Oleh: Sadra Munawar*
Kopi adalah komoditas terbesar masyarakat Gayo, yang menjadi sumber mata air penghidupan masyarakat yang tinggal mendiami wilayah sekitaran Gunung Merapi Bener Meriah dan Danau Lut Tawar yang membentang di pusat Aceh Tengah atau lebih dikenal dengan Takengon.
Sejatinya kopi menjadi kebanggan tersendiri bagi pemerintah setempat, namun kebanggan itu tidak sejalan dengan perlakuan atau sikap yang di tunjukan kepada publik atau kepada masyarakat kecil, ya kita lihat saja dengan sikap Masa Bodoh nya pemerintah saat harga Kopi Terjun Bebas yang menurut perkiraan salah satu Praktisi Kopi Gayo kepada salah satu media ( Baca Serambi : Harga Kopi Arabika Mulai Turun Ini Penyebabnya ), menjelaskan akibat turunnya harga kopi Gayo yang kita banggakan.
Bagi penulis sendiri, pemerintah seharusnya disini hadir apalagi dengan baru-baru ini kedatangan Mentri Agraria Dr. Sofyan Djalil ke daerah Bener Meriah dan Aceh Tengah yang berdasarkan pengamatan penulis, pihak pemerintah mengajak Seorang Mentri ini memetik dan ikut merasakan sensasi bersentuhan langsung dengan Kopi.
Publik sekarang sedang bertanya serius kepada pemerintah, ‘Apakah dengan sikap abai dan berkesan tidak peduli itu akan selesai, oh tidak wahai pemegang kendali, jangan kiranya bersikap demikian, jangan nanti dimasa depan ada catatan merah di sejarah negeri ini untuk anda.
Resi gudang merupakan cara yang efektip sekali untuk menjaga kestabilan harga produk unggulan Tanah yang di juliki Negri di atas awan ini, penulis kira ini bukan Pekerjaan rumah yang berat, apalagi di tempat penulis tinggal pemerintah punya staf khusus yang kita perlu bersyukur ini memudahkan pekerjaan pemimpin tertinggi di daerah ini.
Terahir ini serius dan harus di tangani secepatnya, semoga pemerintah bisa menjadi pahlawan ( Meski tidak diberi gelar dia pahlawan, memang itu tugasnya ) dalam mengembalikan ke harga kopi yang di sebut Stabil.
*Sadra Munawar adalah Mahasiswa aktif Universitas Malikussaleh Lhokseumawe