*Catatan Perjalanan ISPO SMAN 1 Takengon Part IV
SETELAH pulang menghadiri jamuan makan malam di gedung DPR -RI semua peserta dan guru kembali ke penginapan, tak terasa proses penilaian ISPO telah berakhir dan esok hari tinggal menunggu hasil dari apa yang diperoleh oleh siswa-siswa terbaik Indonesia itu.
Semua peserta sibuk membahasa hasil presentasinya kepada teman barunya dari daerah lain, ada yang merasa sudah optimal dan ada juga yang masih merasa kurang.
Memanfaatkan waktu yang tinggal sehari bersama dengan yang lainnya, aku pun berkesempatan untuk cerita panjang lebar dengan teman sekamar bernama Pak Yudi (54). Pak Yudi adalah seorang guru mata pelajaran sejarah di SMAN 1 Slawi Kabupaten Tegal – Jawa Tengah, terlihat dari umur pak Yudi merupakan seorang guru senior sebaya dengan Ayah (Gayo : Ama) ku, dirinya sangat tertarik sekali membaca sejarah Aceh dan baru pertama sekali mendengar ada suku minoritas di Aceh bernama “Gayo”.
Ini kesempatan ku untuk mengenalkan Gayo kepadanya, pertama ku hadiahkan kepadanya sebungkus bubuk kopi sebagai cenderamata dari anak Gayo, ku ceritakan sedikit tentang kopi Gayo yang kini telah mendunia, dan dia pun tak sabaran ingin menikmati kopi yang ku berikan, dan rekanku Sona membuatkan 3 cangkir kopi untuk disungguhkan kepada kami bertiga agar cerita lebih asyik sambil minum kopi.
Pak Yudi terus saja penasaran tentang bagaimana daerah Gayo, dia mengatakan dirinya kenal betul bagaimana logat orang Aceh dalam berbahasa, dan memperhatikan logat kami berbicara dirinya tak percaya bahwa ada banyak suku di Aceh.
Untuk lebih mempromosikan Gayo kepada Pak Yudi, aku pun teringat membawa 15 buku “Gayo Merangkai Identitas” yang akan diserahkan kepada Forum Lintas Gayo (For LG) Jakarta, buku tersebut merupakan hasil kajian ilmiah terkait ekskavasi di Loyang Mendale dan Ceruk Ujung Karang beberapa waktu lalu, kemudian buku tersebut dipercayakan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Tengah kepada Lintas Gayo untuk didistribusikan.
Tak berpikir panjang, langsung ku ambilkan satu buah buku itu untuk kuberikan kepadanya sebagai hadiah dari Gayo, agar dirinya dapat lebih mengenal Gayo dan identitasnya. Sebagai guru Sejarah, dirinya sangat senang akan hadiah buku itu.
“Terima kasih pak, semoga buku ini dapat menambah pengatahuan saja mengenai sejarah suku-suku di Indonesia, terlebih buku ini merupakan hasil penelitian yang ilmiah”, kata pak Yudi dan ku mempersilahkan untuk menandatangani tanda serah terima sebagai laporan ku kepada Lintas Gayo.
Banyak pengalaman yang ku dapat dari sosok pak Yudi, sebagai guru senior dan banyak pengalaman dalam mendidik siswa, aku pun dapat belajar banyak darinya, terima kasih pak Yudi, semoga Allah dapat mempertemukan kita lagi dilain waktu.
Tak terasa hari sudah semakin larut, kami pun menghentikan pembicaraan dan segera untuk beristirahat, esok hari kami harus mengikuti serangkaian kegiatan penutupan dan pengumuman pemenang. (Darmawan Masri)