Jakarta | Lintas Gayo – Penyanyi Gayo tulen Kandar SA punya pandangan tersendiri pada penyanyi Ramlah. Katanya, Ramlah berhasil membangkitkan Gayo dengan lagu-lagunya, bahkan karakter vocal khas Ramlah yang tidak melengking, justru semakin membuat merinding.
“Dibanding penyanyi perempuan lain di Gayo, suara Ramlah kalah melengking, tapi semakin tinggi dia bernyanyi semakin membuat merinding,” kata Kandar SA ketika dihubungi Lintas Gayo di Jakarta, Sabtu, 20 April 2013.
Sebagai penyanyi, Kandar menilai Ramlah memang unik, karena seperti apapun Ramlah bernyanyi, mulutnya tidak terbuka lebar layaknya penyanyi pada umumnya. “Itulah salah satu khas Ramlah,” ujar pelantun “Merense” di album Saba Group pertama ini.
Untuk itu, Kandar berharap orang Gayo melihat Ramlah jangan dari sisi polemik rumah tangganya, tetapi harus dilihat melalui karya-karyanya agar seni di Gayo tetap hidup dan betul-betul bermanfaat bagi banyak orang.
“Dulu Ceh To’et juga dikaitkan dengan sisi polemiknya, sekarang setelah beliau tidak ada kita baru merasa hebatnya karya-karya almarhum To’et,” jelas Kandar.
Namun begitu, lanjut motor utama Gerupel Group ini, keberadaan Ramlah saat ini patut dijaga karena seniman perempuan yang seusia Ramlah seperti Esah Gudug-gudug dan Sri Murni sudah tidak aktif lagi. “Sekarng tinggal Ramlah saja,” sebut kandar.
Lucunya, lanjut anggota Buntul Kubu Jakarta ini, dulu Ramlah adalah penyanyi Gayo yang sulit mengikuti bit musik, karena Ramlah juga seorang Ceh Didong. Tapi sekarang ini, dari beberapa lagunya yang terakhir direkam mulai pas dengan musik.
“Jadi kedepan, usahakanlah Ramlah bernyanyi dengan alat musik tradisional, agar bisa menjadipertinggalan sejarah di Gayo. Jangan sampai dia tidak pernah bernyanyi dengan alat musik tradisional,” pinta Kandar.
Kandar berharap Ramlah juga harus menyanyikan lagu-lagu yang bukan diciptakan dari To’a, tetapi juga nyanyikan lagu-lagudari pencipta dari Uken, karena Ramlah kini menjadi milik semua orang. “Saya berharap besar Kepada Aka Ramlah untuk menjadi Orang Gayo yang konsisten, dan tetap erat dengan berbagai kalangan di Gayo,” demikian Kandar SA. (atia)
