Saudara itu seperti air, tak bisa dibelah. Walau terbelah akan bersatu kembali. Walau dimanapun berada, saudara tetap saudara. Ibarat satu tubuh, bila sakit di kepala akan terasa dari rambut sampai ujung kaki. Duka di Papua juga bagian derita dari Aceh.
Rasa persaudaraan itu telah membuat Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, memerintahkah secara khusus Kadis Sosial Aceh bersama rombongan untuk membantu saudara mereka yang berada di negeri Cendrawasih.
Alhudri Kadis Sosial Aceh yang memimpin rombongan menuju Papua, Wamena, bukan hanya sekedar memberi bantuan moril kepada orang Aceh di negeri yang dilanda konflik ini. Namun Hudri mewakili pemerintah Aceh menitipkan saudara saudaranya di Papua untuk mendapatkan perhatian.
Bagi orang Aceh yang tinggal di pulau kepala burung ini, tidak lagi betah mengais rejeki di sana, dan mereka ingin kembali ke Aceh, Pemerintah Aceh siap mempasiltasi mereka untuk hidup di tanah leluhurnya, di Aceh.
“Saya menitipkan saudara saudara kita yang dari Aceh kepada sejumlah pejabat di sana. Agar mereka juga mendapatkan perhatian sama dengan saudara lainya yang berasal dari seluruh penjuru negeri ini,” sebut Al Hudri, Kadis Sosial Aceh, menjawab Dialeksis.com, Minggu sore (6/10/2019) via selular.
Saudara kita yang berasal dari Aceh, sebut Hudri, semangatnya tinggi ketika kami kunjungi atas perintah Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah. Ada tangisan haru ketika mereka menerima kedatangan tim yang diutus gubernur.
Tim Aceh yang bertugas ke Papua, selain Kadis Sosial Alhudri, turut juga hadir di negeri Irian ini Kepala Bidang Perlindungan Sosial Sya’baniar. Pensus Gubernur Aceh Fauzan Azima serta Kasi PSKBA Dinsos Aceh Yanyan Rahmad, AKS, M.Si.
“Kami setibanya di Jaya Pura, pada sore itu langsung menaiki pesawat kecil menuju Wamena. Satu jam perjalanan, malamnya kami langsung bisa berkumpul dengan saudara yang berasal dari Aceh,” sebut Hudri.
Pesan damai yang disampaikan Plt Gubernur Aceh, jelas Hudri disambut hangat warga setempat. Apalagi orang Aceh yang selama ini mencari nafkah di Papua, Wamena, Jaya Wijaya, sudah membaur dengan warga setempat, mereka hidup rukun dan damai.
Demikian tanggapan Dinas Sosial di Wamena, Jaya Wijaya, jelas Hudri. Mereka bukan hanya menyambut positif kehadiran tim yang diutus Gubernur Aceh, namun mereka berjanji akan memperhatikan orang Aceh yang ada di Papua, khususnya di Wamena.
“Warga Aceh yang ada di Wamena juga akan mendapat bantuan UEP paska bencana konflik sosial, sama dengan warga lainya dari seluruh Indonesia yang ada di sana. Kami sudah menitipkan saudara saudara kita yang berasal dari Aceh kepada Dinas Sosial di sana,” sebut Hudri.
Demikian warga Aceh yang ada di Papua, mereka sangat gembira dengan kedatangan saudara mereka dari Aceh, menjenguk mereka yang lagi dilanda musibah. Ada peluk haru ketika awal bertemu. Mereka dengan sikap pemimpin Aceh yang mau merasakan duka mereka.
“Sudah saya sampaikan kepada saudara kita di Papua, Wamena, sebenarnya saya akan berangkat ke Myanmar, namun Plt Gubernur Aceh, Pak Nova, khusus mengutus saya untuk ke Papua, mempasilitasi warga Aceh yang ada di sana,” sebut Hudri.
Di Wamena, kata Hudri, ada enam warga Aceh yang tetap tinggal di sana. Satu diantaranya PNS dan lima lainya memiliki usaha berdagang. Mereka menetap di sana dan akan kembali mengisi hari hari mereka paska konflik, sebagaimana yang sudah mereka lalui selama ini.
Dalam pertemuan dengan orang Aceh di rumah Aiyub di Wamena, sebut Hudri, ada enam warga Aceh yang menetap di sana. Abdul Muthalib,28 , asal Peureulak, Aceh Timur. Rudi Sunardi, 29, asal Aceh Utara, Tgk. Abdul Rahmatdin, 41, asal Kluet, Aceh Selatan. Aiyub, 42, asal Geurugok, Bireuen dan Faisal, 26, asal Kluet, Aceh Selatan, serta Hasan Basri, 53 , asal Aceh Selatan.
