SAAT Aceh diamuk tsunami, 26 Desember 2004, pucuk tiang listrik dipeluknya erat, sampai jemarinya kaku. Pakaian di tubuhnya semuanya terbang disapu air. Namun Tuhan masih memberinya kesempatan menghirup udara dunia, sampai dia memiliki buah hati walau belum mencapai setahun.
Namun saat amukan alam Gayo yang membawa batu besar, beratnya mencapai ratusan ton, dia terbenam selama tiga hari di Danau Lut Tawar. Tim SAR dan petugas kemanusian berusaha menemukanya. Ahirnya usai magrib jasadnya mengapung ditemukan nelayan.
Perjalanan hidup Irfan Andika,30, yang lolos dari amukan tsunami, namun berahir di Danau Lut Tawar. Saat musibah longsor di ruas jalan Takengen- Bintang, (ruas jalan dari dan ke Gayo Lues) tepatnya di Utung Utung. Irfan bukan hanya sendiri yang menjadi korban. Namun hanya pegawai honorer ini yang menghembuskan nafas terahir.
Ada satu keluarga yang mengalami luka dan harus dirawat di RSU setelah dihujani batu dan lumpur yang turun dari gunung. Penduduk dari Jamur Konyel Bintang, (Ayah, ibu dan anak yang baru berumur 3,5 tahun) mengalami luka-luka setelah digempur batu dan tanah. Bahkan di atas kepala mereka terbang batu yang beratnya diperkirakan ratusan ton.
Demikian dengan abang ipar almarhum Irfan. Dia selamat dalam gemuruh longsor itu. Irfan dan abangnya saat itu sedang memancing di danau. Irfan tertimbun longsor. 3 hari baru jasadnya mengapung di permukaan air. Dia terbenam di danau sejak Sabtu (22/4) sekitar jam 11.30 WIB, baru pada hari Senin (24/4) sekira pukul 19.30 WIB, jasadnya muncul kepermukaan.
Musibah yang menggemparkan itu, selama sepakan di Gayo menjadi pembahasan. Saat jasadnya ditemukan, rumah duka adik Erwin Kadis Cipta Karya ini, di Reje Bukit, Bebesen, dibanjiri manusia yang melayat. Malam itu juga jenazah Irfan dikuburkan. Perjalanan anak manusia yang tidak ada manusia mengetahuinya.
Irfan bagaikan dikejar musibah. Dia selamat dari tsunami Aceh, ketika itu umurnya belum mencapai 18 tahun. Tuhan masih memberikan kesempatan untuk Irfan agar dia memiliki generasi penerus. Namun saat anak si mata wayang (laki laki) baru berumur 9 bulan, Tuhan memanggil Irfan melalui musibah longsor Utung- Utung. 3 hari jasadnya tidak ditemukan terbenam di Danau Lut Tawar.
Dalam musibah ini 5 orang terkena amukan alam. 4 mendapat perawatan medis, Irfan yang kembali ke Ilahi memenuhi janjinya. Lelaki yang murah senyum, santun dan dikenal baik ini, sudah melaksanakan tugasnya di muka bumi sebagai titipan Tuhan. Dia kembali dalam sebuah peristiwa tragis, yang sampai berita ini diturunkan masih menjadi buah bibir. ( Bahtiar Gayo/Waspada)