PERTAMA kali dalam sejarah perjuangan rakyat Gayo telah dideklarasikan sebuah organisasi yang bertujuan untuk memajukan pendidikan, mempromosikan adat-istiadat/budaya Gayo dan mengangkat harkat, martabat dan derajat rakyat Gayo ke tingkat internasional. Jika selama ini banyak organisasi kemahasiswaan, kepemudaaa, dan sosial kemasyarakatan yang hanya ”bermain” pada tingkat lokal (kabupaten/kota), regional (propinsi) dan nasional maka dengan kehadiran World Gayonese Association (Persatuan Masyarakat Gayo Dunia) semakin melengkapi kehadiran rakyat Gayo di semua lini dan tingkatan sosial kemasyarakatanya khusus ditataran internasional. Kehadiran WGA merupakan tonggak sejarah baru bagi bangkitnya semangat kebersamaan, persatuan, rasa senasib dan seperjuangan dalam rangka mempertahankan identitas ke-Gayo-an sebagai sebuah identitas mulia warisan para muyang datu.
Jika para pendahulu-pendahulu Gayo terdahulu ”hanya” dapat menancapkan bendera Gayo di Buntul Linge maka para generasi mudanya yang ada hari ini telah sampai ke suatu tempat yang melewati batas-batas wilayah suatu negara yaitu berhasil menancapkan bendera Gayo di tanah yang jauhnya ribuan kilometer dari Buntul Linge. Dengan adanya kehadiran WGA diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran yang konstruktif bagi pembangunan sumber daya manusia di Tanoh Gayo. WGA didirikan oleh sekitar lebih kurang 7 orang mahasiswa/mahasiswi asal Gayo yang sedang menimba ilmu di berbagai jurusan dan fakultas yang ada di Universiti Utara Malaysia (UUM). Diantaranya yaitu Sabela Gayo yang sedang mengambil program Ph.D. jurusan Planning and Development, Syahlan Syuhada Lingga yang sedang mengambil program Ph.D. jurusan Planning and Development, Ida Sosiawani yang sedang mengambil program Ph.D jurusan Planning and Development, Qadarsih yang sedang mengambil program Master jurusan Planning and Development, dan Windi Alyonner yang sedang mengambil program Master jurusan Planning and Development.
WGA sampai hari ini telah memiliki sejumlah perwakilan di beberapa negara dunia seperti India, Jerman, Mesir, Australia, Singapura, Brunei Darussalam, Republik Rakyat China, Saudi Arabia, Amerika Serikat, dan Belanda. Karena di negara-negara tersebut telah teridentifikasi sejumlah orang Gayo/keturunan-keturunannya yang sedang menimba ilmu ataupun bekerja di negara-negara tersebut.diharapakn ke depan akan semakin bertambah lagi data dan informasi tentang keberadaan orang Gayo yang sedang studi/bekerja di berbagai negara lainnya sehingga semakin memperkuat keberadaan organisasi WGA sendiri dan mampu memberikan sumbangsih ide yang cerdas bagi proses pembangunan sumber daya manusia di Gayo.
Beberapa tokoh besar dunia dan diantaranya J.William Fulbright pernah mengatakan bahwa ”Education is a slow moving but wonderful force”, dan Nelson Mandela juga pernah mengatakan bahwa ”Education is the most powerful way to make a change”. Pendidikan merupakan satu-satunya jalan pintas untuk membangun masyarakat dan melestarikan adat-istiadat dan budaya Gayo. Dengan penguasaan pendidikan tinggi maka terbuka peluang untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan penguasaan Iptek maka dunia berada dalam genggaman. Motivasi inilah yang menyebabkan dunia barat berlomba-lomba melakukan riset di berbagai disiplin ilmu karena mereka beranggapan bahwa siapa yang dapat menguasai Iptek maka dia lah yang akan menjadi ”penguasa dunia”.
