Bahasa Gayo, Bahasa Purba yang Masih Tertinggal

Oleh: Surahman,S.IP*

surahmanDALAM hal penulisan sejarah bangsa, kita lebih banyak tendensi kepada penulis sejarah barat yang secara mayoritas menggambarkan betapa rendahnya taraf peradaban dan kebudayaan bangsa kita, dan yang lebih memperhatikan orang-orang di negeri ini baik itu orang cerdik-pandainya, apa lagi orang awam begitu tergiur dan membabi buta mengikuti setiap argument ataupun pendapat sejarawan barat yang kebanyakan selalu memandang bahwa bangsa ini adalah bangsa yang rendah tingkat kebudayaan dan peradabannya.(Zaenal Abidin, orang biasa yang terus berkarya).

Sesungguhnya kecerdasan akhir sejarawan barat adalah ahli memutar balikan fakta, bagaimana filosofi Aristoteles digantikan dengan aliran akuisme, materialisme, bagaimana Ibnu Sina digantikan dengan nama Avicina, Ibnu Rus digantikan dengan Aviruch belum lagi teori Darwin yang masih dipelajari. Padahal secara ilmiah teori tersebut sesat dan menyesatkan. Akan tetapi masih ada orang barat yang benar-benar murni ilmuan, yang menilai berdasarkan keilmuan dan objektifitas, bahwa nusantara adalah tempat lahirnya peradaban dunia.

Dalam buku Eden In The East setebal 814 halaman, merupakan karya dari Stephen oppenheimer berteori kalau bahasa manusia modern berawal dari kawasan Asia Tenggara, saat benua Sundaland terkubur/tenggelam ketika es mencair, para penduduk benua Sundaland yaitu manusia bagian barat dan sekitarnya bermigrasi keberbagai belahan dunia 8000-6000 tahun lalu. Para penduduk Sundaland membawa bahasa mereka yang kemudian berkembang menjadi bahasa-bahasa dunia, Oppenheimer mengatakan, ada semacam anomaly dalam pohon percabangan kelompok bahasa di dunia, dan itulah kelompok bahasa Austronesia, inilah bahasanya orang Indonesia dan orang Oseania. Ada garis tegas yang membedakan bahasa mereka dengan bahasa di belahan dunia lain.

Di Indonesia, ada bahasa-bahasa dan telah mempunyai peradaban maju yang membuat para ilmuan pun bingung memasukkan mereka ke kelompok mana, sebut saja Gayo, Karo, Mentawai, Enggano, ilmuan enggan memasukkan mereka ke keluarga bahasa melayu karena memang berbeda, inilah bahasa purba yang tetap lestari sampai hari ini. Ilmuan menyebutkan Paleohesperonesia, hanya faktor geografis yang membuat mereka masuk ke keluarga Austronesia, jika ditelaah lebih jauh bangsa Gayo, Alas, Karo menempati pedalaman, pegunungan, dan hutan belantara.

Di duga sebelum bangsa Austronesia dan Oseania (bangsa Indonesia saat ini) mendiami nusantara telah ada manusia Gayo, Alas, Karo. Oppenheimer menilai, ketika bangsa-bangsa dari kawasan ini menyebar, bahasa mereka pun berubah, namun bahasa di tempat asal merea tetap lestari sampai hari ini, katakan bahasa Gayo masih lestari di daerah dataran tinggi gayo.

Tak jauh berbeda dengan Prof Oppenheimer, Prof Arysio Santos dalam bukunya, Atlantis The lost Continent Finally Found juga menguatkat bahwa Indonesia-lah tempat lahirnya peradaban dunia. Bahkan secara tegas beliau mengatakan bahwa lokasi Atlantis yang sejak kira-kira 11.600 tahun yang lalu, yang sering diklaim oleh bangsa-bangsa di dunia adalah nusantara, Prof Santos yang ahli Fisika Nuklir menyatakan bahwa Atlantis tidak pernah ditemukan karena dicari di tempat yang salah, tetapi yang benar secara meyakinkan adalah nusantara, beliau sudah meneliti kemungkinan lokasi Atlantis yang terkubur selama 30 tahun.

Nusantara merupakan sebutan untuk Negara kepulauan yang terletak di kepulauan Indonesia, catatan kuno bangsa india menamainya Dwipantara yang berarti kepulauan tanah seberang, kata dasar pantar dalam bahasa Gayo pantar adalah ā€œRumah di atas airā€, nenek moyang bangsa Gayo telah Ā memiliki peradaban yang cukup baik mereka paham cara bertani, bisa dilihat pada bekas-bekas sawah kuno yang telah menjadi hutan belantara seperti di Kala Tapa, Gerpa, Jarul, Bugak, Layong, dan sepanjang hulu-hulu sungai yang mengalir ke Arakundo.

Jelas peradaban kuno di dunia berada di pinggiran sungai bukan di pesisir, seperti sungai Nil di Mesir, sungai Amazon di Brazil, sungai Gangga di india dan sungai-sungai yang ada baik di Cina maupun Babilonia.

Teori awal peradaban manusia berada di Sundaland (peradaban yang terkubur), Santos menerapkan analisis Filologis (ilmu kebahasaan) antropologis dan arkeologis. Hasil analisis dari reflief bangunan dan artefak bersejarah seperti piramida di Mesir dan kuil-kuil peninggalan peradaban Maya dan Aztec serta analisis geografis seperti wilayah, iklim, gunung berapi, dan cara bertani. Santos menyimpulkan bahwa sundaland merupakan pusat peradaban yang maju ribuan tahun silam yang dkenal dengan benua Atlantis.

Dari teori asal usul manusia yang mendiami nusantara, Benua Sundaland merupakan benang merahnya. Pendekatan analisis filologis, antropologis, dan arkeologis dari Loyang-loyang (gua-gua) di sekeliling Danau Lut Tawar serta analis hubungan keterkaitan satu sama lainnya kemungkinan besar akan menyingkap kegelapan masa lalu nusantara. (akan terbit, baca buku ā€œ Gayo, Bangsa Kuno Yang Tersisaā€ oleh Surahman Aman Saradilen dan Hammadin Aman Fatih). Buku ini bertujuan untuk menelusuri peradaban awal nusantara yang diduga adalah Buntul Linge bukan Kerajaan Linge, karena sejarah Linge telah berada dalam peradaban Islam.

Lalu, bagaimana kerohanian masyarakat Gayo, pada zaman pra sejarah? Bersambungā€¦(bangsa.situe[at]gmail.com)

*Abdi Masyarakat di Kantor Camat Bener Kelipah/Dosen Etika Filsafat di Fisif UGP Takengon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments

  1. yang melestarikannya tentunya kita paling tidak kepada keluarga kita,kalau di rumah ga perlu bahasa pajak biar saja di sekolah anak anak kita berbahasa melayu tapi di rumah memakai bahasa purba saja,

  2. Mantap, lanjutkan. semakin banyak buku tentang Gayo. suatu daerah yang mampu menjaga tetap eksis budayanya, akan cepat maju dan sejahtera