Menyebut namanya, untuk Indonesia terasa tidak asing lagi. Karya-karyanya bukan hanya negeri pertiwi dibuat geger. Namun di negara lain, tulisanya juga dijadikan referensi.
Penampilan sederhana, ramah, tidak pelit dalam ilmu, serta mau berteman dengan siapa saja. Dia disebut sebut pakar maha karya tertinggi dalam bidang jurnalistik, diantara sejumlah pakar lainya.
Moses orang memanggilnya, bukan bagian dari intelejen Mosad. Hehehehe kok jadi ingat Mosad ya?. Anak Batak ini kecerugianya cukup tinggi, apalagi dalam menggarap berita investigasi. Redaktur investigasi majalah Tempo terbitan Jakarta ini, dikenal pantang menyerah ketika menggarap berita investigasi.
“ Ah abang ikut pelatihan jurnalistik investigasi di Banda ya,” terdengar suaranya lawan saya berbicara di HP. Ketika saya jawab “iya, selamat bertemu di Banda Aceh”. Moses seperti terkejut . “ Duh salah tuh panitia, masak abang peserta, seharusnya abang pemateri, seperti saya. Jadi susah ni, mana mungkin abang saya yang kasih materi,” sebut Moses.
“enggak masalah kita berbagi pengalaman. Belajar itu tidak kenal usia,” kata Saya. “ Aduh bang maaf, kalau gitu saya ijin menyampaikan materi,” jawab Mustafa Silalahi, yang menurut saya memang pakar dalam karya maha tertinggi jurnalistik ini.
Mustafa Silalahi nama lengkapnya, namun dia dipanggil dengan sebutan manja “Moses”. Pengantin baru ini menganut prinsip, hasil tertinggi dari sebuah karya jurnalistik, adalah laporan investigasi. Bila hanya mengandalkan berita straight news, feature atau indept, itu kurang “greret”. Media harus ada tulisan investigasi yang digali sangat mendalam “ berdarah- darah”.
Kami bertemu di Hotel Pade, Banda Aceh selama 3 hari. Ada saja trik triknya membuat wartawan terpancing, bahkan tanpa sadar dia mengerjain wartawan senior yang ikut pelatihan, dengan memberikan tugas wartawan muda untuk mewawancari kami.
Kecurigaan Moses dalam benaknya dia tuang dengan pertanyaan. Secuil informasi baginya berharga sebagai petunjuk. “Apa benar ini. Mengapa seperti ini, ada apa dibalik ini. Siapa yang bermain, bagaimana dia mengelabui permainanya dengan bungkusan rapi, siapa jaringanya? Apakah ini merugikan publik dan seterusnya.
Ada sebuah nasihat yang indah dari Moses. Sehebat apapun berita investigasi jangan mau ditukar dengan nyawa. Nyawa wartawan lebih berharga daripada berita investigasi. Untuk itu wartawan harus meembuat perencanan yang matang dalam membongkar sebuah kasus.
Akan sangat indah bila investigasi berhasil, wartawan juga selamat. Tentunya karyanya akan menjadi catatan sejarah. Tapi ingat, kita jangan jadi pemukul untuk mengorbankan orang lain, namun berita kita harus obyektif untuk kepentingan public.
Semoga Aceh akan melahirkan Moses Moses yang baru. Terima kasih dinda atas ilmunya yang sudah berbagi, terutama bagi mereka wartawan muda yang masih energik dalam “berjuang” ( Sumber : Status Facebook )
Bahtiar Gayo
Wartawan Media Cetak Harian Waspada Tinggal Di Takengen