Jika kita mau sedikit menghayati dan menganalisis ucapan kedua tokoh besar dunia tersebut maka muncul suatu kesimpulan bahwa suatu bangsa/masyarakat hanya akan besar dan diakui keberadaannya (eksistensinya) jika bangsa/masyarakat tersebut menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengakuan orang lain terhadap keberadaan suatu masyarakat/bangsa bukan hanya didasarkan pada mitos-mitos sejarah, bahkan di lain sisi mitos-mitos sejarah tersebut menina-bobokkan sebagian besar kalangan dan justru kadang-kadang sebagian besar anggota masyarakatnya dilalaikan oleh keberadaan mitos-mitos sejarah tersebut. Ada suatu anggapan bahwa dengan keberadaan ”mitos-mitos sejarah” tersebut keberadaaannya/keberadaaan kelompoknya akan tetap diakui oleh orang/kelompok lainnya.
Dengan kehadiran WGA ini diharapkan mampu membuka tabir sejarah yang selama ini masih terselimuti oleh kabut tebal sehingga semakin menambah kebanggaan dan rasa percaya diri rakyat Gayo sebagai sebuah kelompok masyarakat yang berbudaya tinggi dan berperadaban mulia. WGA berikhtiar untuk melakukan suatu upaya-upaya terobosan yang signifikan dan strategis bagi kemajuan dan perkembangan sumber daya manusia di Gayo. Ada suatu slogan yang berlaku dikalangan kaum intelektual yaitu” siapa yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi maka ia lah yang akan menguasai dunia”. Masih ada waktu bagi Rakyat Gayo untuk ”munetahi” diri dalam rangka mengejar berbagai ketertinggalan baik dalam bidang pendidikan, sosial, politik, dan ekonomi. Rakyat Gayo harus mampu mempersatukan diri dalam suatu tali ikatan yang kuat agar bisa memenangi kompetisi baik pada tingkat lokal, regional dan nasional.
Sudah banyak seminar, workshop, diskusi ilmiah, studi banding, study tour, debat publik dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya yang diselenggarakan oleh elemen-elemen sipil Gayo baik di dalam maupun di luar Gayo tapi yang terpenting dari semua itu adalah aksi nyata dari semua hasil kegiatan ilmiah tersebut yang sangat mendesak untuk dilaksanakan. Dengan dan/atau tanpa dukungan siapapun, WGA akan tampil dan maju untuk mengambil peran sebagai agent of social change dalam proses pembangunan sumber daya manusia Gayo. Kalau hari ini hanya ada 7 (tujuh) orang mahasiswa/i Gayo yang belajar di UUM maka ke depan diharapkan adanya peningkatan jumlah mahasiswa/i Gayo yang belajar di UUM maupun di berbagai universitas-universitas terkemuka lainnya baik di tingkat Asean, Eropa, Australia, Timur-Tengah dan Amerika Serikat sehingga dapat semakin mengangkat harkat, derajat dan martabat Gayo dan semakin mempertegas kehadiran Gayo sebagai sebuah komunitas yang memiliki identitas dan budayanya sendiri.
Kehadiran WGA juga diharapkan bisa menyatukan persepsi dan pandangan berbeda masyarakat Gayo dalam membangun Gayo tanpa melihat perbedaan latar belakang dan asal-usul politik, sosial, budaya, dan pendidikan. WGA bertekad mengumpulkan semua sumber daya baik materiil dan immateriil dari semua orang Gayo si penjuru dunia khususnya yang berada di luar negeri untuk memberikan sumbangsih bagi proses peningkatan sumber daya manusia di Gayo. Dalam waktu dekat Insya Allah, WGA akan mendirikan sebuah Pusat Bahasa dan Kerjasama Internasional Gayo (Gayo International Cooperation and Language Center) yang berpusat di Takengon City yang nantinya akan berfungsi sebagai pusat sosialisasi tentang pendidikan kepada pelajar se-Tanoh Gayo, pusat informasi scholarship, fellowship dan pusat pelatihan bahasa asing seperti Inggris, Jerman, Prancis, India, Arab, dan Korea sekaligus berfungsi sebagai pusat test bahasa asing seperti IELTS, TOEFL, GRE, TWE dan lain-lain.