Dipulangkan dan Mengungsi
Menurut Hudri, ada juga warga Aceh di negeri dalam amukan konflik ini yang dikembali ke Aceh, atau ikut keluarganya ke daerah lain.
Dinas Sosial Aceh sudah memulangkan empat warga Aceh berasal dari Aceh Tenggara. Dalam hal ini Dinsos Aceh bekerja sama dengan Dinsos Jawa Timur. Keempat warga asal Aceh Tenggara itu dipulangkan melalui Surabaya .
Mereka yang dikembalikan itu; Try Sessy, 25,asal dari Aceh, Desa Harapan Jaya, Lawe Sigala Timur, Aceh Tenggara. Priska Susilawati Sitohang, 31, Lawe Sigaga Gala Timur, serta dua balita, Natael Gultom,3,5 dan Nasya Gultom yang baru berumur 18 Bulan.
Sementara itu, menurut Hudri, di Jaya Pura, ada 8 pengungsi asal Aceh. Mereka dalam keadaan sehat dan sudah mendapat penangangan oleh dinas sosial setempat. Satu diantara pengungsi ini, ahirnya kembali ke Jawa Timur, ikut dengan suaminya yang sebelumnya sudah berangkat ke Jawa Timur.
Study Bandinglah ke Aceh !!!
Menjawab Dialeksis.com, Alhudri menjelaskan, tim rombongan yang diutus Plt Gubernur Aceh sudah memberikan keterangan Pers di Wamena, sehubungan dengan kedatangan mereka ke negeri Cendrawasih ini.
Bukan hanya ke media lokal, namun ke sejumlah pejabat yang bertemu di sana, saya sarankan agar mereka melakukan study banding ke Aceh. Karena dua negeri ini sama sama dibalut konflik, namun Aceh mampu bangkit.
Aceh, sebut Hudri, bukan hanya dibalut konflik yang berkepanjangan. Kemudian Aceh luluh lantak dihantam tsunami, ada lagi musibah gempa yang datang silih berganti. Namun semangat membangun kembali dari puing puing kehancuran itu ditunjukan masyarakat Aceh.
“Semangat masyarakat yang tinggi dan keseriusan pemerintah dalam menata kembali Aceh yang dilanda konflik, dihajar tsunami, digoyang gempa, telah membuat warna Aceh kini lebih baik dan mulai maju,” sebut Hudri.
Untuk itu, tidak ada salahnya sesama negeri yang dibalut konflik , sama sama mendapatkan dana Otsus, kiranya dilakukanlah study banding ke Aceh. Karena pengalaman yang dirasakan rakyat Papua juga sudah dirasakan Aceh.
“Tidak berlebihan, semangat yang tinggi dari masyarakat, tata kelola pemerintah yang bagus, keseriusan pejabat dalam menangani negeri, telah membuat Aceh itu bangkit. Datanglah berkunjung ke Aceh, kami sangat terbuka dan bahagia menerima kehadiran saudara dari Papua,” sebut Hudri, seperti mengutip kembali saranya kepada sejumlah pejabat di negeri Papua.
Orang Papua di Aceh, sebut Hudri, mereka hidup rukun dan damai. Seluruh orang Indonesia dari Sabang Sampai Marueke, dalam mengidupi diri di Aceh merasa nyaman. Adanya qanun tentang syariat Islam, tidak membuat warga non muslim merasa terganggu. Buktinya mereka nyaman hidup di Aceh.
Duka Papua adalah derita juga bagi Aceh. Ketika negeri ini dibaluk konflik, Nova Iriansyah selaku pemimpin negeri mengirimkan utusanya untuk mengurus orang Aceh yang ada di Papua. Mengirim duta untuk berbagi dan merasakan penderitaan.
Walau jarak Aceh- Papua lumanyan jauh, namun persaudaraan yang direkatkan oleh jiwa, telah membuat orang yang ada di Aceh turut merasakan derita saudara mereka di Papua. Nova Iriansyah mengirim pembalut duka untuk saudaranya di sana.
Kinerja utusan itu membuahkan hasil. Ada orang Aceh yang dipulangkan dari tanah Irian ini, namun ada juga yang tetap mengarungi penghidupan di negeri Dwi Panta ini. Semoga negeri kepala burung ini pulih kembali seperti sedia kala. ( Bahtiar Gayo)