Catatan Kecil Yuliana Sari Lingga
YANG tidak membosankan adalah berkeliling Danau lut Tawar. Warna hijau biru putih menyatu meneduhkan hati. Itulah kenangan yang sulit dilaupakan bagi urang Gayo yang lahir dan besar di Gayo, bahkan sebagian orang pernah tinggal dan mencintai alam.
Namun pada perjalanan beberapa waktu lalu semua membikin buyar. Saya orangawam soal alam hanya berfikir bagaimana nasip Lut Tawar kalau tercemar bahan kimia? dan bagaimanakah nasip 1 juta manusia yang menggunakan airsebagai sumber hidup,pasti akan bermasalah.
Namun begitu, sadar atau tidak sadar, banyak juga pengagum Danau yang tidak memperdulikannya, termasuk pemancing yang bersenang hati karena hasil pancingannya, tetapi itu cuma lintasan pemandangan situasi perjalanan saya itu, dan bukan hanya pemancing yang menjadi masalah, tetapi kesadaran kita memelihara danau, sebesar apa dan setulus apakah?
Dan tentu saja, dalam hati kecilku terbersik sebuah kegelisahan pula, bagaimanakah nasib Danau lut Tawar kelak?
Saya termasuk salah satu manusia Gayo yang mengaplaus Wakil Bupati Aceh Tengah Khairul Asmara yang ikut kuatir pada danau, namun kemudian kembali bertanya, sekuat apa kemauan Khairul menghalau pencemaran di danau Lut Tawar? Entahlah.
Masalahnya sekarang apakah Gayo satu-satu yang sepenuhnya bertanggungjawab terhadap Danau penghasil Depik ini?
Dari beberapa data yang sempat saya baca sebenarnya pemerintah pusat telah menetapkan penanganan 15 danau kritis yang harus segera direhabilitasi. persoalannya, apakah termasuk Danau Laut Tawar?.
Tetapi kemudian ada sambungan pernayataan itu bahwa
Kelima belas danau dinilai kondisinya sangat kritis dan perlu prioritas dalam penanganannya yang tersebar di seluruh Indonesia antara lain Danau Rawapening Jawa Tengah, danau Batur Bali, Danau Tondano Sulawesi Utara, Danau Tempe dan Danau Matano Sulawesi Selatan, dan danau di pulau Sumatera seperti danau Singkarak, Maninjau, Toba, dan Kerinci.
Eh rupanya Danau Laut Tawar di provinsi Aceh, tahun 2013 ini sudah dimulai? itu kata Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Perairan Darat Kementerian Lingkungan Hidup Hermono Sigit.
Para aktivis mengingatkan pemerintah, penetapan program penanganan 15 danau kritis telah berjalan enam bulan yang lalu. Dalam sebuah kegiatan sarasehan pemuda baru-baru ini di Medan Sumatera Utara, beberapa pemuda pegiat lingkungan merespon beragam upaya pemerintah terkait rehabilitasi sejumlah danau kritis di Indonesia.
Karena itu, Para pakar optimis pula dengan komitmen serius kementerian tersebut pemulihan ekosistem danau.
Kata Pakar, kriteria danau kritis ditandai dengan beberapa faktor seperti tingkat erosi tanah dan tanaman, termasuk ekosistem hutan yang dapat mengakibatkan penurunan kapasitas air dan sedimentasi atau pendangkalan.
Sementara di Indonesia diperkirakan ada 840 danau besar dan 735 danau kecil. Danau Montana di Sulawesi Tengah merupakan danau terdalam sekitar 590 meter, dan masuk peringkat 7 danau terdalam di dunia.
Persoalan Danau lut Tawar bukan sekedar penurunan debit air, tetapi rusak juga. Sekarangditambah dengan pencemaran. Mungkin juga sih, soalnya semasa saya kecil dipinggiran danau tidak ditanami tanaman seperti kopi, yang seperti kata direktur LSM Tajuk Isranuddin Harun, bahwa pertanian di pinggir danau salah satu penyebab pencemaran bahan kimia, dan eh Rumah Sakit Datu Beru itu pun sudah salah, berdiri diatas tanah terbaik untuk tanaman padi di Gayo alias meninggalkan oros Kebayakan karena limbahnya.
Sekarang parah kalipun, yang tumbuh di pinggiran itu bertambah dengan bangunan-bangunan rumah Toko, salahnya sih Hotel Renggali, harusnya bukan berada di posisi situ karena menghalangi danau. Sekarang–boleh saksikan sendiri–banyak bangunan yang menghalangi pemandangan danau.
Pada perjalanan yang melewati perkampungan Bintang itu, hati ini semakin miris saja karena pantai-pantai yang pertimemberipeluang untuk terus mengecilkan danau. Kalaulah aku bisa bertanya pada pinus penyebab “miris” danauku, maka akan kutanya:
“Wahai pohon pinus mengapa engkau membiarkan tanah yang menyelimuti akar kuat itu jatuh mendekati air Danau?”
Pinuspun menjawab: ” aku sudah berusaha kuat untuk menyangga tanah ini, namun tak ada dayaku Ipaq ku sayang, karena damar dan cemara sudah diambil manusia dan tidakmenanamnya kembali.
Melewati Bintang ke arah Nosar kembali kutertegun sambil menatap ke lahan persawahan yang hijau. Masya Allah, rupanya kalau hujan sawah itu bisa banjir dan mengaliri sampah-sampah pula, akibatnya, karena tanpa penyerapan dari hutan pengunungan, sehingga pingguran Danau penuh dengan sampah plastik. Ya cuma tampak indah dipandang darikejauhan, dan ringis dikedekatan.
Rasanya aku ingin teriak, hayooo saudarakuuuu, saudara semua yang masih mempunyai hati dan naluri yang indah tentang alam kita ini, mari kita alam milik kita, kita raih kembali alam yang ramah dulu. Kita satukan jiwa. Jangan biarkan alam ini bersedih dan menangis tanpa alasan, ya persis kata Sara Ala “sebuku ni Bumi”, itu tampaknya yangtepat untuk mengembalikan alam Gayo mempesona,karena saya yakin itu. Insya Allah.
*Yuliana Sari Lingga adalah Pengangum Alam Gayo tinggal di Takengon