Khittah Guru Bangsa dalam Pendidikan Moral dan Etika

Rahma Hidayah/Ist

Oleh : Rahma Hidayah*

Pendidikan sekarang ini telah menjadi kebutuhan dasar setiap manusia. Dalam pendidikan terdapat dua kelompok penting yaitu antara pendidik (guru) dan yang dididik (murid). Peran seorang guru sangat dibutuhkan. Guru merupakan seorang pengajar yang mengabdikan dirinya dalam membantu memajukan bangsa. Seorang guru idealnya memiliki karakter dan identitas yang melekat. Hadirnya guru untuk pemantik potensi-potensi cemerlang yang mampu memberikan pencerahan kepada anak didiknya melalui sebuah pendidikan, seperti semboyan Ki Hadjar Dewantara yang berbunyi ‘ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa tut wuri handayani.’ Artinya ‘di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan.

Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pada profesi yang berorientasi pada kewajiban kerja dalam hal mengajar. Padahal lebih dari itu, guru menjadi sosok yang posisi dan kedudukannya harus dihormati bukan karena profesinya, melainkan karena jasa besar serta perjuangannya. Guru harus mampu mengemban amanah dan tanggung jawab untuk membawa bangsa ini menjadi lebih baik. Dibarengi dengan itu, yang dididik juga harus siap dan kompeten dalam menghadapi tantangan di pendidikan. Menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah dilakukan, perlu sebuah keuletan serta kesabaran yang luar biasa.

Profesi guru merupakan profesi yang mempunyai peranan penting dalam menghasilkan generasi penerus yang berkualitas. Guru mempunyai peranan strategis dalam upaya peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi pembelajaran. Oleh karena itu profesionalisme seorang guru menjadi kebutuhan yang tidak dielakan. Sebagai seorang guru atau pendidik tentunya harus membekali diri dengan niat yang tulus dan ikhlas.
Tugas guru bukan hanya sebagai pengajar yang memberikan materi kepada anak didiknya, namun juga harus berperan serta dalam membimbing anak didiknya agar memiliki moral dan etika yang baik. Jika guru hanya mengedepankan anak didiknya agar paham materi saja maka tidak akan menjamin setiap anak didik mempunyai kepribadian yang baik. Secara hakikat itu semua bertujuan untuk memperkuat jati diri mereka agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang menyesatkan.

Beberapa waktu lalu, viral sebuah unggahan video pendek di media sosial yang menunjukkan remaja sekolah berperilaku buruk terhadap seorang nenek. Sontak saja hal tersebut menarik perhatian netizen untuk berkomentar. Tidak heran, banyak yang menilai atas kejadian tersebut bahwa pelajar ini tidak mencerminkan seseorang yang berpendidikan. Pada akhirnya, citra pelajar menjadi kurang baik dimata masyarakat.

Dunia pendidikan seolah tidak pernah lepas dari aksi dan isu yang mencengangkan, itulah yang menjadi keprihatinan kita bersama. Pintar saja tidak cukup jika tidak dibarengi akhlak atau pribadi yang berkarakter baik. Walaupun ilmu berguna, tapi budi luhur lebih utama.Karena itu, pentingnya diterapkan pendidikan moral dan etika. Moral adalah suatu hal yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab, sedangkan etika mencangkup penerapan konsep seperti baik dan buruk, salah dan benar, serta terkait tanggung jawab. Idealnya, dalam pendidikan moral dan etika harus tertanam sikap menghargai, menghormati, disiplin, taat agama, dan sopan santun. Pendidikan moral itu tidak memandang usia, semua kalangan harus menekankan akan pentingnya etika dan moral.

Kian kedepan, tantangan dalam pendidikan kian berat. Para guru menjadi tumpuan anak-anak bangsa dalam meraih kesuksesan di masa depan. Khittah (perjuangan) seorang guru bangsa melekat erat dengan nuansa suri tauladan bagi setiap anak didiknya bahkan masyarakat. Guru mendidik anak didiknya agar tumbuh menjadi generasi bangsa yang berkarakter hebat tanpa meninggalkan pendidikan moral dan etika yang telah diajarkan.

* Penulis merupakan Mahasiswi Jurnalistik Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Gus Dur

Comments are closed.