Akankah Gutel Tinggal Nama???

Catatan : Sadra Munawar

“I kemul, mari oya i balut orom ulung ni awal, renye i kukus en wen (Di Kepal, setelah itu di balut dengan daun pisang, kemudian di kukus (masak) Wen (Panggilan untuk laki-laki) – Gayored)”

Prosesi pembuatan dari jenis makanan satu ini tidaklah sulit bahkan tergolong kedalam kategori sederhana, sesuai isi dari percakapan singkat penulis diatas, dengan orang tua beberapa tahun yang telah lewat.

Melihat dari kajian historis pembuatan penganan Gayo yang kian Hilang ini, bukanlah masakan yang sembarangan.

Gutel di buat untuk bekal seseorang ketika dia akan bergeriliya melawan Belanda, selain dia tahan lama tidak basi, Gutel juga membuat penikmatnya cepat merasa kenyang.

“Sentan male pangan e Gutel a, inget e Ine e atau pasangen e si nampi i umah Wen, turah kalah ne Belene a, karena i Gutel a ara bekas ni jejari si nos ya, (Begitu mau di makan nya Gutel itu, dia teringat kepada yang membuatnya, harus dia kalahkan Belanda itu, karena dalam Gutel itu terdapat bekas jari-jari yang membuatnya.” Ungkap Jihad, tokoh Masyarakat Gayo, sembari mencucurkan air matanya, saat kami berdiskusi di Takengon, 18 Oktober 2018 lalu.

Sekilas, begitulah cikal bakal cerita dari jenis makanan yang mungkin, anak cucu kita kelak tidak lagi mengenal jenis makanan ini.

Namun, hal yang di lakukan oleh salah seorang Ibu melalui usaha rumahannya memproduksi jenis makanan khas Gayo akan tegas menutup kemungkinan Masakan Gayo ini tinggal nama, karena tujuannya memproduksi ini sangat baik yakni agar jenis masakan khas Gayo di kenal.

“Tujuan adanya DapoerGayo supaya kuliner Gayo bisa di kenal, Makanan-makanan yang hanya Hits di zaman dulu kembali Hits di zaman now juga” Tutur Rahma CEO Dapoer Gayo.

“Liat Jogja ada bakpia Pathuk mendunia kalau orang ke Jogja pasti oleh-olehnya bakpia Pathuk, Terus kenapa kita yang di Gayo ngak buat, jadi setiap yang datang ke Gayo ingat gutel, lepat, dan lain-lain dari kudapan atau kuliner Gayo, Selain itu tujuannya kami bisa membuka lapangan kerja baru” Pungkasnya.

Nilai positif yang di tawarkan oleh Rahma adalah hal yang mesti kita dukung, selain mempertahankan keeksisan dari Gutel itu sendiri, juga menyediakan lapangan pekerjaan.

Akan tetapi masih ada anak muda Gayo zaman ini, pengetahuannya minim sekali akan yang namanya Gutel, sejarah Gutel, prosesi pembuatannya, bahkan ada yang tidak tau apa itu Gutel.

*Sadra Munawar adalah mahasiswa Universitas Malikussaleh, jurusan Antropologi, yang akan mengambil judul tugas ahir Gutel Kuliner Masyarakat Gayo.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.