Lepas Jabatan Ketua Golkar, Maju ke Pemilukada Aceh Tengah Diusung Demokrat

BANDA ACEH – Bupati Aceh Tengah Nasaruddin memutuskan melepaskan jabatannya sebagai Ketua DPD Partai Golkar Aceh Tengah. Keputusan ini diambil semenjak dia dipinang Partai Demokrat untuk diusung kembali sebagai bakal calon bupati Aceh Tengah dalam pilkada 2011. Rencananya, dia akan dipasangkan dengan Khairul Asmara, yang saat ini masih menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh Tengah.

Nasaruddin yang ditemui wartawan di Banda Aceh, Rabu (20/7), mengatakan, keputusannya melepaskan jabatan Ketua DPD Golkar Aceh Tengah, murni karena dia menerima pinangan Partai Demokrat untuk diusung sebagai balon bupati Aceh Tengah.

“Tak ada masalah dengan Partai Golkar, kendati Pengurus DPD Golkar Aceh dan Pengurus DPP Golkar Pusat tak mengusung sebagai calon Bupati Aceh Tengah periode 2012 – 2017 dalam pilkada ini,” ujarnya usai menerima LHP APBK Aceh Tengah 2010 yang diserahkan BPK Perwakilan Aceh, di Kantor BPK Perwakilan Aceh, Banda Aceh, kemarin.

Menurut Nasaruddin, keputusan Partai Golkar tidak menetapkan dirinya sebagai calon bupati dari dalam pilkada kali ini, karena alasan hasil survei elektabilitasnya sedikit lebih rendah dari kader Golkar lain, yang juga mencalonkan diri sebagai calon Bupati Aceh Tengah.

Di sisi lain, ternyata DPD Partai Demokrat Aceh dan Pengurus DPP Partai Demokrat Pusat juga melakukan survei untuk menguji elektabilitas beberapa figur calon kepala daerah, termasuk dirinya. Hasilnya, persentase elektabilitas (dukungan) untuk untuk Nasaruddin paling tinggi dari lima calon lainnya yang masuk dalam survei Demokrat.

Atas dasar ini, dalam rapat kerja di Kantor DPP Partai Demokrat di Jakarta, 11 Juli 2011 lalu, pengurus DPD PD Aceh dan Pusat memutuskan meminang Nasaruddin untuk ditetapkan sebagai calon bupati Aceh Tengah untuk periode 2012 – 2017 dari Partai Demokrat.

Pinangan Partai Demokrat itu, kata Nasaruddin, diterimanya dan ia sejak itu langsung berhenti sementara dari Ketua Golkar Aceh Tengah. Ia juga diminta untuk mencari pasangan sendiri dan berkoalisi dengan partai lain.

Hal ini, karena jumlah empat kursi milik Partai Demokrat di DPRK Aceh Tengah tidak cukup untuk mengusung paket secara mandiri. Demokrat membutuhkan minimal 1 kursi lagi untuk mencukupi kuota maksimal 5 kursi sebagai syarat mengusung pasangan calon.

Setelah melalui serangkaian pendekatan, kata dia, ada empat partai yang bersedia bergabung dengan Partai Demokrat untuk mengusung dirinya menjadi calon bupati. Namun ia menolak menyebutkan nama-nama partai itu karena alasan tidak mau mendahului. “Empat partai politik nasional yang telah siap berkoalisi dengan Partai Demokrat akan kita umumkan pada waktu deklarasi pasangan yang direncanakan dalam waktu dekat ini,” ujarnya.

Mengenai pilihannya untuk berpasangan dengan Khairul Asmara, Nasaruddin mengatakan, karena alasan Khairul sangat berpengalaman dalam menjalankan roda pemerintahan Aceh Tengah.(her)

siapa nasaruddin/khairul asmara?
Ir Nasaruddin, lahir di Takengon, 17 Juli 1957, adalah seorang birokrat tulen. Karirnya dimulai sebagai pegawai pertanian Aceh Timur, Aceh Barat, Aceh Tengah, Aceh Tenggara. Pada 2000-2004 ia dipercaya menjadi Sekda Aceh Tengah. Selanjutnya menjadi Pj Bupati Aceh Tengah (2004-2006). Setelah memenangi Pilkada 2006, Nasaruddin yang berpasangan dengan H Djauhar Ali, dilantik menjadi Bupati Aceh Tengah 2007-2012. Kini, ia kembali maju mencalonkan diri untuk periode 2012-2017.

Khairul Asmara, dilahirkan di Takengon, 27 April 1957, merintis karir dari pegawai kantor Camat Bebesen, Aceh Tengah. Setelah beberapa lama mengabdi, termasuk sebagai camat, Khairul kemudian sempat menjabat kepala dinas di sejumlah SKPD di Aceh Tengah. Karirnya terus melejit hingga diangkat menjadi asisten III Setda Aceh Tengah. Karirnya sempat bergeser ke kabupaten tetangga, Bener Meriah, sebagai Asisten II, serta kepala di beberapa SKPD di Bener Meriah, hingga sempat menjadi Plt Sekda Pemkab Bener Meriah. Pada bulan Nopember 2009, Khairul kembali ke Aceh Tengah menjadi Sekda sampai sekarang. (aceh.tribunnews)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments

  1. Hal yang harus dimengerti bagi masyarakat luas tentang pesta demokrasi tidak lain adalah seperti perang dingin atau perang urat saraf or bahaya laten. satu sama lain saling mengucil, menjelekan, menghasud…..dll. yang menjurus kepada perpecahan dan kemunduran. bagi mereka masyarakat luas yang dapat menilai cabup dan cawabup, lihat diri mereka adakah mereka menjelekkan satu sama lain. jika ada. waspadalah karena mereka lah penjahat sebenarnya. mari berpolotik secara dewasa dan profesional untuk satu tujuan membangun negeri antara yang makmur dan sejahtera. selaku masyarakat sudah sangat amat tidak ingin untuk kisruh, dan hal seperti ini sangat rentan. mari hidup berdamai dan bersilatuhrahmi. cegah dan tangkap mereka siapa yang menjadi provokator busuk dan penjahat busuk, karena banyak merugikan bangsa dan negara.

  2. Kata MALU bagi seorang yg ingin berkuasa itu adalah kebodohan. Apalagi sudah merasakan enaknya kekuasaan. Maju dari partai lain adalah hal lumrah demi berusaha kembali berkuasa. Ketakutan kehilangan jabatan itu telah mengalahkan etika nya. Biarlah beliau maju dengan kendaraan pinjaman, hehehe.

    Saya yakin rakyat makin cerdas untuk menentukan pilihan. Setelah menjabat lima tahun rakyat tentu bisa menilai apakah kepemimpinannya perlu dilanjutkan atau cukup samapai disini. Hemat saya mayoritas rakyat menginginkan pemimpin yg baru.

  3. Ha ha ha ha ha….

    Golkar pikir mereka pintar, tapi ternyata Nasaruddin jauh lebih pintar, Bravo…

    Ini sebetule sa si munilet, sa si kona ilet?

  4. Ini menyiratkan bahwa Sdr Nasaruddin memang bukan kader Golkar. Terpilihnya beliu jadi ketua DPD Golkar tempo hari menimbilkan berbagai pertanyaan bagi orang yg melek politik. ” Kok bisa bukan kader jadi ketua? ada apa ini?”
    Kalau mau jujur ini adalah kekalahan pertama beliau yang tentu sangat berambisi maju lagi dengan kendaraan Golkar tapi sayang beliau kalah. Seharusnya legowo untuk tidak maju lagi walaupun dipinang partai lain.