Safutra Rantona*
Dekat dimata, jauh dihati, begitulah perumpamaan yang tepat untuk satu kawasan diujung timur Danau Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah, Kecamatan Bintang.
Daerah yang dikelilingi ruas jalan kiri kanan alias jalan lingkar itu adalah sebuah kecamatan yang terkenal dengan pantainya seperti Pante Menye, Pante Gemasih, dan lain-lain. Dari kota Takengon ke kecamatan itu sekitar 18 kilometer jika ditarik garis lurus barat menuju timur dari tepi danau Lut Tawar.
Daerah itu adalah Kecamatan Bintang. Kecamatan yang ke-2 di Aceh Tengah dengan 23 kampung yang tempat tinggal warganya dengan keadaan sudut menyudut. Bisa dikatakan kecamatan itu adalah tertua dari kecamatan-kecamatan lain yang ada di Kabupaten Aceh Tengah. Tetapi didalam masyarakat Bintang masih banyak keluhan-keluhan terkait perhatian pemerintah. Terjadi stagnasi atau jalan ditempat dari tahun ke tahun. Pembangunan infrastruktur, jalan, peternakan, jaringan komunikasi (handphone), gedung pertanian,fasilitas pariwisata, dan lain-lain terkesan tidak ada perubahan kea rah yang lebih baik.
Sebagai prioritas infrastruktur utama yaitu jalan yang merupakan sarana penting dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat Bintang. Karena hampir 90 persen masyarakat Bintang pekerjaannya adalah petani.
Misalnya jalan Bintang – Serule, harus ditempuh berjam-jam, sementara dilihat dari jaraknya yang hanya puluhan kilometer harusnya bisa ditempuh dengan kenderaan kurang dari 2 jam saja.
Dari sector pertanian, masyarakat Bintang bisa menyekolahkan anak-anaknya. Kita melihat secara fakta, bahwa banyak putra-putri Bintang yang putus sekolahnya. Lebih-lebih dari desa yang jauh seperti Serule.
Komunikasi modern sekarang yaitu handphonepun tidak bisa digunakan didesa Serule. Padahal begitu pentingnya komunikasi modern itu saat ini, apa lagi semua aspek kehidupan di zaman sekarang harus menggunakan handphone. Sebagai contoh, menghubungi pengusaha kopi untuk dijual.
Di Bintang ada gedung peternakan berupa Pos Kesehatan Hewan, tetapi belum pernah digunakan. Hanya semata-mata sebagai bahan pamer pemerintah setempat terhadap masyarakat Bintang. Kalau dari lihat fungsi gedung tersebut, sesungguhnya sangat dibutuhkan masyarakat Bintang karena hampir setiap masyarakat memiliki hewan ternak seperti kerbau, lembu, kambing dan lain-lain. Kebiasaan masyarakat Bintang selama ini, jika hewan ternak tersebut sakit mereka mengobatinya dengan cara kampung. Konon kabarnya Dokter Hewan dan petugas medis kesehatan hewan cukup banyak direkrut oleh Pemkab Aceh Tengah. Apakah mereka hanya urus lokasi 400 hektar saja yang ada di Ketapang Kecamatan Linge ?.
Sekarang masyarakat Bintang butuh perhatian dari Pemkab Aceh Tengah guna meningkatkan perekonomian dan sumber daya manusianya.
Baru-baru ini mahasiswa asal kawasan ini mengetuk hati pemerintah. Mahasiswa Bintang beranggapan bahwa pemerintah mulai mempermainkan mereka. Dan pemerintah hanya berjanji yang lebih kepada bualan semata kepada masyarakat Bintang.
Katakanlah janji memajukan pariwisata, bisa kita saksikan bagaimana pengelolaan Pante Menye yang notabene kawasan teramai dikunjungi wisatawan ke Aceh Tengah. Semoga dengan tulisan ini dapat menjernihkan kacamata pemerintah, ada warganya nun jauh di Bintang. Jika diselimuti awan disiang hari, silahkan lihat kelap-kelip lampu rumahnya di malam hari.
* Mahasiswa Ilmu Komunikasi/Fakultas FISIP/Universitas Syiah Kuala Banda Aceh