Ir. H. Nasaruddin, M.M., Wakil Dapil II “Aceh Tengah-Bener Meriah, Gayo” ke Senayan
Oleh: Yusradi Usman al-Gayoni*
Ir. H. Nasaruddin, M.M. yang biasa disapa Pak Nas, bupati dua periode Aceh Tengah (2007-2017) dilamar Partai Persatuan Pembangunan (PPP) untuk bergabung dengan partai berlambang Ka’bah itu. Lamaran tersebut disampaikan Pengurus DPW PPP Aceh yang diwakili Ishak Yusuf (Ayah Is) saat bersilaturahmi dengan Pak Nas di kediamannya di Kampung Lemah Burbana Kecamatan Bebesen, Takengon Aceh Tengah, Takengon, Rabu, 24 Agustus 2022 (Tribun Gayo, 26/8/2022).
Diungkapkan Ayah Is, dasar PPP mengajak Pak Nas bergabung dalam PPP adalah hasil evaluasi lapangan yang dilakukan beberapa kabupaten seperti Aceh Tamiang, Aceh Timur, Kota Langsa, sampai ke Bener Meriah, Aceh Tengah, masyarakat masih menginginkan Pak Nas untuk membantu kemajuan pembangunan daerah melalui jalur DPR RI. Menurut Pengurus DPW PPP, Nasaruddin mempunyai koneksi atau jaringan yang relatif bagus di tingkat Pusat dan Provinsi Aceh. Lebih khusus lagi, PPP melihat bahwa PPP dan Nasaruddin kesamaan visi dan misi.
Kenapa Nasaruddin?
PPP melamar orang yang tepat mewakili Dapil II Aceh (Aceh Tengah, Bener Meriah, Bireuen, Lhokseumawe, Aceh Utara, Kota Langsa, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang yang menyediakan enam kursi ke Gedung Parlemen Senayan (Gedung DPR/MPR/DPD RI). Terutama, dari wilayah tengah Aceh dan Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah, Bener Meriah, Lokop Serbejadi Aceh Timur dan Kalul Aceh Tamiang. Nasaruddin bukan orang yang baru di Dapil II Aceh. Awal kariernya sebagai pegawai negeri sipil bahkan mulai di pesisir timur-utara Aceh, yaitu Langsa—sebelum ke Aceh Barat, Aceh Tenggara, dan Aceh Tengah, sampai jadi bupati terlama di Aceh Tengah—yang saat itu termasuk Tamiang. Karenanya, masyarakat di pesisir timur-utara tidak asing lagi dengan sosok Nasaruddin, berikut dengan segala pemikiran dan kontribusinya mengurusi pertanian di daerah tersebut.
Tak hanya di Dapil II, Nasaruddin juga cukup kontributif dan populer juga di Dapil I Aceh. Nasaruddin pernah bertugas di Aceh Barat dan Aceh Tenggara. Termasuk, di dunia akademis, ikut mendirikan Akademi Pertanian Meulaboh dan jadi direktur saat saat itu, yang sekarang dikenal dengan Universitas Tengku Umar (UTU). Lebih luas lagi, Nasaruddin bukanlah sosok yang asing di mata masyarakat Aceh. Beliau cukup dikenal luas di seluruh Aceh. Karena keilmuan, kepakaran, pengalaman, dan kontribusinya terhadap dunia pertanian Aceh, Nasaruddin pernah mengetuai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani) Aceh (2011-2016).
Juga, mengetuai Ikatan Alumni Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (USK) (2014-2019). Di samping itu, juga sebagai Wakil Koordinator Forum Koordinasi Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Aceh (2014-2019). Di tingkat nasional, saat menjabat Bupati Aceh Tengah, Nasaruddin juga masuk sebagai pengurus APKASI (Asosiasi Pemeritahan Kabupaten Seluruh Indonesia), 2013-2018.
Dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) Aceh 2017 yang lalu, Nasaruddin juga ikut maju sebagai calon wakil gubernur Aceh, mendampingi dr. Zaini Abdullah. Pemilihan legislatif 2019 lalu, Nasaruddin sempat maju ke Senayan melalui Partai Gerindra. Dari sisi popularitas, Nasaruddin sudah sangat populer di Aceh. Beliau merupakan tokoh Aceh dari wilayah tengah Aceh, khususnya dari Dataran Tinggi Gayo yang berbentang mulai dari Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang. Selain itu, Nasaruddin juga orang Gayo yang diterima baik di kalangan masyarakat pesisir Aceh. Hal itu bisa dilihat dari pelbagai amanah yang diembannya, bahkan sempat maju “dilamar” sebagai sebagai calon wakil gubernur Aceh. Tentu, jarang-jarang orang Gayo yang berani tampil seperti Nasaruddin, kalau tidak karena faktor akseptabilitas yang kuat di pesisir Aceh.
Yang lebih penting lagi, Nasaruddin punya elektabilitas yang tinggi ke Senayan. Boleh dibilang, khusus Aceh Tengah dan Bener Meriah, Nasaruddin-lah tokoh yang pas untuk maju ke Senayan, dengan semua kualitas, kemampuan, ilmu, pengalaman, track record, network, dan kontribusi yang dimiliki Nasaruddin. Termasuk, mewakili daerah Gayo lainnya, Aceh Timur dan Aceh Tamiang. Dengan demikian, Nasaruddin bisa menguatkan Aceh ke Pusat. Sebaliknya, mendorong peluang-peluang yang ada di Pusat ke Aceh, khususnya ke Dapil II Aceh. Alhasil, Aceh tidak sebatas berharap kue yang ada “DAK, DAU, dan Otsus.” Sebaliknya, bisa dicari sumber-sumber pembiayaan melalui pelbagai mekanisme di luar “DAK, DAU, dan Otsus” untuk pembangunan Aceh yang berkesetaraan, berkeadilan berkewilayahan “berbasis Kawasan” (pesisir, pegunungan, dan kepulauan), berkemajuan, dan berkelanjutan.
Amal Tidur Nipi Jege
Lagi-lagi, PPP sudah menjatuhkan pilihan ke kepada orang yang tepat (tidak salah pilih). Melalui Nasaruddin, diharapkan suara PPP ikut terdongkrak naik, baik di Aceh maupun secara nasional. Kemudian, bisa mengamankan suara PPP dari ambang batas parlemen ( parliamentary threshold) sebesar 4% seperti yang diamanahkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun Tahun 2017. Tinggal lagi, Nasaruddin perlu cepat beramal tidur nipi jege dan beristikharah (memohon petunjuk kepada Allah SWT yang merupakan sebaik-baik perencana, pemberi petunjuk, dan pembuat keputusan). Mumpung, masih ada waktu, sebelum 2024. Selamat beramal tidur nipi jege dan beristikharah, Pak Nas.
*Staf Ahli/Asisten Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Provinsi Aceh di Gedung Parlemen Senayan (2009-2013)/Anggota Tim Pengembangan Kawasan Gayo-Alas (Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Gayo Lues, dan Bener Meriah) Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI (2018-2024).
Comments are closed.