Takengen | Lintas Gayo : Masyarakat Petani Kopi Gayo (MPKG) yang diketuai Mustafa Ali menyatakan siap membantu Pemerintah Aceh, Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah dan Kebupaten Bener Meriah untuk melakukan pendataan ulang terkait kopi di Aceh. Pernyataan ini disampaikan melalui sambungan telepon kepada Lintas Gayo, Kamis (23/6).
Dikatakan Mustafa Ali, Dinas Perkebunan baik di Pemerintahan Aceh maupun di Aceh Tengah dan Bener Meriah selaku daerah produsen kopi di Aceh tidak punya data akurat. Karenanya selaku ketua MPKG dan Ketua Forum Kopi Aceh menawarkan diri untuk melakukan pendataan seakurat mungkin asal didukung dengan dana.
“Kami siap melakukan pendataan, asal didukung pendanaan yang cukup,” kata Mustafa Ali seraya menambahkan bahwa selama ini data diperoleh berdasarkan asumsi bukan survey lapangan.
Terkait penurunan produksi kopi, Mustafa Ali menyatakan penyebabnya adalah akibat terjadinya pemanasan global (Global Warming), bukan semata-mata karena pengaruh bibit. Selain itu karena serangan hama penggerek buah dan batang.
“Beberapa tahun belakangan ini terjadi hujan deras saat kopi berbunga yang berakibat bunga gagal menjadi buah. Selain itu juga akibat serangan hama penggerek yang menyebabkan turunnya produksi kopi hingga duapuluh persen,” ungkap Mustafa Ali.
Selain itu, kedepannya dia juga berharap agar petani mengintensifkan pengelolaan lahan bukan malah memperluas lahan akan tetapi tidak dikelola dengan baik. “Kelola saja dengan maksimal lahan kopi kurang dari satu hektar ketimbang mengelola lebih dari itu akan tetapi tidak diikuti dengan pemeliharaan yang baik,” sarannya sambil menambahkan bahwa luas lahan kopi yang ada saat ini di kabupaten Aceh Tengah sekitar 48.000 hektar dan di Bener Meriah 38.000 hektar.
Ditambahkan, jika selama ini produksi kopi perhektarnya hanya mencapai 750 kilogram perhektarnya maka dengan pola intensifikasi diharapkan akan terjadi peningkatan hingga 1 ton perhektarnya. “Untuk meningkatkan kesejateraan petani kopi, maka produksi harus ditingkatkan. Satu batang kopi harus menghasilkan 1 kilogram selama masa tumbuhnya,” pungkasnya .
Seperti diberitakan sebelumnya, seorang petani sekaligus mantan Penyuluh Pertanian di Aceh Tengah, Wiknyo juga menyatakan bahwa data terkait kopi di Aceh amburadul dan perlu pendataan ulang yang lebih ril sesuai kondisi lapangan. Wiknyo juga meminta dilakukan intesifikasi pengelolaan lahan kedepannya.(Khalis)