Takengon | Lintas Gayo – Gayo Membaca, sebuah komunitas di Takengon yang berupaya melakukan pencerdasan dengan mengumpulkan buku serta mengajak masyarakat untuk gemar membaca, melakukan gebrakan pertamanya dengan menggelar diskusi.
Diskusi dilangsungkan di Wapres Kopi, Jalan Mahkamah yang juga sebagai kantor situs berita Lintas Gayo, Senin (19/12) . Menurut Imelda, pelaksana kegiatan ini, sejak dibentuk dua bulan lalu, diskusi dan sharing yang dilakukan dengan nara sumber Win Ruhdi Bathin, merupakan kegiatan pertama komunitas ini.
Dikatakan Imelda, dalam pengantar diskusi ini Win begitu Gayo disapa, hanya memaparkan secara garis besar bagaimana cara menulis. “Bila ingin menulis, maka komitmenlah untuk menulis, karena saya pikir percuma kalian belajar teori banyak-banyak tapi tidak pernah kalian praktekan. Saya tidak akan memaparkan banyak teori, tapi saya minta kalian mempraktekkan apa yang sudah kalian dapatkan.”ungkap Win dihadapan peserta diskusi yang didominasi peserta putri.
Lebih lanjut Win memaparkan. “Untuk bisa menulis kalian harus memahami 5 W 1 H terutama jika kalian ingin menulis berita, mulailah dari 5 W 1 H, apa ?, siapa ?, bagaimana ?, dimana ?, kenapa ?, atau carilah bahan bahan tulisan yang menurut kalian bisa ditulis, banyak membaca, banyak bertanya kepada orang yang lebih mengerti”, tegas Win.
Menanggapi berbagai pertanyaan peserta diskusi tentang kiat menulis dan segala macam, persoalan yang membuat tulisan kerap tidak pernah jadi, Win menjelaskan, “tuliskan apa yang ingin anda tuliskan. Berhentilah mengkhayal, mari menulis. Keraslah terhadap diri, jangan terlalu menyayangi diri. Karena bila terlalu menyayangi diri, maka dunia akan keras kepada kita ”, ungkap lelaki yang mengaku dirinya sebagai pelayan ini penuh semangat.
Setelah memberikan sedikit pengantar, Win yang pernah bekerja sebagai wartawan dan kontributor di berbagai harian dan Lembaga Kantor Berita di Aceh itu mengajak peserta berdiskusi.
Diskusi berlangsung hidup karena hampir semua peserta melontarkan berbagai persoalan tentang sulitnya memulai sebuah tulisan atau alasan lain kenapa mood menulis hilang dan muncul ide tulisan yang baru sementara tulisan sebelumnya belum kelar.
Menjawab hal ini, Win mengemukakan bahwa untuk keperluan berita, semua tulisan harus mendasar pada 5W +H. “Harus dipahami dulu rumus tersebut. Jika semua unsur itu sudah terpenuhi, maka layak disebut berita”, ucap Win yang mengalungi kain sarungnya menahan dingin Takengon.
Lebihlanjut Win seringkali keinginan menulis tidak disertai dengan keinginan yang kuat menjadi penulis. Hal ini, tambah Win dibuktikan, teori-teori yang sudah dipahami tidak dipraktekkan dengan kesungguhan.
“Jika keinginan tidak disertai usaha yang keras dan disiplin, anda semua bermimpi menjadi penulis. Padahal begitu banyak peluang di masa depan bagi mereka yang mahir menulis. Seperti menjadi wartawan atau penulis lainnya”, tegas Win.
Win menantang semua peserta yang benar-benar ingin mahir menulis dengan mengirimkan contoh tulisan mereka melalui pesan di situs jejaring sosial atau lewat surat elektronik.
“Berhentilah berteori, ayo kita praktek. Gunakan potensi dengan usaha yang keras dan sungguh-sungguh. Bila tidak, anda semua terlalu memanjakan dan menyanyangi diri anda sendiri. Sampai kapanpun anda tidak akan pernah berubah”, pungkas Win (Safanah/02)