“Kiamat” Cak Anas

Oleh:Muhamad Hamka

POSISI Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum semakin terancam. Sebelumnya Anas digoyang oleh nyanyian Muhammad Nazarudin, mantan bendahara umum partai Demokrat yang sudah menjadi terdakwa kasus Wisma Atlet, menuding Anas Urbaningrum terlibat dalam kasus Wisma Atlet. Alhasil, tudingan Nazarudin ini tak hanya menggoyang kursi ketua umum Demokrat, tapi juga berimbas pada popularitas Demokrat yang kian anjlok.

Kali ini Anas di serang secara halus oleh oleh ketua dewan pembina Demokrat, SBY. Pertemuan Susilo Bambang Yudoyono (SBY) dengan para ketua DPD Demokrat di Cikeas Selasa malam (12/6/12) dengan tak melibatkan Anas Urbaningrum, menandakan sinyal bahwa SBY yang notabene deklarator partai Demokrat sedang memberikan pesan pada Anas untuk mundur dari ketua Demokrat.

Bagaimanapun Anas Urbaningrum adalah ketua umum partai. Sehingga apapun kegiatan yang dilakukan oleh ketua DPD, secara struktural Anas harus tahu dan terlibat. Namun hal ini tak terjadi, dimana Anas tidak dilibatkan. Sehingga besar kemungkinan pertemuan ini sebagai upaya SBY mempengaruhi para ketua DPD untuk mendongkel Anas dari kursi ketua umum.

Hal ini semakin diperjelas oleh pernyataan SBY pada pertemuan berikutnya di Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator (FKPD) partai Demokrat Rabu malam (13/6/12). Di pertemuan yang juga tanpa kehadiran Anas ini, SBY memberikan isyarat bahwa “kader yang merasa tak bersih (terlibat kasus korupsi) harus mundur dan tinggalkan partai Demokrat.” Pernyataan SBY bisa dimaknai sebagai isyarat bagi Anas untuk legowo mundur dari ketua umum.

SBY mungkin gerah dengan prahara yang menimpa partai Demokrat. Boleh jadi menurut SBY yang paling bertanggung-jawab dengan prahara ini adalah Anas. Karena kisruh dan prahara yang melilit Demokrat bermula dari kasus mantan bendahara umum, Muhammad Nazarudin yang terlibat skandal korupsi Wisma Atlet dan menuding Anas terlibat dalam skandal tersebut. Dan celakanya prahara yang menimpa Demokrat akibat skandal korupsi beberapa orang kadernya ini, berimplikasi pada popularitas Demokrat yang kian menurun.

Anas Melawan

Kalau di selusuri kronologisnya, upaya pendongkelan pria yang akrab disapa Cak Anas ini dari kursi ketua umum sebetulnya sudah berlangsung pasca kongres di Bandung 2010 silam. Hal ini bermula dari sikap “melawan” Anas Urbaningrum terhadap kubu Cikeas. Karena Cikeas sudah memberikan titah mendukung Andi Malarangeng sebagai ketua umum dan meminta Anas tidak maju. Namun mantan ketua umum PB HMI periode 1997-1999 ini tak mematuhi titah SBY tersebut, karena menurut Anas ia didukung mayoritas akar rumput (para ketua DPC). Sehingga ia tak berani mengkhianati aspirasi dari DPC-DPC tersebut.

Sikap melawan Anas ini ternyata ampuh, karena ia berhasil menduduki kursi ketua umum Demokrat dengan mengalahkan dua lawan tangguh yang notabene memiliki “gizi” politik yang lebih besar dari Anas. Dimana Andi Alfian Malaranggeng merupakan Menteri Pemuda dan Olahraga dan juga didukung oleh Cikeas dan elite Demokrat, serta Marzuki Ali yang notabene Ketua DPR dan mantan Sekjen Demokrat dengan jaringan yang kuat di DPD partai Demokrat. Sementara Anas hanya ketua Fraksi. Dari sinilah sebetulnya awal mula kubu Cikeas (SBY) sakit hati dengan Anas.

Hal ini semakin diperparah dengan sikap kedua kandidat yang kalah.  Ini bisa dilihat dari  manuver politik Andi Alfian Malarangeng dan Marzuki Alie yang menghembus (membangun) friksi atau faksionalisme ditubuh partai. Sehingga berdampak pada kondisi internal Demokrat yang rapuh. Hal ini bisa dibaca dari buntunya pola komunikasi internal partai Demokrat. Dimana setiap ada persoalan, tak pernah diselesaikan dengan jalan dialog lewat pertemuan pihak-pihak terkait, tapi malah menggunakan instrument media untuk membuat pernyataan-pernyataan resmi, sehingga semakin memperlebar ruang konflik.

Ketidak-hadiran Anas dalam dua kali pertemuan SBY dengan para ketua DPD Demokrat dan pertemuan dengan dewan pendiri dan deklarator, merupakan penanda dari tidak efiktifnya komunikasi politik internal Demokrat. Atau boleh jadi hal ini merupakan bagian dari desaian politik untuk mempermudah pendongkelan Anas dari posisi ketua umum.

Tidak Risau

Namun Anas sepertinya tidak begitu risau dengan manuver politik SBY dan kelompok yang mau mendongkel posisinya dari ketua umum. Seperti yang terlihat sewaktu konperensi pers yang disiarkan secara live (langsung) oleh Metro TV Jumat siang (15/6/12). Dimana dari intonasi dan bahasa tubuh Cak Anas, memperlihatkan bahwa ia tak gentar dengan berbagai maneuver yang berupaya mendongkel dirinya dari posisi ketua umum.

Anas boleh saja tidak risau dengan pelbagai upaya dan manuver yang mau mendongkel dirinya dari kursi ketua umum. Namun melihat gencarnya serangan terhadap Anas dari berbagai penjuru mata angin, apalagi SBY selaku figur sentral Demokrat sudah memberikan isyarat bagi Anas untuk lengser dari jabatan ketua umum, maka tak berlebihan kalau dikatakan “kiamat” kian menghampiri Anas Urbaningrum.(for_h4mk4@yahoo.co.id)

* Analis Sosial/berdomisili di Takengon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.