Tenggulun

Tenggulun matang | Foto M Zhahri
Tenggulun (Gayo-red), nama salah satu buah-buahan yang tumbuh di Tanoh Gayo yang kini dirasakan sudah mulai tidak dikenali lagi oleh generasi Gayo sekarang. Bagaimana bentuk rupanya, diyakini sangat tidak akrab dengan mata. Bahkan namanya pun mungkin sudah asing bagi indera pendengar kita.
Apa nama umum dalam bahasa Indonesia dan istilah ilmiah bagi Tenggulun juga masih gelap juga belum diketahui, musim berbuah dan pada bulan apa, juga belum ada angka mengenai hasil panen dari tenggulun ini.

Bagi Urang Gayo, Tenggulun adalah sejenis  pohon dengan buah mirip buah Anggur. Biasa hidup di sejumlah tempat dataran tinggi Gayo, namun kini mulai langka, diduga salah satu penyebabnua karena perubahan cuaca.

Mungkin di tempat lain Tenggulun juga ada, namun mempunyai nama yang berbeda. Bagi Urang Gayo, buah ini dikenali berbentuk bulat dengan diameter sekitar 2 cm. Buah berwarna hijau muda atau merah jambu sampai merah tua, buah Tenggulun memiliki daging berwarna keputih-putihan. Rasanya manis bercampur kelat dan asam.

Tenggulun sudah sangat jarang kita jumpai sekarang ini, mungkin dibeberapa daerah masih ada tapi dalam jumlah yang tidak sebanyak dulu.

Salah seorang petani Gayo, Zahri Erwin, asal dari kampung Lampahan Kabupaten Bener Meriah yang berkebun di Kelitu Kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah, beberapa hari lalu mengatakan dikebunnya ada sebatang pohon Tenggulun yang masih hidup dengan sendirinya.

“Pohon ini pernah layu dan kami mengira pohon Tenggulun ini tidak hidup lagi. Namun entah mengapa, hari ke hari mulai tumbuh kembali dan berbuah,” kata Zahri Erwin dilokasi tumbuhnya Tenggulun tersebut.

Menurutnya, Tenggulun tersebut sudah berumur 4 (empat) tahun dan ketinggian batang 5 m kini sudah berbuah bila berbuah sangat banyak sekali “Mungkin dalam sebulan ini sudah bisa dinikmati buahnya saat sudah merah,” katanya lagi.

Cara mengkonsumsinya pun terbilang unik, karena harus dipijit-pijit terlebih dahulu hingga terasa agak lunak kemudian baru dimakan. Tanpa dipijit dan langsung dimakan maka rasanya kelat dan asam. Untuk pembibitan, menurut Zahri sangat sulit. Dia tidak tau mengapa. Memang, dia belum pernah mencoba membibitkannya dengan cara menyemai biji atau dengan cara stek. Namun dia kerap mencari-cari kemungkinan ada Tenggulun kecil dibawah yang tumbuh sekarang, tetapi hasilnya nihil.

Sementara menurut pengakuan salah seorang warga Kenawat Redelong Kabupaten Bener Meriah, M Djamil Aman Ismawati, dirinya terakhir kali menikmati buah Tenggulun sekitar tahun 2005 lalu. Setelah itu tidak pernah lagi.

Tenggulun (Foto M Zhahri)

Ketinggian batang Tenggulun bisa mencapai 15-20 meter dan pada batangnya terdapat banyak duri dengan panjang mencapai 9 cm. Daun Tenggulun  berbentuk bundar dengan panjang antara 10-17 cm juga lebarnya 4-8 cm. Permukaan daun berwarna hijau tua yang terang, pada saat masih kecil daun pohon Tenggulun tersebut biasanya berwarna merah kecoklatan.

Buah dan daun Tenggulun secara tradisional digunakan untuk obat sakit perut karena rasanya kelat dan daunnya pun sering dipakai untuk mengobati kelopak mata yang bengkak. Daunnya diperas terlebih dahulu agar mengeluarkan air.

Nah, ada yang tau lebih banyak tentang Tenggulun ?, mari saling berbagi informasi. (M Zhahri/03)

——–

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.