Sudah Saatnya Gayo Lues Memiliki Museum Tari Saman

Banda Aceh | Lintas Gayo –  Seiring dengan disahkannya Tari Saman yang merupakan salah satu tarian tradisional milik Kab.Gayo Lues Provinsi Aceh sebagai tarian warisan Dunia non benda pada bulan November 2011 lalu, tari yang kerap dijuluki tari tangan seribu itu pun menjadi perhatian Dunia. Sebab, tari tersebut dianggap mempunyai banyak keunikan sehingga kerap diminati oleh masyarakat dibeberapa belahan dunia yang ingin ikut serta untuk dapat menarikannya.

Pun begitu, tidak jarang juga tari yang merupakan kebanggaan masyarakat Gayo Lues sekaligus Aceh tersebut kerap salah ditafsirkan oleh sebagian seniman-seniman Aceh dan luar sehingga hal-hal yang dianggap sumang (dilarang, Gayo-red) dalam lingkungan masyarakat Gayo Lues sering terjadi.

Menanggapi hal tersebut, Supri Ariu salah satu pengurus sekaligus Ketua Umum Sanggar Budaya Seribu Bukit yang berdomisili di Banda Aceh mengaku sering menemui kesalahan-kesalahan yang dilakukan baik pengamat seni ataupun pelaku tari dalam menyajikan tari saman.

Supri yang juga merupakan Mahasiswa FKIP Geografi Unsyiah tersebut mengungkapkan bahwa masyarakat Aceh harus sigap dalam memperbaiki kesalahan-kesalahan orang yang kerap terjadi dalam memahami seni-seni di Aceh khususnya tari saman.

“Seni dan budaya merupakan salah satu kekuatan Aceh untuk dapat dikenal oleh Dunia, maka dari itu seni dan budaya yang menjadi kekayaan Aceh ini harus dijaga sejarahnya, jangan sampai kelak anak cucu yang menjadi penerus di Aceh buta dengan sejarah seni dan budayanya sendiri,”tutur Supri kepada Lintas Gayo Senin (31/12/2012) sore.

Lanjutnya, Supri berharap Pemerintah daerah Seribu Bukit julukan Gayo Lues itu agar kiranya dapat membangun gedung Museum Saman guna sebagai wadah dalam memperkenalkan unsur-unsur tari saman baik sejarahnya, tokohnya, pakaian, pernak-pernik dan modul sebagai pembelajaran masyarakat dalam menarikan tari saman. Sehingga dengan begitu kesalahan-kesalahan dalam memahami apa itu tari saman yang selama ini kerap terjadi dapat dicegah.

Menurut Supri, sekarang Museum Saman sudah waktunya dibangun di Gayo Lues. Selain dapat diberdayakan menjadi objek wisata untuk menghasilkan Pendapatan Hasil Daerah (PAD) bagi Pemerintah Gayo Lues, juga dapat menjadi objek wisata yang mendidik baik untuk masyarakat daerah maupun luar.

“Faktanya, saat ini anak-anak Gayo Lues sendiri banyak yang tidak paham dalam menjelaskan tari saman, jadi bagaimana orang luar dapat mengerti saman jika kita sendiri sebagai masyarakat daerah asal tari saman itu sendiri masih kurang paham dalam menjelaskan apa itu tari saman,” ujar Supri.

Supri mengaku, beberapa hari lalu dirinya pernah mendapat kabar dari salah satu Tokoh Masyarakat di Gayo Lues bahwa dalam tahun 2013 ini Pemkab setempat berencana akan membangun Gedung Olah Seni (GOS) di Gayo Lues untuk masyarakatnya dalam menggelar berbagai kegiatan salah satunya kegiatan seni.

”Semoga Pemerintah juga setuju dengan pendapat saya untuk secepatnya membangun museum saman,”harap Supri.(SP/red.04)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.