Pak Nugroho, bukan Jawa apalagi Gayo, Ternyata…..

 

NUGROHO, atau lengkapnya “Pak Nugroho” tak asing lagi bagi masyarakat Gayo dimanapun berada. Seorang sosok antagonis yang yang selalu berselisih dengan lawan mainnya Aman Zul dalam karya film komedi Gayo Compact Disk (CD) yang disutradarai oleh Gumara ‘Sikekoan”. Sudah 10 seri dilakoninya sejak beberapa tahun belakang ini.

Pria 43 tahun bernama asli Bachtiar P Tarigan ini, memiliki catatan menarik dalam fim lawak Gayo yang dibintanginya, saat di temui Lintas Gayo dikediaman Pak Nugroho dikawasan Gunung Tunyang Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah, Minggu (03/06), membeberkan suka dukanya saat memerankan tokoh “Sok Bap” (sok kuat:Gay0-red) itu.

Menurutnya, penamaan Pak Nugroho dalam perannya dibuat saat duduk-duduk dibawah pohon jambu dibelakang rumahnya bersama aman Zul, dan Zakaria (Badro : nama perannya dalam film itu).

“Nama Pak Nugroho dibuat tanpa skenario, Nugroho merupakan nama yang tak asing ditelinga masyarakat, sehingga menjadi marketable dalam penjualan film tersebut”, kata Pak Nugroho.

Hingga kini, akunya lagi, masyarakat sekitarnya lebih mengenalnya dengan panggilan Pak Nugroho ketimbang nama aslinya.

Ayah 4 orang anak ini, ternyata bukan asli berdarah Gayo, melainkan campuran Jawa dan Karo. “Ayah saya berasal dari Tanah Karo sedangkan ibu saya bersuku Jawa, akan tetapi saya merasa sudah menjadi urang Gayo tulen, karena saya besar dan tinggal di daerah Gayo”, kata suami dari Nur Caya, yang juga menjadi salah satu ceh didong di grup Arita Mude.

Diketahui, penjualan film lawak yang dibintanginya dengan sejumlah tokoh lainnya dalam film tersebut terbilang paling dicari dikalangan masyarakat Gayo saat ini.

“Kami tahu film kami selalu ditunggu oleh penggemar kami, hingga kasetnya belum dibungkus pun sudah ada orang yang memintanya”, terang Pak Nugroho

Pak Nugroho mengaku, dirinya mendapat bayaran 6 juta Rupiah perserinya. Meskipun bayarannya tergolong mahal dari tokoh-tokoh lainnya dalam film tersebut, tak menjadikan Pak Nugroho hanya bekerja sebagai aktor, Pak Nugroho mengaku gajinya bermain film lawak tak cukup menghidupi istri dan ke-4 anaknya, oleh karenanya, Pak Nugroho pun mencari tambahan dari berkebun dan berdagang kecil-kecilan.

“Menjadi artis di Gayo tidak sebanding dengan artis yang main film di TV”, kata Pak Nugroho yang selalu berperawakan seram namun humoris dalam setiap kata-kata yang dikeluarkannya ini.

Untuk itu, Pak Nugroho mengharapkan, di Gayo semakin banyak produser-produser yang ingin membuat film. Semakin banyak produser dia mengharapkan jasa actingnya di depan kamera yang spontan tanpa skenario tersebut dapat memakai jasanya sebagai pemain film yang dibuat sutradara lain, asal dirinya tidak sedang terikat kontrak dalam pembuatan seri berikutnya dalam manajemen yang dikelola oleh Gumara.

“Saat ini yang saya ketahui hanya Gumara saja yang menjadi produser di daerah kita, dan kini telah 10 seri film lawak kami beredar dipasaran, saya berharap akan lahir produser-produser baru di Gayo, sehingga bisnis ini menjadikan salah satu alternatif pekerjaan baru di tengah masyarakat dengan berpenghasilan cukup”, ungkap pak Nugroho. (Darmawan Masri/red.03)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.