kuat bagi terwujudnya sebuah peradaban baru di Jazirah Arab. Masyarakat Arab yang semula berperadaban Jahiliyah dalam waktu yang relatif singkat berubah peradabannya menjadi peradaban yang Islamiyah. Muhammad Rasulullah SAW adalah manusia biasa yang sama seperti manusia lainnya, jika rakyat Gayo berkaca dari keberhasilan Muhammad Rasulullah SAW maka tidak ada yang tidak mungkin untuk dilakukan dalam mengembalikan kejayaan dan kemuliaan rakyat Gayo dan membangun kembali peradabannya dalam rangka menciptakan peradaban baru yang lebih gilang-gemilang dan mulia dari yang sebelumnya.

Allah Subhanahu Wata’ala menegaskan dalam Firman-Nya, yang lebih kurang artinya yaitu; “….Kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah-lembut terhadap orang mukmin dan bersikap tegas kepada orang kafir. Yang berjihad di jalan Allah dan tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela….” (QS Al-Maidah; 54). Melalui Firman tersebut Allah sudah menjanjikan bahwa akan didatangkan-Nya suatu kaum baru ke tengah-tengah kehidupan dunia ini apabila terpenuhi 5 (lima) unsur pembentuk kaum baru tersebut yaitu; Mencintai Allah SWT dan sebaliknya, Bersikap lemah-lembut terhadap orang mukmin, bersikap tegas kepada orang kafir, berjihad di jalan Allah dan tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Dengan demikian, pembangunan kembali Linge sebagai sebuah pusat peradaban orang Gayo bukanlah sesuatu yang tidak mungkin, semuanya mungkin untuk dilakukan apabila minimal 2 (dua) pilar utama yang disampaikan oleh Dr Ali Abdul Halim Mahmud tersebut dapat diterapkan di Tanoh Gayo.Amiin Yaa Rabbal Alamiin.

 

*Mahasiswa Program Ph.D.in Planning and Development of University Northern Malaysia (Universiti Utara Malaysia) & Wali World Gayonese Association (WGA).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments

  1. Wali World Gayonese Association (WGA).Salem ken Wali World Gayonese ari empus kupi Geste tenareng ni awan alek i Takengen..Bravo