Jakarta | Lintas Gayo : Saman merupakan salah satu tari Gayo. Tari ini tidak sebatas dikenal tanoh Gayo, melainkan dikenal pula di pesisir Aceh dan Indonesia. Bahkan, tari yang diciptakan Syeh Saman ini dalam menyebarkan agama Islam di dataran tinggi tanoh Gayo sudah mendunia. Hal itu ditandai dengan akan dikukuhkannya tarian ini sebagai salah satu warisan budaya tak benda dunia asal Indonesia, dalam waktu dekat oleh UNESCO.
Namun, dalam perkembangan di luar daerah asalnya, tanoh Gayo, Aceh, tari Saman kerapkali tidak ditarikan seperti bentuk aslinya baik dari saāer, gerak, jumlah penari, kostum, maupun penarinya yang semestinya ditarikan laki-laki. Padahal, kesemuanya itu mengandung makna filosofis, historis, dan sosio-kultural terkait orang Gayo sendiri sebagai pemilik tari Saman
Oleh sebab itu, Ikatan Mahasiwa Gayo Lues (IMGL Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dengan Aceh Cultural Center (ACC) akan diskusi tari Saman di era globalisasi. Diskusi ini akan digelar Senin, 27 Juni 2011 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Menteng-Jakarta dengan tema āOriginilitas Tari Saman dalam Era Globalisasiā, kata Burhanuddin, S.Sos.I. kepada Lintas Gayo di Jakarta, Jumāat (24/6).
āMelalui kegiatan ini, kita coba meluruskan pemahaman Saman yang kurang pas selama ini,ā tegas Burhan.
Selain diskusi, ada pula hiburan dari Sanggar Kepies Gayo Jakarta dan Puisi Seribu Saman oleh Fikar W. Eda, seniman nasional asal Aceh, terang Burhan. Nantinya, jelasnya lagi, diskusi Saman ini akan dibuka langsung oleh Menteri Pemuda dan Olah Raga Republik Indonesia; Dr. Andi Alfian Malarangeng dan turut dihadiri Wakil Gunerbur Aceh; Muhammad Nazar, S.Ag. dan Bupati Gayo Lues; Ibnu Hasim, S.Sos, M.M
Sementara itu, yang akan bertindak sebagai pembicara, diantaranya Drs. Ridwan Salam, M.M., (penulis buku Saman) āSejarah Tari Samanā, Dr. Rajab Bahry (Dosen Sastra Universitas Syiahkuala) āMotif dan Filosofis Aksesoris Tari Samanā, Pemerintah Kabupaten Gayo Lues āKebijakan Pemerintah Kabupaten terhadap Gayo Luesā, Marzuki Hasan (Institut Kesenian Jakarta) āSaman Ekspresi Urbanā, Sapta Nirwandar (Dirjen Pemasaran Kementerian Budaya dan Pariwisata Republik Indonesia) āSaman sebagai Warisan Budaya Dunia tak Bendaā, Ery Ekawati, S. Sn āBakat dan Minat Remaja Jakarta terhadap Tari Samanā, Dewan Kesenian Jakarta āSaman dan Ekpresi Multikultural di Jakartaā dengan moderator Yusradi Usman al-Gayoni dan Mustafa Ismail (Win Kin Tawar)