Dayah ini sudah berdiri sebelum ketua Golkar Aceh Tengahdilahirkan. Umur Pondok Pasantren ini sudah terbilang tua, banyak sudah generasi yang berprestasi dihasilkanya. Ponpes di atas bukit ini menebarkan aroma wangi untuk ummat.
Dayah terpadu ini diberi nama Darul Mukhlisin, letaknya di Bur Jimet, Tansaril, Bebesen, Aceh Tengah. Pendirinya sudah menyiapkan lahan untuk pesantren pada tahun 1973, dimana Ketika itu lokasi dayah ini masih bersemak hutan.
Pendirinya sudah kembali keharibaan Ilahi. Darul Muhklisin mulai berkembang pada tahun 1990, dimana pada tahun 1980-an sudah mulai dirintis pendirianya dengan bangunan yang sangat sederhana.
“Ketika awal didirikan pesantren ini saya belum lahir. Kedua orang tua saya bahu membahu mendirikanya, agar ada lentera ummat,” sebut Muchsin Hasan, anak bungsu dari pendiri pesantren Darul Muhlisin, Ketika diminta keteranganya seputar Dayah Darul Mukhlisin.
Orang tua ketua Golkar Aceh Tengah ini, almarhum Muhammad Hasan Bin Muhammad Tawar dan ibu dari anggota DPRK ini, Nur Jannah mendirikan dayah yang kini telah banyak melahirkan generasi penerang ummat.
Selain kedua orang tua Muchsin, pesantren ini didirikan atas bantuan almarhum Muhammad Shaleh, Adnan ya’kub, Rutih dan masih banyak yang berpartisipasi aktif dalam pendirian pesantren ini.
Disebut dengan Darul Mukhlisin bukan karena kemiripan nama dengan anak bungsunya Muchsin Hasan (Saat itu Muchsin Hasan belum lahir). Arti dari pesantren ini darul artinya negeri atau tempat, mukhlisin itu adalah orang orang ikhlas. Darul Mukhlisin adalah tempat orang yang ihklas.
Muchsin, mengisahkan awal didirikan dayah ini, belum banyak dikenal orang, sekitar tahun 80-an. Model bangunanya juga sangat sederhana, beralaskan tanah, berdinding papan dengan atap daun serule (kecombrang atau honje).
Tanah tempat berdirinya bangunan dayah yang kini sudah terbilang megah, merupakan tanah milik pribadi alrmarhu Hasan Tan. “Tanah ini dibeli oleh alharhum pada tahun 73, pada saat itu almarhum menukarnya dengan padi,” sebut Muchsin.
Almarhum pendiri dayah ini pernah mewasiatkan kepada anak anaknya, termasuk Muchsin, untuk tidak menjadikan dayah ini dalam ajang bisnis yang bersifat komersial. Akan tetapi untuk membantu masyarakat Aceh Tengah, Bener Meriah yang tidak mampu menyekolahkan anaknya.
Darul Mukhlisin termasuk dayah perdana di Kabupaten Aceh Tengah, dayah tua ini dibangun almarhum dengan uang hasil penjualan tembakau, karena pendirinya juga pebisnis tembakau yang dijual ke Medan, dimana saat itu Muchsin Hasan juga bersekolah di Medan.
“Pada saat awal berdirinya dayah ini, jumlah muridnya sekitar 100 orang, baik putra maupun putri, Mereke belajar di komplek Dayah ini,” kata Muchsin.
Sudah cukup banyak dari alumni dayah ini. Sekarang jumlah santri santri yang ada di Dayah Darul Mukhlisin mencapai 700 orang. Namun target almarhum belum tercapai, dimana pendirinya menargetkan ada 1.500 murid di dayah ini, 750 untuk santriwan dan 750 untuk santriwati. Target itu Insya Allah akan terpenuhi beberapa tahun mendatang.
Ponpes di atas bukit ini kini sudah memiliki sejumlah fasilitas, diantaranya masjid, ruang belajar, serta asrama. Masjid yang didirikan di areal santriwati adalah wasiat yang diamanatkan almarhum pendiri kepada anak anaknya.
Kendala setiap lembaga pendidikan mempunyai kendala, akan tetapi kendala-kendala yang di hadapi oleh dayah pada saat ini masih bisa di kendalikan oleh pihak dayah kata muchsin.
Kata muchsin hasan “Lembaga pendidikan ini Sudah sesuai juga dengan aturan dan sudah diakui oleh pemerintah dan (Kandepag) serta sudah memenuhi persyaratan tertentu”.
Saat awal pendirian dayah, kata Muchsin, fasilitasnya sangat minim sekali. Namun seiring dengan dinamika, kini beragam fasilitas sudah dimilik Darul Muhklisin. Kini guru yang mengajar di dayah ini mencapai 20 orang dan 8 guru bantu.
Rata rata ustad yang mengajar di dayah ini merupakan alumni Darul Mukhlisin, mereka mampu mengajarkan santri membaca kitab kuning. Beragam prestasi sudah diukir dayah di atas bukit ini.
Darul Mukhlisin kini tidak lagi bersupu serule. Manusia manusia ihklas sudah banyak ditempa. Perjuangan almarhum dalam mendirikan dayah ini tidak sia-sia, walau kini telah kembali ke alam baqa, namun jasanya masih menjadi penerang dunia. *** Muhammad Kasim
Penulis, Santri Dayah Darul Mukhlisin, Bur Jimet, Aceh Tengah
Comments are closed.