Rek Malam Takengon Sepi

Takengen | Lintas Gayo : Pedagang rex malam di seputaran kompleks Terminal Bus Kota Takengon sepi pengunjung sejak enam bulan terakhir. Biasanya rek malam ini ramai dikunjungi orang-orang untuk makan minum malam, atau sekedar minum sambil berbincang-bincang bersama keluarga atau teman. Tapi sejak enam bulan terakhir kawasan rex ini kurang diminati warga Takengon. HaL ini sampaikan oleh salah satu pedagang, Mustafa, Minggu (19/06) malam.

Pengakuan Mustafa, biasanya jika pengunjung ramai dan para pedagang dapat memperoleh penghasilan penjualan kotor rata-rata Rp. 2 juta hingga Rp 2.5 juta permalamnya, tapi untuk saat ini tidak mencapai  Rp. 1 juta.

Menurutnya rex malam tersebut sepi pengunjung karena masyarakat sedang tidak panen kopi, masa panen kopi sudah habis. Jika masyarakat panen kopi mereka ramai datang ke kota dan senang berkunjung ke rex malam untuk makan malam bersama keluarga. Rex malam akan ramai kembali kalau ada acara malam hari, seperti pestival musik, pameran dan lain-lain, jelasnya.

Pengakuan senada diungkap pedagang lainnya, Iskandar,  juga mengeluhkan kondisi sepi tersebut. Penghasilannya berjualan di rex malam menurun drastis, hanya Rp.500 ribu, hingga Rp.800 ribu permalam. “Kunjungan kesini sepi sejak berakhirnya masa kerja NGO (Red; Non Government Organization) yang menjalankan programnya di Aceh, khususnya di Aceh Tengah,” ujar Iskandar.

Ditambahkannya, ketika ada NGO asing  dan  LSM-LSM lokal, rex malam selalu ramai sejak sore hari hingga malam, tidak ada tenda yang kosong semua kursi penuh, bahkan ada juga yang antri. Tak jarang pembeli membawa pulang makanan yang di pesan karena tidak kebagian tempat duduk. Orang-orang yang bekerja di NGO dan LSM senang makan ramai-ramai sepulang kerja. Untuk saat ini rex malam baru ramai jika ada kegiatan-kegiatan di malam hari seperti festival musik atau kegiatan lainnya di malam hari, paparnya.

Keluhan sepinya pembeli juga diungkapkan Maryani, seorang pedagang gorengan. “Biasanya berjualan di rex malam pendapatan kami lumayan, bisa mencapai Rp. 200 ribu hingga Rp.300 ribu permalam. Tapi sekarang sering tidak mencapai Rp.100 ribu,” katanya.

Dirinya menyatakan berjualan sejak pukul 13.00 Wib atau 16.00 Wib sampai tengah malam, tapi penghasilan tidak bertambah. “Mau usaha lain tidak bisa, karena kekurangan modal. Jadi ya sabar saja, saya tetap berjualan gorengan ini. Kami hanya berharap rejeki bertambah kalau malam hari banyak kegiatan misalnya festival band, pameran, keyboard atau ada artis yang datang, itu saja harapan kami,” pungkasnya.(athahirah).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.