Penguasaan bahasa asing adalah modal utama yang harus dimiliki oleh setiap pelajar di Gayo apabila berkeinginan melanjutkan pendidikan tinggi ke universitas-universitas luar negeri yang diminatinya.penguasaan bahasa asing adalah skill (kemampuan) yang tidak bisa dikompromikan dan dikonversikan dalam bentuk apapun juga. Walaupun seseorang memiliki koneksi dan jaringan yang kuat bahkan didukung oleh kekuatan finasial yang prima tetapi jika seseorang tersebut tidak menguasai bahasa asing tertentu yang dibutuhkan selama proses studinya di luar negeri maka dipastikan seseorang tersebut tidak akan pernah mengenyam pendidikan di luar negeri. Dan semuanya hanya akan menjadi mimpi yang tidak akan pernah menjadi kenyataan sampai kapan pun juga jika belum menguasai bahasa asing yang diperlukan bagi proses studinya.
Bermodalkan pengalaman selama ini di mana banyak kesempatan dan peluang beasiswa yang ditawarkan oleh berbagai institusi pemberi beasiswa baik lokal, nasional maupun asing yang tidak bisa direbut oleh sebagian besar pemuda/i Gayo dikarenakan kurangnya penguasaan bahasa asing maka WGA berkeinginan untuk membuka channel dengan berbagai lembaga bahasa asing dalam rangka memberikan tingkat kualitas pengajaran bahasa asing yang berstandar internasional sehingga ke depan diharapkan akan lebih banyak lagi pemuda/i Gayo yang lulus seleksi beasiswa asing dan belajar di universitas-universitas luar negeri yang diminatinya.
WGA akan tetap berkordinasi dan berkomunikasi dengan berbagai elemen masyarakat sipil Gayo yang selama ini sudah aktif melakukan kegiatan-kegiatan sosial-kemasyarakatan, hal ini penting dilakukan agar terwujudnya sinergi dalam pelaksanaan program-program yang berorientasi masyarakat. Dengan hadirnya organisasi WGA maka semakin membuka jalan bagi Gayo untuk mewujudkan konsep Gayo Go International 2017 dan Modernisasi Gayo. Perubahan pola pikir sangat dibutuhkan bagi terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran di Tanoh Gayo khususnya pola pikir sempit dan negatif tentang budaya belah (budaya murang-urang) di dalam struktur sosial masyarakat Gayo.
Budaya murang-urang tersebut sebenarnya merupakan taktik dan strategi Devide et Impera penjajah Belanda yang diterapkan di Gayo agar dapat memperlemah daya juang Gayo dalam melawan penjajahan Belanda. Sudah saatnya budaya negatif dan menghambat kemajuan tersebut dihilangkan segera dari dalam hati dan sanubari setiap jiwa masyarakat Gayo. Masyarakat Gayo akan selalu dianggap sebagai masyarakat tradisional apabila terus-menerus menerapkan penilaian status seseorang berdasarkan keturunan dan latar belakang sosialnya.
Kalau dalam masyarakat tradisional yang menjadi ukuran status sosial seseorang adalah keturunannya maka dalam masyarakat modern yang menjadi ukuran status sosial seseorang adalah tingkat pendidikannnya. Jika masyarakat terus-menerus mengukur status sosial seseorang berdasarkan keturunan dan latar-belakang sosialnya maka metode tersebut belum mempunyai parameter yang baku sedangkan jika masyarakat menilai status sosial seseorang berdasarkan pendidikannya maka parameternya sudah baku dan teruji. Sehingga dengan kehadiran organisasi WGA dapat secara perlahan-lahan mengubah pandangan dan persepsi masyarakat Gayo betapa pentingnya pendidikan. Sumber utama penyebab kemiskinan adalah kebodohan oleh karena itu pendidikan masyarakat harus ditingkatkan sehingga masyarakat mempunyai pengetahuan yang cukup untuk meningkatkan kesejahteraannya.(winngayo[at]gmail.com)
*Mahasiswa Program MA in Political Science of University Northern Malaysia.