Uang Petani Kopi Gayo Melebihi APBK Aceh Tengah ?

Takengen | Lintas Gayo : Ketua Forum Kopi Gayo Drs. H. Mustafa Ali saat menjadi pemateri pertemuan teknis Fasilitasi Indikasi Geografis (IG) untuk produk unggulan ekspor di Takengon, Rabu (13/7) di Meeting Room Hotel Mahara Takengon  menyampaikan perihal IG yang diperoleh Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues  (IG Gayo) kepada Lintas Gayo.

Menurutnya beberapa pihak termasuk Forum Kopi Aceh selama kurang lebih tiga tahun memperjuangkan IG, menurutnya hal ini disebabkan kesuburan dataran tinggi Gayo yang tidak diragukan lagi, dimana daerah Gayo sudah dikenal dengan kopi Gayo, cita rasa kopi Gayo dan budaya masyarakat serta tanahnya yang subur sehingga kopi Gayo di nyatakan berhak mendapat sertifikat IG dari Dirjen Hak Kekayaan Intelektual
(HaKI) di Jakarta.

Setelah ini lanjutnya, ia mengharapkan petani kopi Gayo memahami cara teknik budidaya yang benar, panen dan pasca panen yang benar, “jika ketiga hal tersebut dipahami maka harga kopi Gayo tetap teratas, mengingat harga jual saat lelang di Bali mencapai 10,6 US $ per ton beberapa waktu lalu, sedangkan saat pelelangan di Takengon mencapai mencapai 8,5 US $ per ton, saat ini kita menjual kepada eksportir dengan harga berkisar 8,5 US $ lebih.

Ia juga menjelaskan saat proses lelang kopi dunia di Bali banyak pembeli dari berbagai negara penasaran terhadap kopi Gayo, menurut pengalaman Mustafa Ali, pembeli dari luar saat itu penasaran terhadap Gayo, namun saat mereka datang mereka menganggap kebun kopi Gayo itu rekayasa, akhirnya setelah di cek oleh mereka langsung ke daerah Gayo maka sudah membuktikan bahwa di Gayo banyak kebun rakyat,

“Saat mereka datang ke Gayo dan mempertanyakan kebun kopi, maka saya menunjukkan di sekeliling daerah ini, bahkan mereka kaget dan sempat tidak percaya ketika ditunjukkan kebun kopi rakyat yang begitu luas, pada akhirnya mereka yakin dan berminat terhadap kopi Gayo”, ujarnya.

Hingga saat ini lanjutnya, beberapa pembeli dari berbagai daerah dari Eropa, Australia, Asia tetap ada yang datang ke Gayo untuk melihat kopi Gayo pada setiap bulan.

Saat ini tambah Mustafa Ali, mereka baru mengetahui keberadaan IG di dataran tinggi ini, “mereka sudah tidak melihat kopi Gayo ini hanya slogan semata setelah kita tunjukkan fakta ini, maka kita harus pertahankan harga kopi dengan memberikan keseimbangan keuntungan antara rakyat (petani) dengan pedagang agar masing-masing menikmati hidup”, tegasnya.

Ia mengharapkan stake holder atau pelaku harus dapat mengetahui IG. Dijelaskannya bahwa semua pihak harus tahu uang petani kopi setiap tahun beredar setengah Trilyun di Aceh Tengah, “maka semua pihak harus tahu tentang hal ini, apalagi pertumbuhan ekonomi mikro yang dilakukan petani kopi jauh lebih banyak dibandingkan APBK Aceh Tengah yang hanya Rp.450 Milyar”, bandingnya.

Dilain pihak ia juga berharap pemerintah dan stake holders harus memperhatikan petani kopi, “secara politik ekonomi, konstribusi pertumbuhan ekonomi yang dilakukan petani kopi tersebut harus di dukung oleh pemerintah agar petani dapat mempertahankan hal tersebut untuk membantu pembangunan Aceh Tengah”, harapnya. (Iwan SP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments